"Ah iya! Itu kamu sadar sendiri seberapa menyedihkannya aku duduk sebangku seperti dengan hantu," sahut Farrel dengan tatapan datarnya menatap Bisma, tanpa ekspresi.
"Maafkan aku Farrel, mulai detik ini aku berusaha untuk berubah agar tidak menjadi seperti patung hidup," ucap Bisma meyakinkan Farrel akan hal itu. Ia berharap Farrel akan mempercayai apa yang ia katakan.
"Tentu saja aku memaafkanmu dengan senang hati tuan Anggara. Jadi siapa nama gadis itu?" tanya Farrel lagi mulai merasa sangat berantusias. Ia sudah tidak sabar mengetahui siapa gadis yang disukai teman sebangkunya ini.
"Namanya Caca," sahut Bisma dengan bibir yang sedikit melengkung keatas menatap Farrel.
"Itu nama gadis atau nama permen?" tanya Farrel dengan polosnya dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Gadis," ucap Bisma dengan nada sedikit ketus dan tatapan yang mematikan menatap Farrel. Ternyata sikap menyebalkan Farrel masih tetap melekat di benaknya. Dan, Bisma tak bisa menerima jika gadis yang ia sukai diejek begitu oleh Farrel. Entah Bisma yang terlalu bawa perasaan atau Farrel yang memang terkesan menyebalkan?
"Namanya unik, apakah dia cantik?" tanya Farrel lagi tanpa rasa bersalah sama sekali. Farrel tahu Bisma kesal padanya, namun ia berusaha untuk pura-pura tidak menyadarinya. Apakah harus Farrel meminta maaf pada Bisma tentang hal sepele itu? Kan Farrel berniat bertanya bukan mengejek gadis yang Bisma sukai.
"Ya, tentu saja dia gadis yang cantik dan manis," ucap Bisma memuji gadis yang ia sukai dengan hati yang gembira. Bagaimana tidak? Pertemuannya beberapa hari yang lalu membuatnya merasakan jatuh cinta kembali. Dan ia berharap bahwa kali ini ia tidak dikecewakan lagi oleh cintanya. Semoga saja Tuhan memberkatinya.
"Wah! Sepertinya kamu memang benar-benar menyukainya ya Bisma? Aku jadi penasaran se-cantik dan se-manis apakah gadis yang bernama Caca itu?" tanya Farrel semakin penasaran. Untuk pertama kalinya ia melihat Bisma memancarkan rasa bahagia yang begitu mendalam. Rasanya ia tak pernah melihat itu di diri Bisma sebelumnya.
"Dia sangat cantik dan manis. Dia seperti peri. Aku memang belum terlalu mengenalnya, tapi yang jelas aku telah menyukainya, aku telah merasakan jatuh cinta itu lagi, seperti dulu. Namun satu yang aku takutkan, aku takut dikecewakan lagi seperti dulu dan mengungkit luka lama," ucap Bisma kembali merasakan sedih di hatinya.
Mengingat semua yang pernah ia lalui rasanya begitu menyakitkan. Tidak ada yang lebih menyakitkan daripada dikhianati kan? Dan Bisma pernah merasakan itu. Bisma pernah merasakan bagaimana hancurnya dikecewakan, hancur yang sehancur-hancurnya. Bahkan disaat seperti itu hanya ada Bastian yang menemaninya dan menghiburnya. Bisma bahkan tak mempercayai keluarganya, karena keluarganya tak pernah memperdulikannya sama sekali. Orang tuanya sibuk bekerja. Memang Bisma tak pernah kekurangan apapun dari segi materi, tapi Bisma juga butuh kasih sayang. Bisma terkadang iri dengan Bastian yang punya segalanya, tapi Bisma tahu bahwa manusia lahir membawa karmanya masing-masing jadi mungkin ini adalah garis takdir Bisma yang harus merasakan bagaimana rasanya hidup tanpa kasih sayang dari orang tua.
"Aku yakin Caca tak akan mengecewakanmu Bisma, jadi berusahalah untuk tetap tenang dan jangan terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi. Aku yakin bahwa Caca adalah gadis yang baik selain dia cantik dan manis seperti yang kamu bilang. Walaupun aku belum mengenalnya, tapi aku merasa bahwa Caca adalah gadis yang tepat untukmu," ucap Farrel berusaha membuat Bisma yakin dengan pilihannya.
Sebenarnya Farrel sangat ingin tahu bagaimana perjalanan cinta Bisma sebelumnya, sehingga Bisma mengalami trauma masa lalu dan rupanya trauma Bisma belum sembuh dari rasa sakit hatinya. Namun satu juga yang ia takutkan, bagaimana jika Caca juga mengecewakan Bisma seperti dulu atau bahkan lebih parah dari sebelumnya? Jujur, ia sebagai teman Bisma belum siap melihat Bisma hancur untuk yang kedua kalinya.
"Semoga saja Farrel, aku hanya berharap Caca yang terbaik atau bahkan yang terakhir di hidupku. Aku terlalu takut untuk mengenal gadis lain. Aku takut sakit hati lagi Farrel," sahut Bisma mengutarakan perasaannya. Rasanya begitu menakutkan jika itu benar-benar akan terjadi. Bisma belum siap mental untuk mendapatkan rasa kecewa itu lagi. Bisma belum siap menelan kekecewaan itu lagi, bahkan ia tak dapat membayangkan bagaimana hancurnya dirinya jika itu semua lebih dari perasaan yang dulu.
"Sebenarnya jika kamu memutuskan untuk jatuh cinta kamu harus siap untuk merasakan sakit hati, Bisma. Karena bagaimanapun rasa cinta dan rasa sakit hati itu adalah satu paket yang komplit yang tak dapat dipisahkan satu sama lain," kata Farrel memberikan amanat terbaiknya untuk teman sebangkunya ini.
Se-cuek apapun Bisma, ia tak peduli. Karena bagaimanapun juga Bisma adalah temannya, bahkan ia menganggap Bisma sahabat. Walaupun belum tentu Bisma juga menganggapnya demikian. Bisma memang sosok laki-laki yang cuek dan tidak terlalu peduli dengan sekitarnya, tapi tidak dengan Farrel yang berusaha untuk tetap peduli dengan Bisma. Kalau kata orang balaslah keterlukaan dengan senyuman. Dan Farrel berusaha untuk menerapkan itu pada Bisma.
Farrel tahu jika sikap Bisma yang seperti ini bukan tanpa sebab. Farrel percaya bahwa sikap Bisma yang seperti sekarang itu karena trauma masa lalu yang Bisma rasakan, yang belum bisa Bisma lupakan. Farrel percaya bahwa semua orang itu baik, hanya saja lingkungan yang membuat orang itu tidak baik atau salah pergaulan.
"Jadi kesimpulannya aku harus siap merasakan sakit hati jika aku sudah memutuskan untuk jatuh cinta?" tanya Bisma lagi merasa tak yakin dengan dirinya dan ingin mundur saat itu juga. Bagaimana tidak ingin mundur? Rasa sakit itu masih terekam jelas di pikirannya dan sangat terasa di hatinya. Bisma belum bisa melupakan masa lalunya yang menyakitkan itu. Sungguh! Percayalah, hidup Bisma menyedihkan, hidup Bisma tidak se-menyenangkan itu. Ia sedih, apakah harus ia menyerah sebelum berjuang?
"Ya, tentu saja Bisma. Kamu harus siap jika rasa sakit hati itu tiba-tiba datang menghinggapi hatimu. Kamu harus bisa bangkit lagi dan tidak terpuruk atas kesakithatianmu itu. Percayalah Bisma, semua orang yang jatuh cinta pasti pernah merasakan sakit hati, mungkin ada yang duluan dan ada yang belakangan," ucap Farrel mengatakan pengalamannya.
Oh tidak, jangan salah, Farrel juga pernah merasakan sakit hati ketika ia memutuskan untuk mencintai seorang gadis. Namun tak usah dibahas, karena ia pikir itu tidak penting dan tak perlu diungkit lagi. Farrel sudah mulai lupa dan bangkit dari rasa sakit yang pernah ia rasakan dulu.
"Apakah sebaiknya aku menyerah saja sebelum berjuang untuk mendapatkan hati Caca? Aku pikir aku ingin mundur saja. Karena aku belum siap jika hatiku harus dipatahkan lagi oleh gadis yang kusukai. Mungkin lebih baik jika aku tak usah merasakan bagaimana indah dan pahitnya jatuh cinta," ucap Bisma merasa menjadi pecundang.
Pecundang dan manusia terbodoh di dunia. Ia ingin menyerah saja, dan ingin tidak peduli lagi dengan cinta. Yang jelas, Bisma merasa tak siap jika harus merasakan kecewa seperti dulu lagi, atau bahkan lebih dari itu.