Kira-kira satu jam perjalanan, panggilan dari Mbak Anggun masuk. Reygan sedang di jalan tol, tidak bisa sembarangan mengangkat telepon. Hanya satu kali, tidak ada telepon kedua. Mungkin tadi tidak sengaja terpencet Kenzi atau Kina.
Mobil Reygan merapat di sebuah resto tak jauh dari tepian pantai. Bertemu dengan pria separuh baya yang dikenalkan Kiki padanya beberapa tahun lalu --yang Reygan percaya untuk membangun rumahnya. Menandatangani perjanjian baru berikut dengan detail tambahan yang Reygan butuhkan.
Mereka terlalu asyik mengobrol, bukan hanya urusan bisnis semata. Tapi bagaimana beliau menghadapi krisis moneter 1998, menyaksikan sendiri bagaimana rusuhnya waktu itu. Gedung-gedung yang dibakar, titik balik di mana beliau harus meninggalkan ibu kota dan memulai kembali di kota tepian pantai ini.
Pukul 23.10 ponsel Reygan berdering. Kali ini nama Mas Kinan yang muncul di layar. Reygan permisi, menjauh dari meja untuk mengangkat telepon.