Chereads / Stella : Cinta Segitiga / Chapter 11 - BAB 11: Pantaskah Aku Bersahabat Dengan Bastian?

Chapter 11 - BAB 11: Pantaskah Aku Bersahabat Dengan Bastian?

"Memangnya kenapa jika aku tidak peduli dengan sekitarku? Apakah itu merugikanmu?" tanya Bisma dengan nada yang begitu dingin. Suasana menjadi tiba-tiba mencekam diantara Bisma dan Farrel. Bisma tak mau kalah dan Bisma tidak mau jika dirinya dipojokkan oleh seorang Farrel.

"Ah tidak Tuan Anggara, sikap cuekmu itu tidak pernah merugikanku. Tapi itu sangat merugikan dirimu sendiri." sahut Farrel tak menghiraukan suasana mencekam yang menghampirinya. Ia hanya berusaha berpura-pura untuk tidak sadar bahwa Bisma sedang marah padanya.

"Ah tidak juga, aku tidak pernah merasa dirugikan oleh sifat cuekku ini." sahut Bisma masih bersikeras bahwa dirinya tidaklah salah. Tidak salah dimata siapapun. Termasuk dirinya sendiri.

"Masa? Buktinya kamu tidak punya teman sebanyak aku? Temanmu hanya Bastian Angkasa saja kan?" ucap Farrel mulai merasa kesal dengan nada sombong Bisma yang seakan-akan tak butuh siapapun di dunia ini. Padahal manusia kan makhluk sosial, masa iya Bisma akan terus bersikap individual? Tidak mungkin kan.

"Untuk apa mempunyai banyak teman? Jika teman itu hanya ada disaat kita senang dan tak pernah ada disaat kita susah? Kubilang itu percuma." ucap Bisma menyadarkan kesombongan Farrel yang merasa bahwa dirinya hebat memiliki banyak teman. Padahal nyatanya itu tidaklah berguna bagi Bisma.

Farrel terdiam mendengar apa yang Bisma katakan, benar juga apa yang dikatakan Bisma. Farrel memang mempunyai banyak teman namun teman-temannya tak pernah ada disaat ia susah, teman-temannya hanya datang disaat ia senang. Jadi ia pikir, memang benar yang dikatakan Bisma bahwa semuanya percuma.

"Kenapa diam? Kamu baru sadar bahwa semuanya percuma?" tanya Bisma melengkungkan sedikit bibirnya keatas, namun sangat tipis hingga tak ada seorang pun yang melihatnya tersenyum.

"Ah iya apa yang kamu katakan semuanya benar. Aku terlalu sombong karena memiliki banyak teman, padahal itu tak berguna sama sekali, semuanya percuma. Bagaimana rasanya memiliki sahabat sejati? Yang selalu ada disaat kita merasa sedih maupun senang?" tanya Farrel pada Bisma berusaha mencairkan suasana yang tadinya tegang karena ulahnya sendiri.

"Rasanya… biasa saja. Namun setidaknya memiliki satu sahabat sejati itu lebih berarti daripada mempunyai banyak teman yang hanya tersenyum di depan namun mengejek di belakang. Kamu tahu? Bastian Angkasa sudah kuanggap saudara. Aku sangat menyayanginya lebih dari apapun juga di dunia ini." ucap Bisma jujur pada Farrel. Ia hanya ingin Farrel tahu bahwa sebenarnya ia tak secuek yang orang-orang kira. Ia hanya belum bisa menunjukkan sisi baiknya seperti orang lain pada umumnya. Itu semua tak lain dan tak bukan hanya karena trauma masa lalunya.

"Ternyata kamu orang yang tulus." ucap Farrel tanpa sadar. Ia tak sadar mengatakan itu, bibirnya memang selalu ceplas-ceplos jika berbiacara, tak memangdang siapa yang diajak bicara kadang ia lupa mengerem mulutnya untuk berhenti berbicara.

"Hm… Iya, bisa dibilang begitu. Namun aku hanya bersikap begitu pada orang-orang tertentu. Orang-orang yang aku percaya dan kuanggap istimewa saja." ucap Bisma mengiyakan pernyataan Farrel yang mengatakan bahwa dirinya tulus. Ya, ia memang tak bisa mengelak fakta itu karena sejujurnya ia memang orang yang tulus namun pernah dikecewakan yang membuat dirinya tak mudah percaya dengan siapapun.

"Oh jadi begitu. Ngomong-ngomong soal Bastian, dia sangatlah pahlawan hari ini, kamu tahu kenapa semua orang menyebutnya pahlawan hari ini?" tanya Farrel sengaja mengalihkan pembicaraan. Ia tahu ada yang tak ingin Bisma sampaikan padanya. Ada yang Bisma sembunyikan, terlihat dari raut wajahnya dan matanya yang menerawang jauh. Ia tak ingin mengungkit kesedihan orang, termasuk Bisma sekalipun.

"Tentu saja aku tidak tahu, memangnya apa yang membuat mereka menyebut sahabatku pahlawan hari ini?" tanya Bisma mulai sedikit antusias. Ia sudah bersiap-siap untuk mendengarkan cerita yang akan Farrel bawakan untuknya. Tentu saja itu akan sangat seru apalagi ini mneyangkut tentang sahabatnya, Tuan Angkasa.

"Tadi ada anak IPA yang pingsan hingga mimisan di kamar mandi karena dikunciin pintu oleh The Angel Wings dan Bastian menolong perempuan itu menggendongnya dan membawanya ke UKS lalu ke Rumah Sakit SMA Bintang. Hebat kan sahabatmu itu?" tanya Farrel menggebu-gebu menceritakannya pada Bisma tentang kehebatan Bastian dimatanya. Sungguh Bastian menjadi superhero di mata semua orang hari ini termasuk di mata Farrel sendiri.

"Ah iya, Bastian memang hebat dan laki-laki yang baik mau menolong yang sedang membutuhkan bantuan, tidak sepertiku yang selalu merepotkan Bastian dan tidak peduli dengan siapapun." ucap Bisma menundukkan wajahnya. Ia mulai berpikir, pantaskah ia bersahabat dengan sosok Bastian yang hampir sempurna di mata semua orang? Dengan dirinya dan segala keterbatasan yang ia punya, ia pikir ia merasa sangat tak pantas untuk berteman bahkan bersahabat baik dengan Bastian.

"Sejak kapan Tuan Anggara berkecil hati begini? Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing Tuan Anggara. Janganlah engkau bersedih, semua tak seburuk yang kau kira." ucap Farrel menghibur Bisma yang terlihat bersedih. Ia tahu secuek apapun Bisma pasti memiliki titik lemah, ia tahu jika Bisma hanya berpura-pura tegar dan tidak peduli di depan semua orang, padahal nyatanya Bisma adalah laki-laki yang sangat kesepian.

"Benarkah jika semua tak seburuk yang kukira? Benarkah pikiran buruk itu hanya berputar di otakku? Belum terjadi dan bahkan mungkin tidak akan terjadi?" tanya Bisma kepada Farrel. Ia sangat ingin mendengar jawaban Iya dari Farrel. Entah kenapa satu kata itu mampu membuatnya sedikit lebih tenang. Apakah semua orang menganggapnya cuek dan tidak peduli? tak adakah yang mengganggapnya baik dan tulus seperti orang lain yang menganggap Bastian seperti itu?

"Iya Bisma. Jangan bersedih, aku tahu kamu orang yang baik, hanya saja kamu belum menunjukkan kebaikanmu itu terhadap semua orang seperti Bastian yang bisa bersikap baik terhadap semua orang yang ia temui di sekitarnya. Aku tahu kalau kamu memiliki masalah masa lalu yang tak bisa kamu lupakan kan? Aku tidak sekedar menebak Bisma, aku menjadi teman sebangkumu sudah lama jadi aku bisa mengenalimu sedikit demi sedikit." ucap Farrel tersenyum kecil menatap Bisma yang masih menunduk menyesali sikapnya selama ini. Apakah perkataannya ini menyinggung perasaan Bisma sehingga Bisma merasa sedih dan kepikiran?

"Apakah aku pantas bersanding dengan Bastian, Farrel? Apakah aku pantas menjadi sahabat Bastian yang nyaris sempurna di mata setiap orang? Bastian terkenal baik, sedangkan aku terkenal cuek, dingin dan tak peduli, aku seperti kebalikan dari sosok Bastian. Aku pikir aku tak pantas berada di dekat Bastian." ucap Bisma mulai merasa pesimis dan berkecil hati lagi. Memang benar apa yang dikatakan Farrek bahwa ia sedang memiliki masalah masa lalu yang tak kunjung bisa ia lupakan hingga kini, ah iya lebih tepatnya trauma masa lalu.

"Setahuku, sahabat saling melengkapi, tidak memandang harus sama-sama sempurna. Sahabat akan menerima sahabatnya apa adanya, menerima kekurangan dan kelebihan sahabatnya." ucap Farrel dengan senyum ramahnya. Farrel memang ramah, ramah dengan siapapun, walaupu kadang ia merasa kesal dengan sikap Bisma yang kelewatan cuek padanya, namun ia tak peduli.