Di dalam kotak besi itu, Aneska termenung lama. Dia tidak segera menekan angka di dinding. Membiarkan lift berhenti di tempat sejak semenit yang lalu dengan pintu tertutup.
Punggung Reygan di tepian kolam renang masih membayang. Hatinya lari ke mana-mana. Otaknya dengan lancang memutar kilasan kenangan yang dia punya dengan lelaki itu. Seharusnya dia tidak boleh mengenang begini. Yang dia lakukan ini justru memperberat langkahnya sendiri. Atau tadi dia tidak perlu menyusul ke tepian kolam renang saat tidak sengaja melihat Reygan menuju ke sana. Dia tidak perlu beramah-tamah seperti tadi. Toh, pada akhirnya dia hanya bicara hal-hal yang mungkin menyakitkan untuk Reygan.
Namun, Aneska diam-diam juga terluka. Tapi dia harus memilih cara ini. Dia harus mempertegas hubungan mereka sekaligus membuat dirinya menyadari batasan-batasan yang tidak boleh dia langgar.