Chereads / Istri ke Dua Suamiku / Chapter 8 - 8. Aku Menginginkanmu

Chapter 8 - 8. Aku Menginginkanmu

Kasih akhirnya pingsan. Lukas yang melihat istri pertamanya itu pingsan kemudian membaringkan tubuh Kasih di atas ranjang.

Dia merasakan kening Kasih panas dan mengeluarkan keringat dingin menjadi khawatir.

Padahal biasanya Kasih adalah wanita kuat. Apa dia benar benar jatuh sakit atas apa yang dia alami saat ini?

Lukas keluar dari kamar, dia segera bertanya pada resepsionis di hotel di mana kah apotek terdekat di sana.

Setelah menemukan apotek, akhirnya Lukas membeli obat Pereda demam dan juga Pereda nyeri kepala.

Ia pun buru buru ke kamar Kasih. Sampai dia mengabaikan Cinta yang saat itu sedang melambai ke arahnya.

"Kenapa Lukas masuk ke kamar Kasih?" gumam Cinta tak mengerti. "Padahal aku sudah menunggunya lama." Cinta terus menggerutu, hingga dia berjalan ke arah kamar Kasih.

Luki yang kamarnya ada di sebelah Lukas keluar tepat ketika Cinta hendak menekan tombol bel pintu.

"Kamu mau apa?" tanya Luki.

"Suamiku ada di dalam, jadi wajar kan kalau aku juga ingin masuk ke dalam."

Luki mengerutkan keningnya, menatap pintu kamar Kasih.

"Lukas ada di dalam?"

Cinta mengangguk. Tangannya bersedekap masa bodoh dengan Luki.

"Kalau begitu menyerahlah, lagi pula yang ada di dalam kamar ini adalah istri Lukas. Jadi untuk sementara jangan ganggu mereka berdua."

Cinta menaikkan satu sudut bibirnya. "Kamu membelanya?"

"Dia adalah istri sah pertama. Jadi aku akan membelanya."

"Apakah kamu menyukainya?" sindir Cinta. "Seleramu memang rendah ya."

"Wanita yang sudah merebut suami sahabatnya sendiri, tidak berhak mengataiku seperti itu." Luki tersenyum santai. Dia menutup pintu kemudian pergi entah ke mana.

Meninggalkan Cinta yang kesal karena sudah kalah melawan Luki.

Cinta memandang pintu kamar Kasih. Kakinya hendak ia tendangkan ke arah pintu. Tapi dia sadar jika di sana banyak CCTV yang mengarahnya.

Dan nanti mungkin dia akan mempermalukan dirinya sendiri karena sudah ceroboh.

Cinta berdecak kesal. Tangannya terkepal. Hendak meninju tembok, tapi dia mengurungkannya karena tangannya sendiri sangat lah berharga.

"Awas saja kalian," geram Cinta.

**

Lukas mengompres kening Kasih. Dia melihat wajah istrinya itu sangat lekat. Tak biasanya dia seperti ini—memandang wajah istrinya sedekat ini.

Bahkan setelah menikah. Dia muak pada Kasih. Namun setelah dilihat lagi, Kasih bukan wanita jelek kampungan seperti yang dikatakan ibunya setiap hari.

Kasih itu wanita yang manis. Andai dia mau berdandan, menyapu wajahnya dengan bedak dan memulas bibirnya dengan lipstick. Pasti dia terlihat cantik. Tak kalah cantik dengan Cinta.

Saat mata Kasih terbuka, Kasih maupun Lukas tersentak dan kaget.

"Minumlah obatmu," kata Lukas yang kembali jadi dingin.

"Kamu—membelikanku obat?" tanya Kasih.

"Hmm. Aku tak mau kamu merepotkan orang lain."

Kasih tersenyum. "Terima kasih."

Lukas menyuapkan obat dan segelas air putih pada Kasih. Kasih pun meminumnya sampai tandas kemudian memberikan gelas kosong itu pada Lukas.

"Memangnya tadi malam—kamu minum sebanyak apa?" tanya Lukas.

"Sangat banyak."

"Apa kamu sudah gila?!"

"Aku tidak gila, aku hanya patah hati." Suara itu bergetar. Jika seperti ini, entah mengapa rasa kasihan terpantik dalam hati Lukas.

"Karena aku dan Cinta?"

Kasih mengangguk.

**

Malamnya, Lukas yang baru bertemu dengan Cinta bertengkar hebat di kolam renang belakang hotel.

Dan kejadian itu tanpa sengaja di lihat dan didengar oleh Luki yang baru saja kembali dari luar.

"Cinta dengan Lukas kenapa?" gumam Luki. Ia pun berjalan mendekati mereka berdua.

"Kamu seharian bersama dengan Kasih di dalam kamar itu! Apa yang sudah kamu lakukan dengan wanita itu!" teriak Cinta tidak terima.

Lukas mengembuskan napasnya dengan kesal. "Dia sakit jadi aku menemaninya, apa aku salah?"

Cinta berdecak tak percaya. "Padahal biasanya kamu tidak peduli padanya," decihnya.

"Ini berbeda Cinta, kita sedang berada di luar negeri. Dan di sini hanya aku yang dimiliki Kasih!"

"Masih ada Luki, kan?"

"Luki itu sepupuku dan aku suaminya. Aku tak bisa membiarkan Luki merawat istriku. Memangnya kamu mau dirawat Luki ketika sakit?"

Cinta masih tidak terima dengan alasan itu.

"Baru kali ini aku dengar kamu menyebut Kasih dengan sebutan istri, padahal biasanya kamu menyebutnya dengan sebutan wanita itu."

"Aku lagi tak mau berdebat, jika kamu ingin bertengkar lebih baik simpan saja untuk besok."

Lukas pergi meninggalkan Cinta yang sangat kesal padanya. Lelaki itu masuk dengan langkah yang lebar dengan wajah yang emosi.

Sementara itu Luki yang mendengar Lukas merawat Kasih menjadi lega sekaligus sedih. Tapi kenapa dia sedih?

**

Kasih membuka pintu kamarnya. Lukas ada di depannya dengan lengkap memakai piyama.

Kasih terkejut mengapa suaminya ada di sana malam ini.

"Aku akan tidur di sini," kata Lukas. Ia langsung masuk ke kamar Kasih.

Kasih tersenyum diam diam. Senang karena Lukas mau tidur dengannya malam ini.

"Bagaimana dengan Cinta?" tanya Kasih.

"Dia sudah besar, dia bisa tidur sendiri."

Kasih berdiri di samping ranjang. Bingung apakah dia harus tidur di samping Lukas? Ataukah tidur di sofa saja?

Hingga akhirnya dia memutuskan untuk berjalan ke arah sofa.

"Kamu mau tidur di mana?" tanya Lukas, ia memanjangkan lehernya melihat Kasih bergerak menjauhinya.

"Di sofa, aku tak mau membuatmu tidak nyaman."

"Kalau kamu di sana aku semakin tak nyaman."

"Apakah itu artinya—"

"Tidurlah di sampingku," potong Lukas. Kasih pun langsung berlari dan tidur di samping Lukas.

Namun malam itu Kasih tak bisa tidur karena bahagia. Bahagia lantaran dia bisa satu ranjang dengan Lukas setelah sekian lama.

"Apa—aku boleh memelukmu?" tanya Kasih takut takut dan ragu.

"Hmm," jawab Lukas.

"Boleh?"

"Iya."

Kasih memiringkan tubuhnya, kemudian dia memeluk Lukas dari belakang.

Mata Lukas seketika membeliak. Merasakan punggungnya hangat karena Kasih.

Apa dia tidak pernah dipeluk Kasih sebelumnya? Mengapa rasanya aneh?

Dada Kasih ternyata selembut dan sekenyal ini, pikir Lukas. Berbeda dengan milik Cinta. Dan hal itu membuat bagian bawah tubuh Lukas menegang.

"Apa kamu tidak nyaman?" tanya Kasih.

"Hmm sedikit," jawab Lukas.

Kasih pun melepaskan tangannya. "Maafkan aku."

"Bukan itu yang membuatku tak nyaman."

"Lalu?'

Lukas membalikkan tubuhnya. Kemudian dia menatap kedua bola mata Kasih bergantian.

"Ada apa?" Jantung Kasih berdebar tak karuan. Rasanya sangat aneh ketika dia ditatap oleh suaminya sendiri.

"Aku—ingin melakukannya denganmu malam ini. Bagaimana?"

Mata Kasih membulat tak percaya. Apakah Lukas benar benar menginginkannya?

**

Di waktu yang sama, mertua Kasih gusar karena menantunya itu tak kunjung pulang.

"Kalau dia di sana lama dengan Lukas. Pasti pengaruh itu akan luntur. Lukas pasti luluh dengan Kasih," gerutu ibu mertuanya.

Niatnya ingin memisahkan Lukas dan Kasih dengan ilmu hitam. Namun sayangnya hal itu hanya berlaku di dalam rumahnya saja. Jika seperti saat ini. Maka semuanya akan lenyap perlahan.