Kabar mengenai keberhasilan tim Alvien sudah terdengar hingga Professor Liam yang berada di Pusat Antariksa Novanius.
Setelah mendengar kabar itu, Professor Liam segera mendatangi Alvien di laboratoriumnya. Untungnya, kabar mengenai keberhasilan tim Alvien masih belum sampai di telinga media, entah apa yang akan terjadi apabila media mengetahui hal ini.
Pihak laboratorium sendiri juga merahasiakan tentang proyek ini, akan ada kekacauan publik jika masyarakat luas mengetahui hal ini. Orang-orang akan berbondong-bondong pergi menuju laboratorium hanya untuk memakai mesin waktu yang dikerjakan oleh tim Alvien.
Eiger juga berada di laboratorium, sehingga Professor Liam kini bersama Eiger di Laboratorium Energi Atraxis.
"Seperti yang anda harapkan, Professor." ujar Eiger memulai perbincangan.
Eiger sudah mengetahui kenapa Professor Liam begitu tertarik dengan proyek ini berkat laporan yang diberikan oleh Alvien. Eiger sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Professor Liam. Jujur saja, Eiger tak ingin tabung waktu jatuh ke tangan Professor Liam.
"Sampai nanti, Professor." Eiger berpamitan dengan Professor Liam dan menyuruh Alvien untuk membuat Professor menyerah pada harapannya.
Alvien mengajak Professor Liam menuju atap laboratorium, berniat untuk mengajaknya berbicara disana sembari menikmati pemandangan kesukaannya.
"Kami tak bisa memberikan anda tiket untuk menggunakan tabung waktu, semahal apapun anda membayar. Tabung waktu masih menjadi misteri kita semua, belum ada penelitian lebih lanjut untuk saat ini dan beberapa saat kedepan." jelas Alvien secara perlahan.
Professor Liam hanya tersenyum kecut mendengar hal tersebut, menyadari bahwa pihak laboratorium juga tak mengizinkannya untuk mencoba mesin waktu.
"Tidak ada lagi yang bisa saya sampaikan. Saya tahu betul mengenai perasaan anda karena saya juga pernah merasakan kehilangan. Itu bukan alasan atau bahkan tidak bisa dijadikan alasan untuk kembali ke masa lalu, tabung waktu harus digunakan untuk kepentingan dunia, bukan kepentingan pribadi." Alvien menyampaikan pendapatnya dan pergi menjauh, sesaat sebelum Alvien mencapai pintu, Professor bertanya kepada Alvien mengenai suatu hal.
"Lantas jika kau sudah merasakan kehilangan, kau tidak berniat sedikit pun untuk kembali ke masa lalu untuk merubahnya?"
Pertanyaan itu membuat Alvien membalikkan badannya, sebuah pertanyaan yang terkadang masih ditanyakan oleh dirinya sendiri.
"Tentu saja ada, tetapi proyek ini dibiayai oleh orang lain, didukung oleh orang lain juga. Karena itu, saya harus menurunkan ego saya karena bukan hanya saya saja yang membuatnya." jawab Alvien dan kembali membalikkan badannya untuk pergi menuju ruangannya.
Professor Liam hanya menatap punggung Alvien yang mulai menjauh, mengingat kembali apa yang dikatakan pria muda itu. Sulit memang menerima kenyataan bahwa dirinya tak bisa kembali ke masa lalu, namun dirinya juga tak bisa memaksakan kehendaknya.
Alvien kembali menuju ruangannya dan menyapa belasan rekannya yang berada di dalam yang sedang menyempurnakan tabung waktu mereka. Alvien menuliskan keberhasilan tim nya mengenai tabung waktu di catatan dalam komputer nya yang kemudian ia pindahkan ke sebuah benda penyimpan file.
Alvien menuliskannya secara rinci agar memudahkan dirinya untuk mengulas benda tersebut di jauh hari.
"Aku rasa ini sudah sempurna, setidaknya ini jauh lebih sempurna dari sebelumnya, Vin." ujar Dean setelah menganalisa ulang tabung waktu yang mereka sempurnakan.
Alvien menatap mata Dean dan menganggukkan kepalanya, setelah itu Alvien memasukkan benda penyimpan file yang kita sebut saja sebagai flashdisk ke kantong jas putihnya.
"Biar aku periksa." Balas Alvien pada Dean yang menunggu jawabannya.
Dean menemani Alvien yang memeriksa ulang mesin waktu mereka. Alvien dengan teliti memeriksa setiap bagian yang ada didalam tabung waktu tersebut.
"Dengar, kita tidak akan tahu apa yang ada didalamnya sebelum mencobanya. Ini penuh resiko, jadi biarkan aku yang mencobanya. Aku tidak memiliki niat apapun selain bereksperimen, hanya aku satu-satunya yang tidak berkeluarga disini. Ini jauh lebih aman ketimbang mengirim kalian." Jelas Alvien setelah ia memeriksa tabung waktu.
Rekan-rekannya yang lain saling menatap satu sama lain, apa yang dikatakan Alvien ada benarnya walau tidak sepenuhnya benar karena Samuel tidak berkeluarga, namun dirinya memiliki keluarga yang sangat ia cintai.
"Panggil ketua lab, biarkan ia mengetahui hal ini." Perintah Alvien pada rekannya, dan satu orang keluar ruangan untuk memanggil Gregory.
Dean dan Samuel menatap Alvien dengan tatapan tak ingin Alvien pergi. Alvien lantas menatap kedua rekannya yang berperan besar dalam proyeknya kali ini.
Alvien lalu mengaktifkan tabung waktunya dan tabung waktu itu terbuka, terlihat sebuah ICYTP yang menghitam memenuhi tabung dan bergerak lurus kedalam.
Alvien tak yakin benda itu akan membawanya menuju sebuah tempat yang baik, keringat dingin bercucuran di wajahnya. Gregory datang dengan terburu-buru dan melihat Alvien yang benar-benar tepat dihadapan tabung waktu.
Samuel dan Dean menolehkan kepala mereka kearah pintu dimana Gregory berada.
"Vin, apa kau serius?" Tanya Gregory dengan penuh penekanan.
Alvien lalu membalikkan badannya ke arah Gregory dan tersenyum kecil, tabung waktu dibelakangnya membuat portal dan semakin membesar. Alvien berjalan mundur dan akhirnya portal tersebut melahap Alvien.
Seluruh laboratorium bergetar ketika hal itu terjadi, Flora yang berada di lobi langsung saja menuju ruangan Alvien karena takut akan terjadi sesuatu hal pada orang yang dicintainya.
Flora sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, Alvien tenggelam dalam ICYTP yang berwarna hitam. Entah kemana benda itu akan membawanya.
Flora hendak menolong Alvien, namun Dean menghentikannya.
"Apa yang kau lakukan?! Alvien terjebak, kita harus menolongnya!" Flora berujar histeris dengan air mata di pipinya.
Samuel dan Dean tak dapat mengatakan apa-apa, mereka juga sebenarnya tak ingin Alvien pergi, namun itu sudah menjadi keputusannya.
Alvien mendengar teriakan Flora yang membuatnya sedikit meneteskan air mata selagi kegelapan menelannya. Suara teriakan Flora semakin jauh terdengar yang menandakan Alvien semakin jauh dari mereka.
Laboratorium berhenti bergetar setelah ICYTP hitam melahap seluruh badan Alvien. Flora menumpahkan air matanya laku Gregory menenangkannya, mengatakan bahwa Alvien akan baik-baik saja.
"Jika ia berhasil, dirinya akan menemui mu kembali, Flora." Ujar Gregory berusaha menenangkan Flora.
Flora mendengarkan namun masih tetap pada tangisnya. Samuel melihat ke arah tabung waktu dan ICYTP menghilang begitu juga dengan seluruh material yang ada, terkecuali tabung nya.
"Tak ada yang tersisa terkecuali tabungnya, huh?" Deru nafas panjang Gregory terdengar setelah Dean memeriksanya.
Gregory tak yakin apa yang harus ia katakan pada Eiger, tak ada yang menyangka akan menjadi seperti ini. Alvien menghilang, tak ada kepastian dia melakukan perjalanan waktu.
"Katakan pada Eiger, proyeknya gagal. Alvien menghilang atau katakan saja dia meninggal dalam kejadian ini." Tutur Gregory pada Dean, Gregory sendiri ragu untuk mengatakan kalimat terakhirnya.
Laboratorium Energi Atraxis telah kehilangan ilmuwan muda yang memiliki potensi, Eiger yang sudah mendengar kabar tersebut mau tidak mau membatalkan proyeknya dan ikut hadir dalam pemakaman Alvien. Gregory berniat mengembalikan uang proyek mesin waktu pada Eiger, namun Eiger menolaknya dengan alasan bahwa ini adalah resiko yang ia ambil.
Gregory hanya tersenyum mendengarnya, pemakaman kali ini dihadiri sedikit orang atas permintaan Alvien sendiri. Alvien pernah berwasiat kepada Dean dan Samuel ketika mereka menghilang selama 6 bulan lamanya.
Kini semua orang yang mengenal Alvien telah kehilangan ilmuwan muda itu, wajahnya akan dikenang dan lambat laun akan terlupakan oleh waktu.