Chereads / Time Leaps / Chapter 4 - •> Pusat Antariksa Novanius

Chapter 4 - •> Pusat Antariksa Novanius

3 hari setelah kedatangan Professor Liam di Laboratorium Energi Atraxis, Alvien berniat pergi menuju Pusat Antariksa Novanius yang berada di Maxime.

Maxime merupakan daerah pusat Novanius dengan kata lain Maxime adalah ibukota Novanius. Maxime memiliki teknologi dan sumber daya manusia yang sangat tinggi, bisa dibilang terbaik diantara seluruh daerah yang ada di Novanius. Tak kalah jauh dari Bimvein yang berada di Generxis.

Alvien pergi bersama Dean yang menjadi asistennya Alvien. Alvien pergi ke Pusat Antariksa Novanius bukan untuk menemui Professor Liam, melainkan untuk bertemu temannya, Flora.

Alvien dan Dean pergi menuju Maxime dengan menggunakan kereta cepat yang ditenagai energi ICYTP. Energi terbarukan itu saat ini sudah menjadi energi pokok di Bumi, katakan saja hampir semua teknologi menggunakan energi ICYTP.

Hanya perlu 20 menit dari Atraxis menuju Maxime, setelah itu memakan waktu 6 menit dari stasiun kereta Maxime ke Pusat Antariksa Novanius.

Alvien menunggu temannya di lobi, menunggu perempuan yang berperawakan tinggi dan berkulit putih serta dengan rambut pirang merah mudanya. Flora begitu menawan sehingga orang-orang akan terpana melihatnya.

Flora datang dengan sebungkus makanan penambah energi yang ia makan sepanjang lorong menuju lobi.

"Halo, Flora." Sapa Alvien dan menyerahkan satu kantong tas belanjaan berisi makanan yang ia beli di dekat stasiun kereta Maxime.

"Hai, Vin. Sudah lama ya?" Sahut Flora dan menyambut pemberian Alvien dengan hangat.

Flora mengajak Alvien dan Dean untuk berbincang di ruang kerjanya. Alvien menyetujui dan berjalan menuju ruang kerja Flora.

Pusat Antariksa Novanius dipenuhi dengan orang-orang yang sedang bekerja, ada yang sedang memperbaiki pesawat luar angkasa, melatih diri hingga mengamati benda langit.

"Pak Vin!" panggil Alyssa dari kejauhan.

Alvien menoleh ke belakang karena merasa namanya diserukan.

"Alyssa? Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Alvien pada anak muridnya ketika Alyssa sudah menghampirinya.

"Ayah Alyssa bekerja disini, Pak Vin sendiri kenapa kesini?" Alyssa berkata dengan hangat dihadapan gurunya.

Alvien tersenyum dan mengelus kepala Alyssa, Alvien menjelaskan bahwa dirinya datang ke Pusat Antariksa Novanius dikarenakan untuk menemui temannya.

Alyssa hanya menganggukkan kepalanya dan bertanya sesuatu hal yang selalu ada di kepalanya.

"Kenapa saat ini hanya ada 3 benua di Bumi? Bukankah sebelumnya ada 7 benua?" Alyssa bertanya sembari menatap dalam mata gurunya.

"Pertanyaan kamu akan Pak Vin jawab disekolah ya. Sampai nanti Alyssa." jawab Alvien seraya pergi menjauh dari Alyssa.

Pasalnya Alvien tak memiliki banyak waktu untuk berlama-lama di Pusat Antariksa Novanius, dirinya harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin.

Flora membuka pintu ruang kerjanya dan mempersilahkan Alvien berserta asistennya masuk keruangan kerja milik Flora. Berbagai macam berkas tertumpuk di meja kerja Flora dan beberapa ornamen bernuansa benda langit terpajang di dinding.

"Ini yang kau minta, Vin." kata Flora dan menyerahkan kotak kecil berwarna hitam pada Alvien.

Alvien menerimanya dan membuka perlahan kotak tersebut. Mengambil sebuah batu kecil bersinar dari tempatnya dan menyorotkannya pada lampu.

"Kami mendapatkannya di galaksi Andromeda, zat-zat yang terkandung didalamnya persis seperti apa yang kau minta." Lanjut Flora dan tersenyum manis pada Alvien.

"Dean, pergilah ketempat Professor Liam. Katakan bahwa aku ada disini." Ucap Alvien menyuruh Dean pergi.

Dean mengiyakan perkataan Alvien dan segera pergi menuju tempat Professor Liam seperti apa yang diperintahkan.

Alvien mengecup kening Flora dan berterimakasih pada perempuan tersebut, Alvien memposisikan dirinya saling berhadapan dengan Flora.

"Ada yang ingin kutanyakan. Kenapa Professor Liam begitu tertarik dengan mesin waktu yang ku kerjakan? Lalu, apakah lubang cacing akan membawamu melintasi waktu?" Alvien bertanya dengan tatapan serius.

Flora mengelus lembut pipi Alvien dengan jemarinya dan menatap balik tatapan Alvien.

"Lubang cacing takkan membawamu melintasi waktu, Vin. Lubang itu hanya portal perpindahan. Radar kita sudah mendeteksi lubang tersebut dan akan dilakukan ekspedisi dalam beberapa hari lagi. Mengenai Professor Liam, apa kau tau cerita ini?" Flora membuka mulut, menjelaskan tentang hal yang tak diketahui oleh Alvien.

Flora mengatakan bahwa Professor Liam sangat tertarik dengan melintasi waktu karena istrinya yang telah meninggal dunia.

Saat itu Professor Liam tengah liburan di Bimvein bersama sang istri, naasnya liburan itu menjadi hari terburuk yang dilalui Professor Liam. Cerita mengatakan, istri Professor Liam dibunuh ditangan penghuni Bimvein Lostland dikala Professor sedang berbincang.

Hal itu menjadi penyesalan Professor hingga saat ini, menyesal tak begitu peka dengan keadaan sekitar dan sering kali menyalahkan diri sendiri.

"Beliau tersiksa dengan penyesalannya sendiri. Melintasi waktu bukanlah solusi, kamu percaya dengan takdir, Flora?" Alvien kini bersuara, mengomentari cerita Flora.

Flora kini melihat Alvien yang berada diambang keraguan, antara berani dan tidak. Takut akan mengubah takdir yang seharusnya terjadi dan berani karena percaya sesuatu hal yang harusnya terjadi tetap akan terjadi.

Terdengar ketukan pintu dari luar, Flora mempersilahkan masuk. Professor Liam masuk bersama dengan Dean.

"Halo, nak." Professor Liam menyapa Alvien yang sudah kembali di posisi dimana seharusnya ia berada.

"Satu-satunya hal yang harus anda ketahui adalah, mesin waktu membawa anda ketempat yang tak pernah anda bayangkan." Alvien mengakhiri pembicaraannya dan pergi keluar bersama Dean.

Flora sedikit terkejut karena pembicaraan yang singkat antara Professor Liam dan Alvien. Tak percaya bahwa Alvien memanggil Professor Liam hanya untuk mengatakan kalimat tersebut.

"Apa Professor takkan marah, Vin? Kau memperlakukannya seperti itu." Dean berkomentar atas perbuatan Alvien barusan.

"Setidaknya dia memiliki usaha untuk menemui ku, saatnya menyelesaikan pekerjaan kita, Dean." Sahut Alvien yang membuat Dean semakin kebingungan.

Alyssa mencegat Alvien di pintu gerbang Pusat Antariksa Novanius, Alvien sendiri terkejut dengan tingkah laku muridnya yang satu ini.

"Ah, maafkan anak saya tuan Alvien." Kata lelaki yang sedang berlari kecil ke arah putri kecilnya.

"Tidak masalah, tuan Stoven." Alvien berkata lembut sembari melihat tanda pengenal Stoven yang merupakan ayah dari Alyssa.

Alyssa bercerita bahwa ayahnya akan melakukan ekspedisi ke lubang cacing dengan ceria.

"Wah, akan kutunggu hasil laporan ayahmu ya." Kata Alvien setelah mendengar Alyssa bercerita.

"Anda memiliki anak yang hebat, tuan Stoven." Kini Alvien berucap pada Stoven.

Alvien melanjutkan basa-basi nya dengan Stoven serta Alyssa setelah itu pergi kembali menuju Atraxis menggunakan kereta cepat di stasiun yang sama.

Alvien tidak pergi ke Laboratorium Energi Atraxis, dirinya pergi ke sebuah tempat di pinggiran Atraxis Lostland. Ia menemui seseorang dengan pesanan miliknya.

Barang pesanannya merupakan barang ilegal yang tidak ada dijual dipasaran legal. Karena itulah, mau tidak mau Alvien harus berbelanja di pasar gelap.

Orang yang menjual barang kepada Alvien melakukan scan untuk pembersihan alias untuk menghindari pelacakan benda ilegal dari pihak berwajib. Setelah semua hal yang harus dilakukan selesai, Alvien baru bisa memegang barangnya.

"Sudah aku transfer, terima kasih." Alvien berterimakasih dan segera pergi dari Atraxis Lostland.