"Apa kamu sudah gila?!" teriak Clara dengan frustrasi ketika mendengar usulan dari Deri kali ini.
"Kamu boleh membunuh siapapun, aku tak peduli. Tapi jangan pernah menyentuh Luki. Aku tak mau terjadi apa apa pada dia, apalagi aku dan dia akan menikah sebentar lagi."
"Lalu bagaimana? Jika tidak begini, kamu tidak akan menikah dengan Luki."
Clara menggigit ujung kukunya. Ia tak mau mengambil risiko seperti itu apalagi jika membahayakan nyawa Luki.
"Jika kamu tidak ingin membuatnya celaka. Maka kamu harus membuatnya kehilangan ingatan dengan obat."
"Obat?" Clara membeo. Nada suaranya sedikit merendah, ia pikir itu akan lebih baik daripada membuat Luki kecelakaan.
"Tapi harganya sangat mahal. Aku bisa memberikan padamu dengan harga yang lebih murah tapi ada syaratnya."
"Apa?"
Deri berdiri kemudian mendekati Clara. Ia memeluk pinggang Clara dari belakang.
"Berikan tubuhmu malam ini," bisik Deri.
Tubuh Clara menegang karena bisikan dan permintaan dari Deri tersebut. Namun pada akhirnya dia luluh ketika bibir Deri memagut bibirnya dengan rakus.
Deri melepaskan pakaian yang Clara kenakan. Kemudian dia menciumi bahu Clara yang mulus kemudian turun ke bawah.
Ia tidak sadar jika saat ini ponselnya menyala dan Luki sedang mencarinya.
Di atas pergumulan yang panas di atas ranjang. Akhirnya Clara memberikan tubuhnya untuk lelaki yang tidak dia cintai demi lelaki yang ia inginkan.
**
Cinta sedang duduk di balkon samping kamarnya. Ia tidak melakukan apa apa selain bengong menatap Kasih yang tengah jalan jalan di sekitar taman rumah yang mewah itu.
"Aku harus merebut Lukas bagaimanapun caranya," gumam Cinta.
Kasih mengelus perutnya yang sudah semakin membesar. Anak anaknya diperkirakan akan lahir satu bulan lagi. Atau mungkin kurang dari itu.
Semua persiapan sudah dilakukan oleh Lukas. Mulai dari kamar pakaian ranjang dan segala macam yang kembar butuhkan.
"Mita, aku butuh saran darimu," kata Cinta melalui di telepon.
"Saran apa?"
Akhirnya Cinta menceritakan semuanya pada Mita, sahabatnya. Mengenai apa yang terjadi padanya dan niat untuk merebut Lukas dari Kasih.
"Suamiku mencintai istri pertamanya. Mana mungkin aku bisa terus diam saja begini."
"Tapi mertuamu belum menyukainya, kan?"
"Hmm belum. Apa kamu ada cara?"
"Tentu saja ada. Kamu mau tau bagaimana cara untuk merebut hati Lukas?"
"Apa?"
"Berubahlah. Setidaknya hanya di depan Lukas. Kamu tau kan rubah betina yang licik itu? Setidaknya kamu harus seperti dia.
"Kamu harus berbuat baik di rumah itu. Seakan kamu memang sangat mencintai Lukas. Belajarlah memasak dan senangkan suamimu.
"Dan satu lagi, akurlah dengan Kasih. Apalagi ketika anaknya lahir. Jadilah ibu kedua yang baik untuk anak anaknya."
"Lalu?"
"Ketika semua percaya bahwa kamu sudah berubah. Maka jebak Kasih. Lalu dia akan mudah disingkirkan. Kamu bisa membuatnya seolah mengkhianati Lukas.
"Lukas sedang jatuh cinta padanya kan?"
"Aku malas mengakui. Tapi itu benar." Cinta menghela napasnya. Semakin dia melihat Kasih yang tersenyum seperti itu saat ini. Membuatnya semakin murka.
"Nah, buat dia jadi istri yang selingkuh."
"Mana mungkin dia seperti itu?!"
"Aku kan bilang jebak dia, dengarkan aku baik baik dong."
Cinta tertawa. Dia mulai menemukan titik terang dalam menemukan cara untuk membuat Kasih keluar dari rumah itu.
Memang tidak secepat yang dia inginkan. Tapi dia akan bersabar demi mendapatkan apa yang dia inginkan.
"Baiklah, aku akan menerima saranmu itu. Jika berhasil, aku akan memberikanmu hadiah nanti."
"Serius?"
"Tentu saja serius, mana mungkin aku berbohong padamu."
**
Di meja makan malam itu ada yang lain. Cinta sedang melancarkan serangan.
Perlahan dia mulai perhatian pada Lukas, padahal dia dulu tidak peduli dengan apa yang lelaki itu makan.
Bahkan dia menyiapkan air hangat untuk Lukas mandi setelah makan malam. Tidak membiarkan Kasih melayani suaminya tersebut.
"Ada apa ini? Sepertinya kamu—agak berubah," tanya Lukas dia sudah berada di bathub.
"Kasih sudah hamil tua, jadi sebaiknya aku mulai membantu melayanimu, iya kan Honey?" Cinta mencium bibir Lukas.
Lukas yang mendapatkan kejutan seperti itu tentu saja senang senang saja.
Dia memeluk pinggang Cinta kemudian menjatuhkannya ke dalam bak bersama dengan dirinya.
"Aku sudah mandi, kenapa kamu membuatku basah kuyup begini?!" ujar Cinta dengan manja.
"Kenapa tidak, kamu hari ini sangat berbeda dan menggemaskan. Aku jadi ingin melakukannya denganmu di sini." Lukas menepuk pantat Cinta. Lalu memagut bibir itu kembali.
Kasih yang malam itu sedang menyiapkan teh untuk Lukas mendengarkan Cinta sedang bermanja-manja dengan suaminya.
Kasih menatap pintu kamar mandi dengan gamang. Lalu meletakkan cangkir itu di meja kerja Lukas yang tak jauh di dekat ranjang.
Pintu dibuka tiba tiba. Kasih terperanjat melihat Cinta dan Lukas setengah telanjang.
"Maafkan aku," kata Kasih, ia buru buru keluar kamar setelah itu.
Lukas dengan wajah yang canggung kemudian menurunkan Cinta.
"Aku akan ke kamarmu nanti malam," kata Lukas berada di ambang pintu sebelum Kasih menuju kamarnya sendiri.
Kasih hanya mengangguk.
"Honey! Haruskah kita lanjut ke ronde dua?!" tanya Cinta sengaja agar Kasih dapat mendengarnya.
"Oh—iya. Tentu saja," jawab Lukas.