"Ah tidak! Apakah ini Bisma yang aku kenal? Menyerah sebelum berjuang adalah seorang pecundang," ucap Farrel tak segan-segan bicara bahwa Bisma bersikap layaknya pecundang.
Bagaimana bisa juara 1 Olimpiade Nasional Geografi merasa se-takut itu akan jatuh cinta? Sungguh semuanga tak dapat dipercaya begitu saja rasanya. Kenapa Bisma lebih memilih menyerah? Sepahit itukah luka yang Bisma rasakan? Sehingga Bisma merasa ketakutan itu muncul lagi? Farrel jadi merasa khawatir dengan Bisma.
"Ya Farrel, anggap saja aku seorang pecundang. Aku lebih baik dianggap pecundang daripada harus merasakan luka itu lagi. Aku memilih untuk menyerah sebelum berjuang. Aku pikir semuanya akan baik-baik saja jika aku tidak jatuh cinta. Hidupku tidak akan berubah menjadi buruk jika aku meninggalkan cintaku," sahut Bisma sedikit ragu dengan keputusannya. Bagaimana ini? Bukankah ia sudah menyiapkan segalanya untuk menjadikan Caca kekasihnya? Bagaimana jika Caca kecewa padanya dan membencinya? Tapi bagaimana jika hatinya terluka lagi karena Caca? Arghhh!
"Tapi bagaimana dengan Caca? Apakah kamu tega mempermainkannya? Bukankah kalian sudah dekat? Bagaimana jika Caca kecewa padamu, Bisma?" tanya Farrel lagi berusaha untuk membujuk Bisma agar tidak jadi menjadi seorang pecundang.
Bagaimanapun juga ia harus bisa meyakinkan Bisma, bagaimanapun juga ia harus bisa membuat Bisma percaya diri dan tetap berjuang walaupun belum tentu berhasil. Bisma harus tahu jika perempuan tak boleh dikecewakan. Karena sekali kita mempermainkan perempuan maka karma yang akan kita dapatkan bisa berkali-kali lipat banyaknya.
"Aku tidak pernah mempermainkan Caca, Farrel. Aku memang dekat tapi belum menjadikannya kekasihku," ucap Bisma mengelak kenyataan itu.
Mengelak kenyataan bahwa sebenarnya tanpa ia sadari ia memang telah mempermainkan Caca. Jadi sekarang bagaimana? Apa yang harus Bisma lakukan sekarang? Apakah Bisma harus melawan rasa takutnya itu? Apakah Bisma harus terus berpikir positif walaupun firasatnya terus berpikiran negatif saja? Sungguh cinta memang rumit bagi seorang Bisma Anggara.
"Apakah kamu pikir dengan tiba-tiba menjauhinya nanti itu tidak mempermainkan perasaannya? Tentu saja kamu membuatnya sakit hati Bisma. Pikirlah baik-baik, ambil keputusan sesuai isi hatimu Bisma. Jangan terlalu terburu-buru untuk menyerah," ucap Farrel memberikan nasehat pada Bisma.
Farrel hanya tak ingin Bisma menyesal nantinya karena keputusan yang ia ambil sekarang. Karena bagaimanapun juga menyerah bukanlah keputusan terbaik. Ingat saja kata pepatah. Mengeluh boleh, capek boleh, tapi jangan menyerah. Semuanya tak akan sia-sia, usaha tidak akan mengkhianati hasilnya.
"Jadi apa yang harus aku lakukan Farrel?" tanya Bisma menampilkan raut wajah lelahnya.
Bisma merasa lelah memikirkan semuanya. Kenapa ia harus terjebak di cinta yang begitu rumit ini? Rasanya lelah sekali, memikirkannya saja sudah lelah apalagi menjalaninya. Bisma merasa tak sanggup jika harus mematahkan hati gadis yang ia sukai. Namun Bisma juga tak sanggup jika nantinya hatinya yang patah. Jadi rasanya ia merasa serba salah, tak ada yang bisa ia lakukan selain melawan rasa takutnya ini kan? Haruskah ia tetap berjuang dan pasrah menerima kenyataan nantinya?
"Kalau kataku sih, tetaplah berjuang dan jangan menyerah. Berjuang sekuat tenaga, masalah hasil biar urusan yang diatas saja yang mengaturnya," kata Farrel mengutarakan pikirannya.
Farrel sangat ingin melihat Bisma bahagia dengan gadis bernama Caca itu. Farrel ingin Bisma bisa menjadi laki-laki yang tidak cuek lagi dan bisa ramah dengan semua orang seperti Bastian. Namun apakah mungkin Farrel bisa membujuk Bisma untuk menjadi sosok yang seperti itu? Farrel sendiri belum yakin dengan apa yang ia inginkan saat ini.
"Nanti deh aku pikirkan dulu keputusanku Farrel, aku belum bisa berpikir sekarang, rasanya kepalaku sangat sakit dan otakku terasa buntu. Aku belum tahu apa yang harus aku lakukan kedepannya. Doakan saja aku bisa mengambil keputusan terbaik untukku dan untuk Caca," ucap Bisma pada akhirnya.
Bisma masih bingung harus berbuat apa dan mengambil keputusan bagaimana. Rasanya ia tak tahu harus kemana, ia seperti merasa ada di jalan buntu sekarang. Walaupun ia tahu Farrel berusaha mengarahkannya untuk tetap berjuang, namun hatinya menolak itu. Hatinya menolak kenyataan bahwa ia harus mengalami sakit hati lagi, ia tak ingin merasakan luka lama kembali muncul. Cukup sekali saja ia merasa terpuruk, Bisma tak ingin merasakannya lagi.
"Ya pastinya, tentu saja aku akan mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua. Lalu bagaimana dengan Bastian? Apakah Bastian masih men-jomblo seperti biasanya?" tanya Farrel mulai mengalihkan pembicaraan. Farrel hanya ingin tahu tentang bagaimana tulusnya persahataban antara Bisma dan Bastian. Karena bagaimanapun mereka seperti dua orang yang kembar tapi memiliki dua kepribadian yang bertolak belakang.
"Ya, dia masih jomblo, tapi setahuku dia sedang dekat juga dengan seorang gadis," sahut Bisma dengan sedikit senyum yang dipaksakan menatap Farrel.
Sebenarnya Bisma ingin lanjut membaca buku Sejarahnya karena ia akan ikut kompetisi beberapa hari kedepan, tapi ia tak enak dengan Farrel, ia tak enak mengacuhkan pertanyaan Farrel. Karena bagaimanapun Farrel sangat baik padanya dan memberikannya banyak pencerahan sejak tadi. Entah kenapa ia tiba-tiba teringat dengan Bastian, bagaimana kabar sahabatnya saat ini? Bukankah sahabatnya sedang berada di Rumah Sakit SMA Bintang? Mungkin alangkah baiknya jika sebentar lagi ia menghubungi Bastian untuk menanyakan keadaannya. Walaupun ia tahu bukan Bastian yang sakit, tapi tetap saja ia merasa khawatir.
"Oh ya, benarkah? Siapa nama gadis itu?" tanya Farrel lagi berusaha mencairkan suasana agar tidak tegang.
Farrel berusaha untuk menghibur Bisma yang pikirannya sedang kalut sekarang. Entah kenapa ia merasa bahwa Bisma sedang banyak pikiran. Entah apa yang sedang Bisma pikirkan, Farrel tak tahu karena Farrel bukanlah seorang peramal. Jadi ia hanya bisa melihat dari raut wajah Bisma yang seperti sedang memikirkan banyak hal terlihat dari raut wajah tegangnya itu.
"Kenapa kamu ingin tahu?" tanya Bisma balik. Entah kenapa Bisma merasa tak nyaman dengan pertanyaan Farrel yang semakin lama semakin ingin tahu privasinya dan privasi sahabatnya, Bastian Angkasa. Apakah kehidupannya dan kehidupan Bastian terlalu menarik untuk Farrel sehingga Farrel begitu ingin tahu dengan kehidupannya dan kehidupan Bastian? Tapi apa menariknya? Apakah karena dirinya dan Bastian terkenal di SMA Bintang? Ah, iya mungkin saja!
"Ya, ingin tahu saja. Memangnya kenapa? Apakah aku tidak boleh bertanya? Atau aku memang tak boleh mengetahuinya?" tanya Farrel masih belum menyerah. Ia ingin tahu kisah cinta Bastian Angkasa lewat teman sebangkunya ini. Farrel juga tak tahu apa yang membuatnya merasa sepenasaran ini. Yang jelas, ia berpikir bahwa ia harus tahu. Karena tak mungkin baginya untuk bertanya langsung pada Bastian, ia tak mengenal Bastian juga kan? Jadi ia akan membujuk Bisma untuk memberitahunya langsung. Ia yakin Bisma tahu sesuatu tentang Bastian.
"Setelah kamu tahu, memangnya apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan berbuat apa? Apa untungnya kamu mengetahui siapa gadis yang sedang dekat dengan Bastian?" tanya Bisma bertubi-tubi tanpa jeda dengan nada sedikit ketus. Entah kenapa ia pikir ia tak pantas membocorkan siapa yang disukai oleh sahabatnya karena Bastian belum berstatus sebagai kekasih dengan gadis yang disukainya, mungkin beda lagi urusannya jika mereka sudah berpacaran. Mungkin Bisma akan dengan senang hati memberitahunya nanti, tidak sekarang.