Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 25 - Kehadiran Bibi

Chapter 25 - Kehadiran Bibi

Sejak tadi Yonghwa tak berhenti gelisah. Tangannya dilipat di dada dan pria bermarga Lee itu tak berhenti mondar-mandir di ruang kerjanya. Kekesalannya bertambah ketika dia mencoba untuk menghubungi ponsel milik Chanhee yang ternyata dimatikan oleh sang pemilik ponsel.

Berulang kali Yonghwa mencoba untuk menghubungi Chanhee, namun tak ada hasil. Sebenarnya yang membuat Yonghwa begitu cemas kali ini adalah karena kedatangan bibinya Lee Myungeun.

Baik Yonghwa maupun Chanhee, mereka sama-sama tau bagaimana sifat bibi mereka itu. Ya, dia adalah wanita berwatak keras dan tak mau dibantah. Apa yang dia inginkan harus terjadi. Salah satunya adalah perjodohan Yonghwa dengan salah satu anak koleganya.

Yonghwa sudah berulang kali menolak kemauan bibinya itu, tapi sayang dia adalah wanita yang gigih. Tak hanya Yonghwa, Chanhee juga terkena imbasnya. Sejak dulu Chanhee sangat tak menyukai sifat bibinya itu karena selalu ikut campur dalam urusannya.

Kira-kira dua jam yang lalu Myungeun datang, bukan tanpa alasan melainkan dengan membawa perintah untuk Yonghwa menemui anak koleganya. Istilahnya kencan buta.

"Lee Yonghwa, bibi sudah berulang kali menjadwalkan kencan buta dengan putri pimpinan Jang." Myungeun menerobos pintu ruangan Yonghwa dan tanpa aba-aba langsung mengomeli sang keponakan.

"Bibi, aku dengar bibi sedang berada di Jepang? Kapan bibi kembali ke Seoul?" tanya Yonghwa yang sudah tak kaget dengan sifat bibinya itu.

"Sejak aku tau kalau kau mengecewakan pimpinan Jang karena tak datang ke kencan buta yang telah dijadwalkan," jawabnya ketus.

"Bibi tahukan aku sangat sibuk dan tak ada waktu untuk kencan buta," ujar Yonghwa menjelaskan.

"Lagi pula aku juga sudah melamar wanita yang akan kunikahi," ucap Yonghwa.

"Apa? Melamar seorang gadis!" Myungeun terkejut.

"Dari keluarga mana? Apa pekerjaan keluarganya? Seberapa besar pengaruhnya pada perusahaan?" Myungeun menghujani Yonghwa dengan pertanyaan.

"Tidak penting apa pekerjaan keluarganya. Dia gadis yang baik. Dia bisa menjagaku dan juga Seunghan. Yang terpenting dia sangat berpengaruh terhadap kehidupanku bukan perusahaan," jelas Yonghwa.

"Apa? Dari keluarga biasa! Tidak bisa! Penerus Hwa Group tak boleh menikah dengan sembarang orang. Ingat Yonghwa, gadis yang kau nikahi bukan hanya menjadi istrimu namun, dia akan dikenal sebagai nyonya Lee, istri dari penerus Hwa Group." Myungeun tak terima dengan pernyataan Yonghwa.

"Bibi, aku mohon berhentilah mencampuri urusan pribadiku," pinta Yonghwa.

"Kau dan Chanhee, aku pikir kalian berdua berbeda. Ternyata sama saja! Kalian lebih mementingkan urusan pribadi kalian ketimbang masa depan Hwa Group." Kali ini nama Chanhee terseret.

"Aku tak mau tau, apapun yang terjadi kamu harus menemui putri pimpinan Jang! Apa yang akan ayahku katakan saat melihat gadis rendahan bersanding denganmu?" lanjutnya.

"Cukup! Sejak tadi aku sudah berbicara dengan baik pada bibi. Bibi sudah melewati batas! Aku harap bibi bisa pergi dari sini sekarang," ucap Yonghwa dengan nada sedikit tinggi.

"K-kau! Baiklah, aku akan pergi dari sini! Tapi kau dan Chanhee, urusan kita belum selesai. Kita akan bertemu pada pesta ulang tahun kakek kalian! Aku akan memastikan putri pimpinan Jang datang ke sana," ucap Myungeun sebelum akhirnya keluar dari ruangan Yonghwa.

"Belum selesai satu masalah, masalah lain muncul." Yonghwa memijat pelipisnya.

"Harusnya aku langsung menikahi Haewon kemarin." Pria itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya mendudukan diri di kursinya.

Saat pikirannya sedang kalut seperti saat ini, entah kenapa Yonghwa menjadi teringat pada Haewon. Rasanya ingin sekali mendengar suara gadis itu. Akhirnya Yonghwa memutuskan untuk mengambil ponselnya yang tadi sempat dia lempar ke atas meja karena kesal pada Chanhee yang tak menjawab panggilannya.

Dia membuka ponselnya dan mencari nama Haewon di sana, sebelum akhirnya pria itu memencet tombol panggil di ponselnya. Sebenarnya tak ada alasan bagi Yonghwa untuk menelpon Haewon, tapi bukankah tak perlu alasan untuk menelpon kekasihnya?

Saat panggilan itu terhubung, Yonghwa dapat mendengar suara Haewon dari seberang sana. Suara yang dengan ajaibnya bisa menjadi penenang bagi Yonghwa.

"Yoboseyo." Suara lembut Haewon menyapa telinga Yonghwa.

"Chagiya, sedang apa?" tanyanya kikuk.

"Aku sedang makan siang bersama Seunghan dan sahabatku Asha," jawab Haewon

Setelah itu Yonghwa kehabisan bahan untuk memperpanjang durasi panggilan. Karena sesungguhnya pria itu masih ingin mendengar suara Haewon. Akhirnya dia bertanya tentang Seongeun dengan alasan Chanhee yang tak bisa dihubungi. Anehnya gadis itu dengan polosnya tetap menjawab setiap pertanyaan Yonghwa.

Setelah pertanyaan random itu, Yonghwa memilih untuk mengakhiri panggilannya dengan Haewon karena dia tak ingin mengganggu waktu gadis itu bersama sahabatnya. Lagi pula malam nanti mereka juga akan kembali bertemu, sekarang mereka telah tinggal bersamakan.

"Aku tak sabar ingin segera pulang," gumam Yonghwa.

Tak lama setelah itu Jeongin datang ke ruangannya. Sebelumnya dia sudah berjanji pada Yonghwa bahwa dia akan mengajak pria itu makan siang bersama.

Kedatangan Jeongin cukup membuat Yonghwa merasa lebih lega, karena Jeongin tak keberatan mendengarkan keluh kesahnya. Bahkan Jeongin cukup terkejut ketika Yonghwa memberitahunya bahwa Myungeun akan menjodohkannya dengan anak koleganya.

"Bibi sangat gigih hyung," ucapnya.

"Kali ini bagaimana cara hyung menghadapi bibi?" tanya Jeongin.

"Jangan pikirkan aku, harusnya kau sedikit khawatir Jeongin-aa, karena bisa saja kau kena imbasnya seperti Chanhee hyung," tutur Yonghwa.

"B-benar juga hyung, aku merasa tak perlu ikut campur urusanmu dengan bibi agar aman," ucap Jeongin.

"Benar, cukup aku dan Chanhee saja yang pusing karena ulah bibi," ucap Yonghwa pasrah sedangkan Jeongin terkekeh mendengar penuturan Yonghwa.

Jeongin menikmati makan siangnya sambil mendengar keluh kesah Yonghwa. Sudah cukup lama tak merasakan hal seperti ini, batinnya.

***

Setelah menikmati pemandangan indah langit sore di pantai bersama Seongeun, Chanhee akhirnya kembali ke Seoul bersama gadisnya itu. Dalam perjalanan mereka saling berbagi cerita satu sama lain. Seperti saat ini, Chanhee tengah menceritakan Berry, anjing kecil dengan bulu keriting berwarna putih coklat kesayangannya.

Mereka berkendara dengan dipenuhi kisah-kisah random yang mereka bagi satu sama lain, hingga tak terasa akhirnya mereka tiba di Seoul. Chanhee mengantarkan Seongeun ke apartemennya dan memastikan gadis itu masuk ke dalam dengan selamat.

Setelah itu Chanhee mengarahkan mobilnya untuk kembali ke rumahnya, tapi sebelumnya dia sempat melihat ponselnya. Betapa terkejutnya dia saat melihat 99 kali panggilan tak terjawab dan yang lebih mengejutkan lagi adalah semua panggilan itu berasal dari Yonghwa.

"Aku melakukan kesalahan besar dengan mematikan ponselku," gumamnya.

Pria itu tak tahu apa yang sedang menunggunya lebih berbahaya dari kemarahan Chanhee. Malam ini mungkin dia masih bisa bernafas lega, tapi besok saat berita tentang kedatangan Myungeun sampai padanya, apakah dia masih bisa bernafas?