Chereads / Istri ke Dua Suamiku / Chapter 13 - 13. Wanita Muka Dua

Chapter 13 - 13. Wanita Muka Dua

Lukas terbangun dari tidurnya pagi itu, kepalanya berat karena sisa mabuk tadi malam. Ia sedikit terkejut ketika menemukan Kasih ada di sampingnya tanpa menggunakan pakaian.

Kembali mengingat kejadian tadi malam. Lukas sedikit ingat jika tadi malam dia menemui Kasih. Hanya sampai di sana, dia tidak ingat kalau sudah melakukan hubungan suami istri lagi dengan Kasih.

Tak mau membangunkan istrinya. Lukas memilih untuk memungut kemejanya yang terjatuh di samping ranjang. Mengenakannya kemudian dia beringsut pergi tanpa mengatakan apa apa.

Ketika membuka pintu kamarnya. Ia terkejut mendapati Cinta dengan tangan bersedekap menatapnya kesal dan marah.

"Aku sudah menduga kalau semalaman kamu ada di sini," kata Cinta. "Kenapa? Padahal kita baru saja menikah."

"Aku juga tidak sadar." Lukas keluar dari kamar, melalui Cinta kemudian masuk ke kamarnya sendiri.

"Karena aku sedang malas melayanimu tadi malam?"

Lukas mendecih. "Terserah kamu Cinta," Ia melirik ke arah istri keduanya. "Kamu tahu tidak, akhir akhir ini kamu terlihat menyebalkan. Kamu berubah drastis."

Wajah Cinta yang tadinya mengeluarkan ekspresi marah langsung berubah ciut. Ia tak boleh kelihatan berubah dulu di depan Lukas. Karena hal itu akan membuat suaminya lari pada Kasih.

"Aku seperti ini karena cemburu, Lukas. Kamu tahu kan? Aku tidak suka kamu bersama dengan Kasih hanya itu."

Lukas hanya diam saja, dia mendapatkan pesan dari Luki yang mengatakan jika dia kembali tadi pagi dan tak bisa pamitan padanya.

"Kamu melakukannya lagi dengan Kasih?" tebak Cinta. Meski dia sudah tahu jawabannya tapi dia mencoba untuk menebaknya.

"Hmm."

"Kamu doyan ya."

"Dia juga istriku, wajar kan kalau aku meminta darinya."

Cinta mendecih kesal. Tapi dia tidak mengatakan apa apa, menghindari perdebatan yang berakhir dengan pertengkaran. Karena hari ini masih ada acara berkumpul dengan keluarga besar mereka berdua.

Kasih entah akan ikut atau tidak. Tapi yang jelas, wanita itu pasti hanya akan menjadi patung yang tak dianggap oleh kedua belah pihak keluarga.

**

Kasih merasakan sakit di area pusat inti tubuhnya. Tadi malam dia sudah memohon pada Lukas untuk tidak melakukannya, tapi lelaki itu nekat dan malahan melakukannya dengan kasar pada Kasih.

Kasih merasa jika apa yang dilakukan oleh Lukas padanya bukanlah cinta, melainkan hanya nafsu sesaat.

Ia mendapatkan pesan dari Luki jika dia pergi dari hotel tadi pagi. Ia mengatakan kalau harus ke kantor polisi pagi ini.

"Kenapa tidak mengajakku ke sana?" tanya Kasih ketika menelepon Luki.

"Kamu pasti tidak mau menemui lelaki itu, kan? Biar aku saja yang urus."

"Apa ada masalah lagi?"

"Hmm, sebenarnya ada."

"Apa?"

Luki terdiam cukup lama. Ia bimbang harus mengatakannya pada Kasih atau dipendam sendiri saja.

"Luki?"

"Lelaki itu dibebaskan, karena tidak ada bukti kalau dia hendak memerkosa kakakmu," jelas Luki. "Ada seseorang yang membayar uang tebusan lelaki itu, aku tidak tahu siapa. tapi yang jelas, pasti ada yang menyuruhnya."

Lelaki itu bebas. Mata Kasih menatap kosong depannya. Wajahnya kemudian memucat mendengar kabar jika lelaki yang melecehkannya bebas begitu saja karena tak ada bukti yang kuat.

Malahan, Luki yang hampir terseret dalam kasus ini karena memukuli orang sampai hampir sekarat.

Kasih turun dari ranjang, dia tidak peduli dengan acara keluarga Lukas dan Cinta . Karena dia ingin pergi ke kantor polisi saat ini juga.

**

"Kamu mau ke mana?" tanya Lukas. Mereka bertemu di depan lift. Lukas baru saja balik dari restoran yang ada di samping lobi, sementara Kasih baru saja keluar dari sana.

"Ke kantor polisi," jawab Kasih.

"Tak ikut acara keluarga?"

Kasih menggeleng.

"Baiklah kalau begitu, tapi kalau kamu pergi dari hotel sekarang. Maka jangan kembali ke sini. Langsung saja pulang ke rumah, aku tak mau melihatmu."

Kasih mengangguk pasrah, itu pilihan yang jauh lebih baik daripada dia harus ada di sana. Di tengah tengah orang yang sama sekali tak menyukainya.

**

PLAK!

Clara langsung menampar Kasih ketika ia melihat wanita itu baru saja turun dari taksi dan berjalan menuju kantor polisi.

"Gara gara kamu, Luki yang kini harus menjadi tersangka," ujar Clara tidak terima. "Kenapa kamu harus menyeret Luki pada masalahmu?"

Mata Kasih membulat. "Mana mungkin—"

"Itu mungkin saja terjadi!"

Kasih berlari masuk ke dalam kantor polisi. Di dalam sana Luki dan polisi yang menginterogasinya bersitegang. Luki mengaku jika dia hanya melakukan pembelaan diri, tapi polisi mengatakan jika tindakan Luki hampir saja menghilangkan nyawa orang.

Luki mendecih. "Apa saya harus diam saja melihat istri sepupu saya dilecehkan?"

"Tapi tidak dengan tindakan main hakim sendiri."

"Lalu saya harus bagaimana? Menerima pukulan dari pelaku pelecehan itu?"

"Tapi hal itu tidak terbukti. Tersangka saat ini yang menjadi korban akan mengumpulkan bukti, jika ibu Kasih yang memintanya masuk ke dalam kamar."

Kasih yang berada tak jauh dari sana sulit mengerti dengan percakapan itu. Mengapa kasus ini menjadi seperti ini?

**

Clara sibuk menghubungi seseorang. Dia yang sudah merencanakan semua ini, mengatakan jika dia harus menjebak Luki sendiri agar nantinya dia kapok untuk menolong Kasih karena wanita itu sudah membawa sial.

"Berapapun itu, masukkan Luki sehari atau dua hari, buat semuanya sewajar mungkin. Aku hanya mau membuat Luki jera membantu wanita kampungan itu."

**

Clara menangis di depan Luki yang saat ini berada di dalam sel penjara. "Aku kan sudah mengatakan padamu berkali-kali untuk tidak ikut campur masalah orang lain," kata Clara.

Luki hanya diam, dia menekuri kedua sepatunya.

"Luki, kamu akan bebas. Aku akan membawa pengacara yang hebat untukmu." Clara sengaja membuat dirinya tampak berjasa bagi hidup Luki.

Tak lama setelah itu, ibu Lukas datang bersama dengan Lukas dan Cinta. Mereka langsung menemui Luki yang saat ini terkejut mendapati kedatangan mereka.

"Bibi tenang saja, aku sudah mendapatkan pengacara untuk Luki," kata Clara.

"Tapi—bagaimana bisa terjadi seperti ini?" tanya ibu Luki tak percaya.

"Luki baik baik saja Bi. Luki tidak bersalah. Mereka hanya kurang bukti," jawab Luki menenangkan ibunya.

"Kasih ada di mana?" tanya Lukas yang tidak mendapati Kasih di mana mana.

"Pergi sejak tadi, dan belum kembali."

Ibu Lukas membalikkan tubuhnya dan menatap anak pertamanya dengan tajam. "Ceraikan saja Kasih, dia hanya membawa sial!"