Chereads / Unpredictable Thing / Chapter 7 - Part 7

Chapter 7 - Part 7

Clemira dan Adnan pun tiba di rumah. Mereka turun dari mobil bersamaan.

"Makasih ya bang udah mau anterin aku," ucap Clemira.

"Sama-sama beb. Kalau butuh apa-apa hubungi aja abang. Kalau abang bisa, pasti bakalan abang bantu. Oke beb?" ucap Adnan dengan memainkan matanya.

"Geli bang wkwk. Tapi makasih banyak deh bang. Lo baik banget." ucap Clemira.

"Iya dek sama-sama. Abang langsung pulang gak apa-apa kan? Kamu berani di rumah sendirian?" tanya Adnan.

"Berani dong bang. Ntar tinggal kunci gerbang dan pintu dah aman. Abang pulang aja gak apa-apa." ucap Clemira.

"Oke beb. Abang pamit ya. Assalamualaikum," ucap Adnan.

"Waalaikumsalam bang. Hati-hati bang," ucap Clemira.

"Sip." ucap Adnan.

Adnan lalu memasuki mobilnya dan melajukan mobilnya meninggalkan rumah Clemira.

Clemira lalu memasuki rumahnya.

...

Saat Rizan akan beranjak dari sana meninggalkan abangnya, ucapan abangnya membuat Rizan kembali dibuat gelisah.

"Lo jawab pertanyaan gue atau gue akan cari tahu sendiri dan membuat bokap mencabut semua fasilitas lo!" ancam abang Rizan.

Kedua tangan Rizan terkepal kuat setelah abangnya mengatakan hal tersebut.

"Shit! Mau lo apa sih?! Bisa gak sih lo untuk gak usah ikut campur sama urusan gue?! Urus aja urusan lo sendiri! Gak usah lo campuri urusan gue, sialan!" ucap Rizan dengan emosi.

"Gue gak akan berhenti sampai lo berhenti membully orang, terutama perempuan itu!" ucapnya dengan penuh penekanan.

Rizan tersenyum miring.

"Gak usah ngatur hidup gue! Lo gak punya hak apa pun atas hidup gue!" seru Rizan.

"Kalau lo tetap saja membully dia, lo akan berhadapan sama gue!" ucap abang Rizan menunjuk wajah Rizan dengan tatapan tajam.

Abangnya lalu beranjak dari sana meninggalkan Rizan.

"Shit!" umpat Rizan menatap kepergian abangnya.

...

Clemira telah membersihkan diri dan kini sedang memakan makanan yang tadi ia beli dengan Adnan.

Ketika dirinya sedang makan, ponselnya tiba-tiba saja berdering menandakan jika ada panggilan yang masuk di sana.

Drrrtttt

Clemira lalu meraih ponselnya yang berada di meja makan.

"Abang," gumam Clemira.

Clemira lalu menerima panggilan yang berasal dari abangnya, Alvan.

"Halo assalamualaikum bang," ucap Clemira pada abangnya di seberang telepon.

"Waalaikumsalam dek. Kamu sudah sampai di rumah kan dek? Tadi Adnan kabari abang," ucap Alvan.

"Udah kok bang. Ini Cle lagi makan," ucap Clemira.

"Syukurlah. Sebentar lagi abang pulang kok. Kamu istirahat aja ya sembari menunggu abang pulang," ucap Alvan.

"Iya bang. Abang gak usah pikirin Cle. Abang fokus aja dengan pekerjaan abang. Cle baik-baik aja kok bang," ucap Clemira.

"Pokoknya selama abang belum pulang, kamu gak boleh ke mana-mana. Jangan terima tamu tanpa adanya abang di rumah. Bisa ya dek?" ucap Alvan.

"Iya siap abang," ucap Clemira.

"Ya udah kamu lanjutin makannya. Abang juga mau lanjut kerja. Assalamualaikum adik abang tersayang." ucap Alvan.

"Waalaikumsalam abangku tercinta." ucap Clemira.

Tut.

Sambungan telepon pun terputus.

Clemira meletakkan kembali ponselnya di atas meja makan.

Setelah itu, ia pun melanjutkan makannya.

...

Sauqi, Ryan dan juga Fano kini sedang main PS di rumah Ryan.

"Vangkeh gue kalah! Dah lah stop gue." ucap Sauqi berhenti bermain.

"Lemah banget lo gitu doang langsung stop." ucap Fano.

"Bosen gue. Dah sore juga. Yan, es dong yan. Haus gue," ucap Sauqi.

"Ambil aja sendiri di kulkas. Gue males gerak." ucap Ryan.

"Eh sialan lo. Kebiasaan." ucap Sauqi seraya bangkit dari posisi duduknya.

"Bawa yang banyak aja qi. Sekalian buat gue sama Fano." ucap Ryan.

"Njrit! Rumah lo tapi kayak gue tuan rumahnya. Gak beres emang." ucap Sauqi.

"Bodoh amat. Udah buruan sana," ucap Ryan.

"Iya iya vangkeh." ucap Sauqi lalu beranjak dari sana.

Ryan dan Fano pun lanjut bermain PS. Tak lama, Sauqi kembali dengan nampan berisi minuman dan snack.

"Lo suruh pembantu gue buat ya?" tanya Ryan seraya menuangkan minuman tersebut ke dalam

gelasnya.

"Iyalah. Ogah banget gue buat sendiri," ucap Sauqi.

"Segar banget. Gue udahan deh yan main PS nya. Pegal juga jari-jari gue," ucap Fano.

"Ya udah tinggal matiin aja repot banget lo." ucap Ryan lalu mematikan PS nya.

"Teman lo mana qi? Kok gak ada kabarnya?" tanya Fano.

"Gak tahu gue. Gak ada nongol dia di grup. Tumben banget," ucap Sauqi.

"Dia masih gak akur sama abangnya?" tanya Ryan.

"Iyalah. Dia mana bisa akur sama abangnya. Gak bisa diatur soalnya," ucap Sauqi.

"Ya begitulah. Dia salah didikan dari kecil kayaknya. Orang tuanya terlalu manjain dia sampai dia menjadi seperti itu," ucap Fano.

"Dah lah kok jadi ghibah sih? Dosa ceritain teman sendiri," ucap Ryan.

"Tahu nih si Fano. Kalau si Rizan gak ada, dia ceritain si Rizan. Kalau lo gak ada yan, lo yang diceritain sama dia. Teman apaan coba dia?" tanya Sauqi.

"Eh anjret sialan! Kayak lo enggak aja. Mulut lo noh goyang banget udah kayak setang becak aja. Jangan fitnah lo ya! Lempar batu sembunyi tangan lo. Vangkeh!" ucap Fano tak terima.

"Mana ada gue. Fitnah lo. Dosa lo. Kebiasaan lo suka banget lo fitnah orang. Jelek banget hati lo. Ish busuk," ucap Sauqi bergidik ngeri namun bercanda.

"Eh waria! Jangan berisik ya lo! Diem deh lo. Ember banget mulut lo. Gue tabok pakai duit segepok tahu rasa lo." ucap Fano.

"Enak dong duit segepok. Ntar dah selesai ditabok duitnya buat gue kan? Eh tapi jangan rasa tahu fan. Gak enak." ucap Sauqi.

"Astaghfirullah ya Allah Sayton!!" gemas Fano.

Sauqi lalu tertawa terbahak-bahak. Sedangkan Ryan? Dirinya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua temannya yang sudah sedikit miring.

...

Mobil Alvan berhenti di halaman depan rumahnya. Ia lalu turun dari mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah.

"Kayaknya Clemira sedang tidur. Kasihan kalau gue bangunin. Lebih baik gue buka sendiri aja deh."

gumam Alvan.

Alvan dan Clemira masing-masing memegang kunci gerbang dan juga rumah.

Alvan memasuki rumahnya setelah membuka pintu. Ia kembali mengunci pintu rumahnya dan mencari keberadaan Clemira.

Alvan langsung pergi ke kamar Clemira. Ia membuka pintu kamar Clemira yang tidak dikunci secara perlahan karena khawatir jika kepulangannya akan membangunkan tidur sang adik.

Alvan melangkahkan kakinya memasuki kamar Clemira dan duduk di tepi tempat tidur Clemira tepatnya di sebelah kiri Clemira.

Alvan tersenyum menatap wajah tertidur Clemira yang terlihat begitu lelah.

"Sepertinya adiknya abang lelah sekali. Cup." ucap Alvan lalu mengecup kening Clemira.

Kecupan tersebut membuat tidur Clemira merasa terganggu hingga dirinya pun akhirnya terbangun dari tidurnya.

Matanya terbuka secara perlahan dan yang pertama kali ia lihat adalah wajah abangnya yang sedang tersenyum padanya.

"Abang. Udah pulang kok gak bangunin Cle sih?" tanya Clemira seraya bangkit dari posisi tidurnya.

....