Farrel terdiam karena ia terkejut mendapat jawaban yang ketus dari Bisma. Apakah Bisma marah padanya? tapi apa salahnya sehingga Bisma marah padanya? Kan Farrel hanya berniat ingin tahu dan mencairkan suasana saja. Terutama Farrel ingin membuat Bisma tak merasa kalut lagi pikirannya. Namun, rupanya Bisma tak menghargai usahanya dan rupanya usahanya tak ternilai.
"Ah tidak apa-apa jika kamu tidak ingin memberitahunya. Aku tidak memaksamu untuk mau memberitahuku kok," sahut Farrel dengan senyum lebarnya, pura-pura untuk tidak menyadari bahwa Bisma bersikap ketus lagi padanya. Mungkin ini adalah salahnya juga menanyakan hal-hal yang privasi terhadap Bisma Harusnya ia tahu dan menyadari bahwa Bisma akan tetap bersikap cuek bagaimanapun keadaannya.
"Aku mau lanjut belajar, waktu Olimpiade Nasional Sejarah akan diadakan sebentar lagi, dan aku harus pulang sebagai pemenang," sahut Bisma dengan nada bersemangat tak menghiraukan jawaban yang dikatakan Farrel. Bagaimana bisa Bisma bersikap se-cuek itu terhadap teman sebangkunya ini? Lagipula ia tak mau memberitahu Farrel siapa gadis yang sedang dekat dengan Bastian sekarang. Jika memang ingin mengetahuinya biarlah Farrel berusaha sendiri untuk mendapatkan informasi itu.
"Memangnya jika ikut perlombaan harus menjadi pemenang Bisma? Tidak kah kamu merasa terlalu ambisius Bisma?" tanya Farrel lagi masih berusaha mempertahankan obrolan ini, walaupun sudah jelas-jelas Bisma menjawabnya dengan sangat ketus yang menandakan Bisma tak ingin lagi mengobrol dengannya. Apakah obrolannya ini tidak penting bagi Bisma? Ya, mungkin saja tidak.
"Harus. Aku memang ambisius, memangnya kenapa? Apakah itu merugikanmu? Tidak kan?" ucap Bisma dengan nada sama ketusnya seperti tadi. Ia hanya berusaha untuk menghentikan percakapan. Kenapa sih Farrel selalu mengganggunya? Tidak kah Farrel tahu jika ia ingin tenang belajar sesuka hatinya tanpa diganggu siapapun. Ia ingin fokus dengan buku sejarahnya, hanya itu.
"Ya sudah lanjutkan belajarmu, semoga kamu menang Bisma," ucap Farrel masih dengan sabar dan tak memasukkan ke hati kata-kata Bisma. Ia mengenal Bisma, jadi ia akan bersikap maklum jika diperlakukan seperti ini oleh Bisma. Farrel tidak akan marah.
"Ya, terima kasih," sahut Bisma mengakhiri percakapan dan langsung fokus membaca buku sejarahnya tanpa menoleh lagi menatap Farrel. Ia ingin segera selesai belajar dan bebas bermain game di ponselnya. Ternyata jam kosong lumayan menyenangkan untuk Bisma.
***
Sedangkan di lain tempat di kelas X Bahasa 1…
"Jadi apa yang akan kita lakukan untuk membuat Luna jera?" tanya Raya dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Bagaimana tidak? Peringatannya ternyata tak di hiraukan oleh Luna. Namun Luna sampai pingsan dan mimisan itu adalah salah satu keinginannya yang ternyata terwujud semudah itu. Ia hanya ingin membantu Stella dan ingin membuat Luna merasakan trauma yang mendalam. Jahat sekali hati Raya kan? Tentu saja, jika tak kejam makan bukan Raya Revannya Flora namanya.
"Bukannya Luna sudah dirawat di rumah sakit? Apakah itu belum cukup memuaskan untukmu Raya?" tanya Naura tidak habis pikir dan menggelengkan pelan kepalanya. Apalagi yang Raya inginkan? Bukankah semuanya sudah berjalan sesuai rencana? Apakah Raya ingin Luna mati sekalian? Sungguh Raya sangat kejam dan tak memiliki hati nurani.
"Aku ingin Luna jera dengan Tuan Putri Stella. Bukan di rawat di rumah sakit yang aku inginkan. Kenapa harus Bastian yang menemukannya? Bukankah itu malah membuat Tuan Putri Stella semakin cemburu?" tanya Raya menatap Naura lalu Stella secara bergantian. Apakah pikirannya ini tidak sesuai dengan keinginan Stella? Raya hanya berpikir bahwa dirinya adalah pengikut Stella, jadi apapun yang Stella inginkan ia akan berusaha untuk mengabulkannya.
"Tidak, aku tidak cemburu," sahut Stella dengan lugas. Tapi tahukah kalian bahwa sebenarnya hatinya bertolak belakang dengan perkataannya? Ya, sebenarnya Stella sangat cemburu melihat kejadian itu, walaupun ia sadar bahwa dirinya bukan siapa-siapa Bastian. Tapi tetap saja itu membuat ia cemburu, namun pantaskah Stella merasakan cemburu yang seperti ini terhadap Bastian sedangkan ia sendiri sadar bahwa Bastian belum menjadi pacarnya.
Raya terdiam, mencari kejujuran di mata Stella. Namun detik berikutnya ia tersenyum smirk, ia tahu bahwa Stella berbohong. Tak mungkin Stella tak cemburu. Ia yakin bahwa Stella cemburu. Namun, Stella malu mengungkapkan itu di depan teman-temannya. "Aku tahu kamu berbohong Tuan Putri Stella, jangan berbohong padaku, aku dapat melihatnya dari matamu bahwa kamu sebenarnya cemburu kan?" tanya Raya tanpa ragu dan tanpa takut mengatakan itu pada Stella. Lagipula apa yang harus ia takutkan? Ia menjadi pengikut Stella bukan berarti ia harus takut dengan Stella juga kan?
"Tidak, aku tidak cemburu. Aku tak ada hak untuk cemburu. Aku bukan siapa-siapa Bastian, itulah kenyataannya dan itulah yang harus kalian tahu," ucap Stella masih mengelak tentang perasaannya. Ia hanya tak ingin reputasinya jatuh di depan teman-temannya karena gengsi Stella sangatlah tinggi.
"Tetapi sepertinya sebentar lagi kamu akan menjadi Tuan Putrinya Bastian, aku yakin itu. Aku yakin jika Bastian pasti akan menjadikanmu kekasih. Jadi kita harus beri pelajaran pada Luna agar stop mendekati Bastian, karena Bastian adalah milikmu seorang Tuan Putri Stella," ucap Raya meyakinkan Stella bahwa semuanya memang akan benar terjadi sesuai apa yang ia katakan. Karena tak tahu kenapa dalam hati Raya mengatakan bahwa Stella memang akan berpacaran dengan Bastian dalam waktu dekat.
"Tidak usah, jangan lakukan apapun ke Luna. Aku sudah cukup merasa kasihan padanya, dia harus dirawat di rumah sakit karena ulah kita. Stop memberinya pelajaran. Itu tak akan ada gunanya. Jika Bastian tahu ini semua ulahku, pasti dia akan marah atau bahkan membenciku. Dan aku tak ingin dibenci oleh seseorang yang aku cintai. Jadi tak perlu mengusik ketenangan Luna," sahut Stella berpikir secara logika. Memang benar kan apa yang ia pikirkan? Secara logika Bastian pasti akan marah padanya jika ia bersikap kejam pada orang lain, karena ia tahu Bastian tak suka itu.
"Jadi kamu takut Bastian membencimu? Percaya padaku bahwa Bastian sebenarnya mencintaimu, dia tak akan membencimu Tuan Putri Stella," ucap Raya masih berusaha meyakinkan Stella akan hal itu. Ia hanya tak ingin Ketua Gengnya berubah menjadi perempuan yang penakut dan tak seperti dulu yang selalu berbuat nekat dan menakutkan. Bahkan nama The Angel Wings bisa terkenal menyeramkan itu semua karena sikap Stella yang tak segan-segan membuli siswi yang lemah dan dianggapnya saingan olehnya.
"Darimana kamu tahu? Kenapa kamu bisa seyakin itu? Aku saja tidak seyakin itu," ucap Stella menatap Raya meminta penjelasan. Darimana Raya tahu jika Bastian mencintainya? Raya saja belum mengenal Bastian kan? Apakah Raya hanya menebak-nebak atau hanya ingin menenangkannya saja? Ia hanya berharap semuanya akan baik-baik saja. Stella berpikir bahwa ia akan dibenci oleh Bastian jika Bastian sampai tahu semua ini.