Sauqi kini sedang menjelaskan terkait arahan MPLS di hari esok kepada murid-murid di kelas Clemira.
"Oke adik-adik jadi itu penjelasan terkait MPLS kita besok. Apa ada yang ingin ditanyakan sebelum kita akhiri MPLS kita hari ini?" tanya Sauqi.
"Gak ada kak!" ucap mereka serempak.
"Oke baik kalau memang sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, kita akhiri ya. Selamat siang adik-adik semua. Hati-hati di jalan dan sampai bertemu di hari esok. Semangat!" ucap Sauqi.
"Baik kak!" ucap mereka serempak.
"Satu lagi. Langsung pulang. Ikuti aturan yang telah saya kirimkan di grup." ucap Rizan.
Mereka pun mengangguk.
......
"Cle, kamu pulang naik apa?" tanya Liora seraya berkemas.
"Gue dijemput ra. Lo gimana?" tanya Clemira.
"Oh iya sama Cle. Aku duluan ya Cle," ucap Liora.
Clemira pun mengangguk. Liora lalu pergi meninggalkan Clemira.
Tak lama setelah Liora pergi, Clemira pun ke luar dari kelas yang telah sepi.
Ia berjalan di koridor kelas menuju gerbang utama sekolah.
Tring!
Sebuah pesan masuk ke handphonenya yang kini sedang ia genggam.
[Beb, abang udah di gerbang ya.] Adnan.
[Ok. Aku ke sana.] Clemira.
Adnan memang sesuka hatinya memberi panggilan untuk Clemira. Mereka telah lama saling mengenal sebab Adnan merupakan teman baik Alvan.
......
Rizan kini sedang berada di parkiran. Ia baru saja memasuki mobilnya dan bersiap untuk melajukan mobilnya.
Namun ketika itu, ia mengurungkan niatnya saat matanya tidak sengaja menangkap sebuah objek.
"Tuh cewek bar-bar kan? Masuk ke mobil siapa dia?" gumam Rizan.
Terlihat Clemira memasuki mobil Adnan dan segera Adnan melajukan mobilnya meninggalkan tempat.
"Kayaknya pacarnya deh. Soalnya tadi kan gue baca pesan dari pacarnya. Heran gue kenapa coba ada cowok yang mau sama cewek kayak dia? Bar-bar banget gitu." gumam Rizan.
Rizan lalu melajukan mobilnya meninggalkan sekolah.
......
Di dalam mobil Adnan,
"Maaf ya bang kalau aku udah ngerepotin abang," ucap Clemira pada Adnan.
"Enggak lah beb. Gak pernah merasa direpotkan kok. Abang senang bisa jemput cewek cantik kayak kamu," ucap Adnan.
"Mulai deh bang. Ntar aku laporin ke bang Alvan lho kalau abang tuh godain aku lagi," ucap Clemira.
"Iya iya bercanda Cle. Jangan dong. Bisa ngamuk ntar abang kamu sama abang," ucap Adnan.
"Wkwk makanya jangan macam-macam bang," ucap Clemira.
"Iya deh iya cantik," ucap Adnan.
Drrrrtttt
Ponsel Clemira pun berdering menandakan jika ada panggilan yang masuk di sana.
"Pasti dari si Alvan," ucap Adnan menebak.
"Iyalah dari siapa lagi kalau bukan dia? Kontak aku kan cuma dikit," ucap Clemira.
"Udah gue duga," ucap Adnan.
Clemira hanya tersenyum. Ia lalu menerima panggilan dari Alvan.
"Halo abang assalamualaikum," ucap Clemira pada Alvan di seberang telepon.
"Waalaikumsalam dek. Gimana? Kamu udah sama Adnan sekarang?" tanya Alvan dari seberang telepon.
"Udah bang. Ini lagi sama bang Adnan. Mau lihat? Vc aja gimana bang? Eh tapi ini abang gak lagi sibuk memangnya? Takutnya atasan abang marah," ucap Clemira.
"Enggak sayang. Ya udah kita vc ya. Sebentar ya," ucap Alvan.
Alvan lalu mengubah panggilan tersebut menjadi panggilan video.
Clemira mengarahkan kamera handphonenya ke arah Adnan yang sedang mengemudi.
Adnan melambaikan tangan pada Alvan.
"Oi bro," sapa Adnan pada Alvan.
"Thanks ya nan," ucap Alvan.
"Oke sama-sama bro," ucap Adnan.
"Mau lihat face adik abang dong yang baru aja pulang sekolah di hari pertama SMA," ucap Alvan dengan sedikit gemas.
"Kucel bin dekil bang. Heheh," ucap Clemira lalu mengarahkan kamera handphonenya ke wajahnya.
"Ngapain aja tadi memangnya dek?" tanya Alvan.
"Gak ada bang. Kayak MPLS biasa. Tour school gitu," ucap Clemira.
"Tapi kok kayaknya kamu lelah banget dek? Beneran cuma itu aja? Gak ada yang jahatin kamu kan?" tanya Alvan.
'Aku gak bisa cerita sekarang ke bang Alvan. Takutnya dia kepikiran dan akhirnya pekerjaannya menjadi terganggu. Nanti aja deh aku ceritanya.' ucap Clemira di dalam hatinya.
"Enggak kok bang. Gak ada yang jahatin aku. Abang jangan khawatir ya," ucap Clemira.
"Tenang aja lo van. Adik lo aman kok. Tapi ya mungkin dia ngantuk aja tuh," ucap Adnan yang ikut bicara.
Alvan pun mengangguk.
"Ya udah nanti pulang sekolah kamu langsung bersih-bersih terus makan ya sayang. Adnan, temenin adik gue beli makanan ya. Dia pasti laper," ucap Alvan.
Adnan mengangkat ibu jarinya dan mengarahkannya ke kamera ponsel Clemira.
"Siap bro," ucap Adnan.
"Padahal tadi aku udah makan lho kak di sekolah," ucap Clemira.
"Udah gak apa-apa. Makan lagi aja ya. Supaya kamu tetap sehat. Nanti abang beliin vitamin untuk kamu," ucap Alvan.
"Iya abang. Makasih banyak ya bang. Cle sayang abang. Semangat kerjanya bang!" ucap Clemira menyemangati Alvan.
"Thank you adikku. Love you," ucap Alvan.
"Love you more," ucap Clemira.
Tut.
Sambungan telepon pun terputus.
"Njrit. Bisa-bisanya ya lo berdua mesra-mesraan di depan gue," ucap Adnan yang jealous.
"Apa sih bang? Gitu aja sewot. Dah biasa tahu," ucap Clemira.
"Bacot. Mau beli makanan di mana beb?" tanya Adnan.
"Terserah abang aja deh. Yang enak pokoknya. Terus abang juga yang bayar kan? Wkwk," ucap Clemira.
"Iya deh iya demi kamu apa coba yang enggak?" ucap Adnan.
"Duh sayang deh sama abang," ucap Clemira lalu menyandarkan kepalanya di pundak Adnan.
Adnan mengusap lembut kepala Clemira.
"Duhh senangnya disayang sama kamu," ucap Adnan gemas.
Mereka lalu tertawa setelah itu.
......
Rizan baru saja tiba di rumahnya. Dan saat dirinya baru saja memasuki rumahnya, ia sudah langsung disidang oleh seseorang.
"Siapa lagi yang lo bully hari ini?!" tanya orang tersebut pada Rizan.
Rizan menghentikan langkah kakinya dengan malas.
"Gak usah kepo!" ucap Rizan dengan ketus.
"Kalau lo gak mau beritahu gue, gue laporin hal ini ke papa!" ucap orang tersebut.
"Brengsek! Lo tuh benar-benar tukang ngadu ya! Asal lo tahu, hari ini gue gak ada membully orang! Jadi jangan asal bicara! Jangan fitnah gue!" ucap Rizan dengan penuh penekanan.
"Terus siapa cewek yang tadi ke luar dari ruang OSIS lo?" tanyanya lagi.
Deg!
Rizan langsung membelalakkan matanya mendapatkan pertanyaan tersebut dari kakaknya.
'Shit! Dari mana dia tahu hal itu? Si brengsek ini benar-benar berbahaya.' umpat Rizan di dalam hatinya.
"Itu anggota OSIS. Cuma anggota OSIS yang baru saja memberikan laporan MPLS ke gue," ucap Rizan.
"Lo pikir gue bodoh?! Dia anak kelas sepuluh, sialan!" umpatnya.
Jleb!
Skakmat!
Rizan tak bisa lagi mengelak.
'Mampus gue. Kalau gue lanjutin, bisa-bisa panjang. Gue pasti juga bakalan diamuk sama bokap. Lebih baik gue tinggalin aja deh.' ucap Rizan di dalam hatinya.
........