"Kasih akan tetap berada di sini dan merawat anak anaknya. Lukas tidak akan menceraikannya," kata Lukas terkesan membela istrinya.
Ibunya yang mendengar hal tersebut tentu saja terkejut, apalagi Lukas tidak biasanya akan membela Kasih.
"Kamu serius, Lukas?" tanya ibunya untuk memastikan. Karena barangkali anaknya itu sedang mabuk atau bergurau saja.
"Iya, Lukas serius."
Cinta yang mendengar percakapan itu merasa miris hatinya. Diam diam ia merasa dikhianati oleh Lukas.
Padahal waktu itu, suaminya mengatakan jika akan menceraikan Kasih setelah dia melahirkan anak anaknya.
Namun seperti yang ia duga, Lukas enggan menceraikannya mungkin atas dasar cinta.
Cinta langsung berlari mengejar Lukas. Lukas yang hendak menaiki mobilnya melirik ke arah Cinta.
"Kamu tidak serius kan berkata seperti itu?" tanya Cinta. Berharap jika yang dia dengar tadi hanyalah candaaan Lukas saja.
"Yang mana? Aku menceraikan Kasih dan tidak jadi?"
Cinta mengangguk.
"Iya, aku tidak akan menceraikannya."
Mata Cinta membelalak terkejut. "Kenapa? Bukankah dulu kamu berkata kalau akan menceraikanya?"
Lukas tersenyum ringan. "Itu dulu, ketika kamu belum berubah. Aku pikir kamu akan mampu menjadi ibu yang baik untuk anak anakku. Tapi nyatanya, kamu selalu mabuk jika ada masalah seperti tadi malam. Kurasa kamu tidak bisa merawat anak itu, jadi biarlah Kasih yang merawatnya."
"Kamu—serius dengan ucapanmu ini Lukas?"
"Ya, aku serius. Aku akan berangkat bekerja, berhati-hatilah di rumah dan jangan membuat masalah." Sebelum naik ke atas mobilnya, Lukas mencium kening Cinta seperti biasa.
Kendati seperti itu, Cinta merasa jika Lukas sudah berubah. Jika lelaki itu kini memang mencintai Kasih.
Mungkin lambat laun, dirinya yang akan tersingkir dari rumah tersebut dan diceraikan oleh Lukas.
"Tidak bisa begini, kamu tidak bisa begini Lukas."
**
Clara senang sekali ketika Luki hari itu mengajaknya makan siang. Namun siapa sangka, Luki menemui Clara bukan karena lelaki itu merindukannya, melainkan karena ingin memastikan sesuatu.
"Ada apa ini? Tumben sekali kamu mengajakku makan siang," tanya Clara. Ia meletakkan tasnya yang bermerk di sampingnya. Ia tersenyum sangat bahagia sebelum tahu apa yang sedang terjadi.
"Ini siapa? Lelaki yang ada di dalam foto ini siapa?" tanya Luki. Menunjuk foto yang ada di atas meja dengan ekspresi yang datar.
Clara menelan ludah keringnya. Lelaki itu adalah Deri. Lelaki itu meminta dirinya untuk datang ke hotel untuk membayar apa yang sudah dilakukanya meski gagal.
Namun—dari mana foto itu berasal?
"Itu, temanku, Luki. Aku kan pernah mengatakan padamu jika aku ada proyek dan rapat di hotel."
"Rapat di hotel? Kamu pikir aku akan percaya?" Tak pernah Clara melihat wajah Luki semarah ini kepadanya.
"Lalu—bagaimana bisa teman yang akan rapat merangkul pinggangmu seperti ini."
"Apakah kamu cemburu?" tanya Clara. Di sisi lain dia sangat senang melihat Luki cemburu padanya. Namun di sisi lain, dia takut jika hal itu akan membuat pernikahan mereka gagal.
"Aku serius, Luki! Dia adalah temanku. Masa kamu tidak percaya. Aku hanya mencintaimu. Lagi pula dari mana kamu mendapatkan foto ini, foto ini pasti palsu."
Luki mendecih. "Kamu tadi mengatakan jika akan rapat dengan temanmu. Tapi belum ada satu hari kamu mengatakan jika itu adalah foto palsu. Jadi mana yang bisa kupercaya?"
Luki kemudian diam, menunggu jawaban Clara.
"Sebentar lagi kita akan menikah, Luki. Pasti ada saja yang tidak menyukai kita dan ingin membatalkan pernikahan kita."
"Siapa yang tidak menyukai kita? Mantan kekasihmu? Atau lelaki yang menyukaimu?"
"Kasih, bisa jadi Kasih yang menyebarkan foto ini."
Luki tertawa hambar. "Kamu menuduh wanita yang saat ini selalu ada di rumah karena sedang hamil? Kamu benar benar lucu. Clara.
Luki tiba tiba berdiri dari kursinya. Bahkan makanan belum dia sentuh sama sekali. "Kalau kamu memang ingin menikah denganku, sebaiknya jelaskan padaku apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku beri waktu kamu satu minggu, jika tidak. Sebaiknya kita batalkan pernikahan ini."
Luki hendak melangkah pergi. Namun langkahnya tertahan karena ucapan dari Clara.
"Kamu mengatakan ini hanya karena ingin membatalkan pernikahan kita kan? Kamu sengaja kan Luki? Karena sebenarnya kamu tidak mencintaiku dan menginginkan Kasih jadi istrimu?"
Sayangnya Luki tidak dapat menjawabnya. Ia hanya tersenyum miring kemudian meninggalkan Clara sendirian di sana.
"Kamu tidak bisa membatalkan pernikahan kita, Luki. Kamu tidak boleh bersama dengan Kasih bagaimana pun caranya. Aku tak akan membiarkannya."
Dengan tangan yang gemetar. Clara mengambil ponselnya. Kemudian dia menghubungi Deri.
"Kamu harus membantuku untuk menjelaskan foto yang Luki dapatkan hari ini."
"Foto? Foto apa?" tanya Deri tak mengerti.
"Foto kita waktu masuk ke hotel, seseorang telah memotret kita diam diam. Seharusnya kamu waspada, Deri," bisik Clara menahan teriakannya.
"Aku tak bisa jika tidak menikah dengan Luki."
Deri tertawa. "Aku akan membuatnya menjadi mudah. Jika mau temui aku di tempatku malam ini."