Selain menjadi ilmuwan muda, Alvien juga seorang guru di salah satu sekolah dasar. Dirinya mengajar di kelas 6, mengajar tentang sejarah bumi dan pemahaman dasar susunan partikel.
"200 tahun yang lalu, Bumi hampir hancur karena ulah manusia sendiri. Ratusan juta nyawa melayang karena peperangan yang tak begitu lama, alam mengamuk dan memuntahkan isinya. Manusia akhirnya sadar akan perbuatan mereka dan kembali membangun peradaban. Disitulah semua dimulai, ICYTP diciptakan, Nanoteknologi dikembangkan dan benua baru terbentuk. Jadi saat ini Bumi memiliki 3 benua, Novanius, Primeva dan Generxis. Ada pertanyaan?" Alvien menjelaskan secara singkat awal dari peradaban mereka.
"Pak Vin, apa makna ICYTP? Itu terasa ada yang aneh dengan artinya." Salah satu murid Alvien bertanya dengan rasa penasarannya yang tinggi.
Alvien kemudian memandangi murid tersebut dengan tersenyum tanda ramah.
"Pertanyaan yang bagus Richard. ICYTP, Impact CYan Technologi Particle dengan I memiliki arti Impact yang berarti dampak atau pengaruh…"
C memiliki arti Cyan yang berarti warna biru kehijau-hijauan yang dimana Cyan menggambarkan warna dari energi terbarukan, T memiliki arti Teknologi dan P adalah Partikel. Jika semua makna digabung maka akan menjadi 'pengaruh teknologi partikel yang berwarna cyan'. Artinya teknologi partikel ini akan berpengaruh pada umat manusia nantinya.
"Ya itulah penjelasan mengenai ICYTP." Ujar Alvien.
"Tapi apa arti Y yang ada di ICYTP?" Murid lainnya kembali bertanya pada Alvien.
"CYan. Mengerti?" Alvien menuliskan sebuah kata dengan dua huruf besar yang berdampingan.
Alvien menatap 20 pasang mata yang ada dikelas tersebut, murid-muridnya masih belum mengerti dengan penjelasan yang disampaikan membuat Alvien kembali menjelaskan.
"CY merupakan inisial dari penemu ICYTP, Caillat dan Yeir. Mereka berdua juga menyukai warna yang sama, cyan." Akhirnya pertanyaan yang dari dulu mereka pikirkan terjawabkan berkat penjelasan Alvien.
Alvien kembali menjelaskan tentang peradaban Bumi. Planet yang mereka pijak saat ini, Bumi dengan peradaban yang lebih maju memiliki kisah dibaliknya.
Setelah kehancuran Bumi yang dikenal dengan nama Kiamat, peradaban manusia sebelumnya sudah mencapai tingkat yang baik untuk lebih maju. Jadi tak perlu memakan waktu yang lama untuk sampai di tingkatan tertinggi.
ICYTP diciptakan 100 tahun yang lalu, pengembangan 100 tahun lebih membuat bumi menjadi lebih baik. Sehingga 243 tahun dari masa kehancuran Bumi merupakan waktu yang cepat untuk pemulihan Bumi.
"Pak Vin, kenapa Bumi bisa hancur?" Alyssa, murid terpintar dikelas Alvien bertanya.
"Polusi, penebangan hutan secara liar, pemanasan global dan alam." Alvien menjawab dan Alyssa masih belum puas dengan jawaban yang diberikan.
"Alam sudah bekerja seperti itu sejak awal, manusia yang merusak sejak mereka menginjakkan kaki di Bumi." Lanjut Alvien dan mengabaikan ketidakpuasan Alyssa karena waktu yang terbatas.
Jam mengajarnya akan berakhir 15 menit lagi yang ia manfaatkan untuk bermain permainan bersama anak muridnya.
Alvien bergegas menuju laboratorium Energi Atraxis yang berada di pusat Atraxis ketika jam mengajarnya sebagai guru habis, mengganti pakaiannya dengan jas panjang berwarna putih dan berjalan menuju ruangannya.
Terlihat mesin waktunya baik-baik saja, di ujung ruangan terdapat Samuel yang sedang membaca suatu novel.
"Pertahankan tekanannya, biarkan ICYTP mengisi terlebih dahulu!" Alvien memberikan perintah pada Dean.
Samuel mendatangi Alvien untuk menanyakan hal yang ia pikirkan dari 2 hari yang lalu.
"Mesin waktu, kemana kamu akan pergi jika berhasil dibuat?" Tanya Samuel sambil menatap dalam kearah manik mata Alvien.
"Tergantung kemana mesin itu membawaku." Jawab Alvien tanpa memandang balik wajah Samuel.
Samuel belum puas dengan apa yang dikatakan oleh Alvien.
"Jangan ke masa lalu jika tidak maka tempat ini takkan pernah ada. Manusia akan kembali mengalami hal yang sama, kiamat. Kita beruntung karena peradaban sebelumnya sudah maju." Samuel memperingati Alvien dengan suara pelan tapi tegas.
"Efek Kupu-kupu, paradoks waktu, kupu-kupu paradoks. Kamu pasti tau arti dari ketiga hal itu kan?! Apa tujuanmu membuat mesin waktu?" Lanjut Samuel, ia mengatakan hal tersebut sambil menarik kerah jas milik Alvien.
Alvien terdiam, memejamkan matanya sejenak dan menghembuskan nafas panjang.
"Aku tau betul tentang ketiga hal yang kau sebutkan. Untuk apa aku membuatnya? Ilmu pengetahuan, pembuktian dan keingintahuan." Alvien mendorong kasar Samuel dan pergi meninggalkan ruangannya.
Alvien melangkahkan kakinya menuju telepon umum laboratorium tersebut. Alvien menelepon Eiger melalui telepon umum dan membayarnya melalui uang digital, Alvien mengarahkan jam tangannya ke arah pembayaran dan telepon terhubung.
"Apa-apaan dia? Apa dia mendukung proyek ini?" Tanya Alvien tanpa basa-basi.
"Setauku iya, aku hanya membawakan orang yang bertalenta, Vin." Sahut Eiger dari seberang sana.
Alvien mematikan teleponnya dan jemarinya ia usapkan di kepalanya.
"Yang bertalenta belum tentu sepemikiran." Gumam Alvien dengan kesal.
Alvien pergi menuju bagian Refleksi Pikiran dan bersantai di ruang santai, mengembalikan emosi nya yang tidak stabil.
Alvien kembali menuju ruangannya, Samuel masih berada di sana. Alvien mendatanginya dan berkata.
"Jangan berani-berani mengusik proyek yang ku kerjakan, kalau kau tak berniat membantu maka keluar dari ruangan ku sekarang." Bisik Alvien tepat di telinga Samuel.
Alvien kembali menatap monitornya dan memperhatikan dengan serius muatan partikel yang terisi dalam sebuah tabung. Diliriknya Samuel yang masih berada di ruangannya.
Alvien tak memedulikan Samuel dan tetap fokus pada pekerjaannya. Pintu ruangan Alvien terbuka yang membuat Alvien melihat kearah pintu.
"Pak kepala laboratorium, ada apa pak?" Alvien berdiri dari kursinya dan menyambut kepala laboratorium, Gregory.
Gregory melihat setiap sudut ruangan Alvien yang besar ini.
"Bagaimana? Ada perkembangan?" Tanya Gregory.
"Perkembangan partikel yang menunjukkan pembelahan waktu sudah terbukti pak." Jawab Alvien.
Gregory langsung saja menuju meja kerja Alvien dan mencari bukti yang dikatakan Alvien. Gregory ternganga tak percaya melihat apa yang baru saja disaksikannya. Pasalnya Gregory menganggap apa yang dilakukan oleh Alvien adalah hal yang mustahil, namun dengan pembuktian barusan membuat selangkah lebih dekat dengan lompatan waktu.
"Ya, usaha yang bagus tuan Alvien." Ujar Gregory dan pergi meninggalkan ruangan Alvien.
Samuel menyadari sikap Gregory barusan.
"Ejekan." Ujarnya pelan sehingga hanya dirinya saja yang bisa mendengarkan perkataannya.
Alvien tak memedulikan sikap Gregory, sudah berulang kali dirinya diremehkan seperti itu. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan hanyalah pembuktian.
"Kembali ke posisi, perbandingan ICYTP harus sebanding dengan energi panas." Perkataan Alvien membuyarkan pikiran timnya dan kembali ke posisi masing-masing.
Alvien memerintahkan beberapa perintah lainnya, menyesuaikan apa yang harus disesuaikan, dan
'BOOM'
Ledakan yang tak terlalu besar bersumber dari ruangan Alvien. Pria dengan rambut coklat tua itu mengabaikan robot kecil yang memadamkan api dan mengambil catatan kecilnya.
"Suhu yang terlalu panas membuat ICYTP menggumpal dan meledak." Katanya sembari menuliskannya di catatan kecil miliknya.