Chereads / Stella : Cinta Segitiga / Chapter 12 - BAB 12 : Trauma Masa Lalu Bisma

Chapter 12 - BAB 12 : Trauma Masa Lalu Bisma

"Benarkah begitu Farrel? Apakah Bastian tetap mau bersahabat denganku walaupun aku sangat cuek dan tidak pedulian terhadap semua orang?" tanya Bisma masih tidak yakin dengan jawaban Farrel itu, walaupun Farrel sudah memberikan pernyataan yang terdengar sangat masuk akal di telinganya.

"Iya Bisma benar, maka dari itu kamu harus belajar dari Bastian untuk tidak menjadi laki-laki yang se-cuek dan se-dingin itu lagi. Kamu harus menjadi laki-laki yang ramah seperti Bastian. Kamu harus bisa melawan trauma masa lalumu itu." ucap Farrel memberikan nasehat bijak pada Bisma yang terus meyakinkan kata-katanya. Apakah se-tidakpercaya itu Bisma pada Farrel?

"Tetapi melawan trauma masa lalu tidak lah mudah." sahut Bisma menolak saran Farrel. Ia belum siap menjadi laki-laki yang seperti dulu sebelum dikecewakan. Ia belum siap membuka hatinya untuk perempuan. Namun bodohnya sekarang Bisma memang sedang dekat dengan seorang gadis bernama Caca. Apakah Caca akan mengungkit kembali trauma masa lalunya?

"Semua memang tidak semudah yang dikatakan Bisma, tapi jika kamu tidak mencobanya kamu akan terus mendekam dalam trauma masa lalu. Tidakkah kamu mau bangkit dari kepedihan trauma masa lalu?" tanya Farrel kembali menatap Bisma yang tidak menatapnya. Bisma terus memandang lurus ke depan, menatap papan tulis yang kosong tanpa tulisan sama sekali disana. Ya, sekarang adalah jam kosong, taka da satupun guru yang masuk ke ruang kelas XI IPS 1.

"Aku tidak tahu Farrel. Aku ingin bangkit, namun aku belum yakin bisa untuk bangkit. Dan bodohnya, aku malah sedang dekat dengan seorang gadis saat ini. Aku takut jika gadis itu akan mengungkit kembali trauma masa laluku." ucap Bisma mengacak rambutnya frustasi. Ia berpikir bahwa dirinya sangatlah bodoh. Bagaimana bisa ia memutuskan untuk dekat dengan Caca jika ia sendiri belum siap menerima kepedihan yang nantinya mungkin akan terulang seperti dulu?

"Good Boy! Lebih dari 20 kata lagi." sahut Farrel tidak nyambung. Sejak tadi ia menghitung jumlah kata yang diucapkan Bisma. Bisma sudah mulai bisa membuka dirinya, tidak se-cuek dan se-dingin biasanya. Apakah Bisma sudah mulai mempercayainya sebagai teman? Ah iya, mungkin saja. Jika benar begitu Farrel merasa senang jika bisa dianggap teman oleh Bisma. Kalisaja nanti saat ulangan, Bisma mau memberikannya contekan kan?

"Aku serius Farrel. Berhentilah menganggap apa yang aku katakan ini lelucon. Berhentilah menghitung jumlah kata yang kuucapkan." ucap Bisma gemas. Bagaimana bisa Farrel malah menghitung jumlah kata yang ia katakan tanpa menjawab yang ia ungkapkan tadi? Apakah Farrel ingin mengajak ribut dengannya?

"Baiklah, hamba minta maaf tuan Anggara." ucap Farrel menahan senyumnya. Ternyata Bisma juga bisa diajak bicara serius. Dan ini adalah pertama kalinya Bisma bersikap seperti ini padanya. Mungkin Bisma memang sudah mulai mempercayainya sebagai teman. Dan itu adalah berita yang bagus untuk Farrel.

"Jadi bagaimana?" tanya Bisma menatap Farrel yang senyum-senyum tak jelas, tahukah kalian? Saat ini Farrel sangat mirip seperti kera yang memandang banyak pisang. Sungguh menyebalkan! Dan tentunya terlihat menjijikkan di mata Bisma.

"Bagaimana apanya?" tanya Farrel pura-pura tidak paham. Percayalah ia hanya ingin menguji kesabaran Bisma. Apakah Bisma akan tahan dengan sikap Farrel yang suka berbelit-belit? Kita lihat saja, seberapa sabarnya Bisma menghadapinya.

"Arghh! Tidak, tidak jadi. Lupakan saja." sahut Bisma dengan tatapan datar menatap Farrel. Ia hampir melupakan kenyataan bahwa Farrel adalah orang termenyebalkan yang ia kenal. Kenapa bisa ada orang yang menyebalkan seperti Farrel? Pertanyaan itu kembali lagi kepadanya, kenapa bisa ada orang se-cuek dan se-tidak peduli seperti dirinya?

"Ahaa! Iya, aku yakin bahwa gadis itu tidak akan mengungkit trauma masa lalumu Bisma. Yakin lah, jika dia bisa membuatmu berubah menjadi lebih baik. Karena ucapan adalah doa, jadi jangan berkata yang tidak-tidak, jangan berkata negative jika kamu tak ingin yang negative datang padamu." ucap Farrel berkata bijak lagi. Farrel memang laki-laki bijak, namun kebijakannya itu biasanya ia pendam. Hanya disaat-saat seperti ini saja ia bersikap bijak terhadap teman yang ia anggap sebagai teman.

"Ternyata kamu orang yang sangat bijak Farrel. Aku salut. Terima kasih karena sudah bersikap baik padaku. Aku akan belajar dari kamu untuk menjadi orang yang baik dan tidak cuek seperti biasanya." ucap Bisma tersenyum ramah. Nah ini adalah pertama kalinya seorang Bisma Anggara tersenyum pada orang selain Bastian Angkasa. Dan Farrel saat ini sudah ia angkat menjadi temannya. Bukan sekedar orang yang berstatus sebagai teman sebangkunya saja.

"Aku bangga pada diriku jika ada yang bisa berubah menjadi lebih baik karena sikapku." ucap Farrel membusungkan dadanya karena ia merasa senang dan lega. Setidaknya Bisma mau mendengar perkataannya. Bisma tidak keras kepala.

"Ya Farrel, terima kasih. Apakah kamu tahu siapa gadis yang kusukai itu? Apakah kamu tahu siapa gadis yang kumaksud tadi?" tanya Bisma ingin bercerita sedikit pada Farrel. Biasanya hanya Bastian lah yang tahu segalanya, namun di sekolah ia tak bisa dekat dengan Bastian karena ia dan Bastian beda jurusan. Jadi mungkin ia harus mencari teman lain untuk menjadi temannya di sekolah. Tapi Bastian tetaplah Bastian, akan tetap menjadi sahabat sejatinya.

"Tentu saja aku tidak tahu Bisma, kamu tidak pernah memberitahukannya padaku. Darimana aku bisa tahu? Aku bukanlah peramal yang tahu segalanya tentangmu. Mungkin hanya Bastian yang hampir mengetahui segalanya tentangmu kan?" ucap Farrel hampir tertawa terbahak-bahak di tempatnya duduk saat ini. Bagaimana bisa Bisma melontarkan pertanyaan sekonyol itu padanya? Apakah Bisma benar-benar mengira bahwa Farrel tahu segalanya? Ah dunia sebercanda itu rupanya.

"Jadi kamu tidak tahu? Apakah kamu ingin tahu? Apakah kamu ingin mendengarkan ceritaku tentang gadis itu?" tanya Bisma lagi mulai berantusias untuk bercerita pada Farrel. Rupanya Farrel memangnya laki-laki yang baik dan cocok menjadi teman barunya. Rasanya, mungkin ia tak akan menjadi laki-laki kesepian lagi yang tidak mempunyai teman di kelasnya. Mungkin kehadiran Farrel di hidupnya adalah pertanda baik. Semoga saja Farrel memang memiliki niat baik untuk mendekatinya.

"Ya Bisma, tentu saja aku ingin mendengarkan cerita tentang gadis yang kamu sukai itu. Aku akan menjadi senang jika kamu mau berbagi cerita denganku. Sudah lama aku menantikan saat-saat ini Bisma. Sejak dulu, sudah setahun lebih kita menjadi teman sebangku namun kamu tak pernah bicara padaku, kamu bicara jika ada penting saja dan itu hanya sepatah dua patah kata, tak pernah basa-basi atau bergurau denganku. Kau pikir seru memiliki teman sebangku yang bersikap layaknya patung hidup?" ucap Farrel mengatakan yang selama ini ia rasakan. Sebenarnya duduk sebangku dengan Bisma bukanlah hal yang buruk namun ia seperti terasa duduk sendirian, tak pernah bicara apalagi mengobrol. Terkadang ia iri melihat teman-teman lainnya yang berada di kelas yang sama dengannya yang bisa akrab dengan teman sebangkunya, dan tidak seperti dirinya.

"Maafkan aku Tuan Bagaskara. Maafkan aku karena selama ini aku hanya menjadi teman sebangkumu yang layaknya patung hidup. Pasti kamu merasa duduk dengan hantu kan?" tanya Bisma hampir mentertawakan dirinya sendiri. Sebegitu menyedihkannya kah Farrel selama ini duduk dengan patung hidup?