Chereads / Dalam Jeratan Dendam SANG MAFIA / Chapter 29 - Mengantar Nathan Pulang

Chapter 29 - Mengantar Nathan Pulang

"Pakai motorku!" jawab Nathan.

Kimberly mendengus. "Aku tak bisa mengendarai motor."

"Katamu kau akan melayaniku hari ini? Kenapa menolak semua yang kuperintahkan?" tanya Nathan seolah ingin menggoda Kimberly.

"Nathan, kenapa kau tak mengajak wanita ke hotel saja ? Setelah itu selesaikan semuanya. Kenapa kau malah memeliharanya?" Tiba-tiba saja salah satu teman Nathan mengungkapkan pikirannya.

"Apa katamu?" tanya Kimberly yang tersinggung akan perkataan teman Nathan.

"Kau tak suka dengan ucapanku?" tanya pria itu.

"Daniel .... " Nathan memanggil temannya itu.

Daniel bukan mendengarkan Nathan, ia malah berdiri dan menghampiri Kimberly.

"Kalau kau mau tidur denganku malam ini, kau akan bebas dari Nathan," ucap teman Nathan yang dipanggil Daniel itu.

"Jangan bermimpi. Aku tak akan pernah tidur dengan siapa pun di antara kalian!" ucap Kimberly dengan begitu tegas.

Nathan tersenyum melihat keberanian Kimberly berbicara kepada Daniel. Pria itu terkenal karena sosoknya yang temperamental.

"Apa katamu? Kau tak akan tidur dengan siapa pun di antara kami? Kau ingin bertaruh?" tantang Daniel.

"Iya, boleh saja!" balas Kimberly. Kimberly takut, tapi ia tak mau menggubris omong kosong Daniel.

"Daniel, dia masih perawan," ucap Nathan.

Daniel tersenyum mendengar ucapan Nathan. Ia melihat Kimberly dari atas sampai bawah. Memperhatikan gadis itu inchi demi inchi.

"Memang tak ada yang menarik dari tubuhmu. Tapi sepertinya aku tertarik untuk merobek segel yang kau miliki," kata Daniel.

Kimberly takut mendengar ucapan Daniel. Wajah Daniel lebih menyeramkan dibandingkan Nathan. Ia menatap Kimberly seperti seekor hewan buas yang siap menerkamnya.

Nathan berdiri lalu menghampiri Kimberly. Ia merangkul gadis itu dan mengusap-usap kepalanya.

"Dia pelayanku, Daniel. Jangan pernah menyentuh apa pun yang menjadi milikku," ucap Nathan. Nathan menatap Daniel sambil tersenyum. Dan seketika Daniel mundur.

"Lepaskan tanganmu," ucap Kimberly kepada Nathan sambil menoleh ke arahnya.

Nathan pun menoleh ke arah Kimberly, lalu tersenyum kepada gadis itu. "Ayo ntar aku pulang," kata Nathan.

"Sudah kukatakan aku tak bisa mengendarai motor!" ucap Kimberly sekali lagi mengingatkan Nathan.

"Aku tak memintamu mengendarai motor. Aku hanya memintamu mengantarku pulang." Nathan mengatakan kalimat itu dengan penuh penekanan.

Wanita yang tadi duduk bersama Nathan kesal melihat Nathan merangkul Kimberly. Ia langsung berlalu begitu saja seperti seorang gadis yang merajuk pada kekasihnya.

Kimberly menatap risih ke arah wanita itu. "Pacarmu kesal padamu," ucap Kimberly kepada Nathan.

"Aku tak punya pacar," jawab Nathan seraya melangkah mengambil tasnya, lalu pergi meninggalkan teman-temannya.

Kimberly sendiri masih berdiri di tempat itu tak tahu harus melakukan apa setelah ini.

"Cepatlah ikuti aku!" kata Nathan.

***

Nathan bersama Kimberly berjalan bersama menyusuri trotoar jalan. Keduanya tak saling bicara. Sesekali Kimberly mendiri ke arah Nathan yang berjalan di depannya.

"Kalau ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja," kata Nathan.

"Tidak," jawab Kimberly.

"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku berganti wanita, setiap kali kau bertemu denganku, kan?" tebak Nathan.

"Itu urusanmu, bukan urusanku. Aku tak peduli," jawab Kimberly singkat.

"Mereka adalah wanita-wanita yang memujaku. Karena mereka yang meminta, apa salahnya untuk melampiaskan hasrat hormonal dalam diriku?" Tanpa diminta, Nathan menjelaskan kepada Kimberly.

"Sudah kukatakan, aku tak peduli," jawab Kimberly.

"Kau pasti juga tak pernah berciuman, kan?" tanya Nathan melenceng dari topik.

"Apa tidak bisa kita membicarakan hal lain? Tentang kuliah di tempat ini misalnya atau tentang .... " Kimberly tak melanjutkan ucapannya. Sepertinya ia terlalu memaksakan diri untuk mencari topik pembicaraan dengan Nathan.

"Kau ingin membicarakan tentang ayahku?" tanya Nathan.

"Aku tak mau. Kalau kau membicarakan tentang ayahmu, aku semakin takut padamu."

"Ayahku punya bisnis gelap," Kata Nathan. "Satu-satunya bisnis ilegal yang ia punya hanya pabrik wine di utara kota Ini. Bar, rumah bordil, dan juga pinjaman berbunga. Ayahku melakukannya semuanya diam-diam," ucap Nathan.

"Ayahmu seorang rentenir?" tanya Kimberly.

"Ya, tapi dengan skala besar. Kalau kau tak punya uang, lalu ingin berhutang kepada ayahku, jangan bermimpi."

"Lalu Kenapa kau kuliah di sini, kalau orang-orang sudah tahu siapa dirimu sebenarnya? Bukankah orang akan takut?" tanya Kimberly.

"Entahlah." Nathan tak melanjutkan ucapannya ia berjalan lebih cepat meninggalkan Kimberly.

"Ke mana pengawal yang mengikutimu tadi?" tanya kembali sambil mempercepat langkahnya mengikuti langkah kaki Nathan

"Dia sudah pulang. Selama Black sudah tahu aku di kampus dia tak akan menyuruh orang untuk mengikutiku lagi."

****

"Jadi Nathan ada di rumah gadis itu?" ucap Black sambil mengusap-usap pistolnya dengan kain putih.

"Semalam dia masuk ke rumah gadis itu melalui jendela. Dan baru keluar saat mereka berangkat ke kampus," jawab anak buah Black yang diperintahkan mengikuti Nathan.

"Nyonya Watson tak tahu tentang hal ini?" tanya Black sekali lagi.

"Sepertinya begitu. Karena suasana rumah Nyonya Watson malam itu sangat tenang. Dan Nyonya Watson berangkat saat pagi-pagi sekali."

"Baiklah, kalau begitu. Mulai sekarang awasi Nathan, tapi jangan sampai dia tahu. Laporkan semuanya padaku. Jangan kepada Tuan Drigory. Aku yang akan menangani semuanya," ucap Black.

"Oke, aku mengerti."

Anak buah Black segera keluar dari ruangannya. Black menghela nafas lalu meletakkan senjatanya di atas meja.

"Urusan Jimmy saja belum selesai. Kenapa Nathan juga harus terlibat dengan wanita?" kuman Black.

Sejak kecil Nathan memang sudah diasuh oleh Black. Oleh sebab itulah Nathan terkadang lebih mendengarkan ucapan Black dibandingkan ucapan ayahnya sendiri. Black yang memutuskan tidak menikah menganggap Nathan dan Jimmy seperti anaknya sendiri. Meskipun Di luar dia tampak seperti mesin pembunuh yang dingin dan kejam namun Black sangat menjaga kedua anak bosnya itu.

Pertikaian Jimmy dengan keluarga Peterson karena berpacaran dengan putrinya sudah menimbulkan prahara yang begitu besar. Belum lagi masalah bisnis haram yang terselubung di antara Drigory dan Peterson.

Bukan rahasia umum lagi kalau seorang pejabat pasti memiliki seseorang di belakangnya agar ia bisa mencapai tujuan. Selama ini Peterson adalah kandidat kuat walikota selama beberapa tahun berturut-turut.

Karena posisi Peterson yang merupakan seorang walikota beberapa bisnis yang dijalankan oleh Tuan Drigory terkadang tersendat karena tidak mendapat izin dari si walikota.

Bukan-hal yang baru lagi jika pihak pemerintah dan juga anggota mafia selalu memiliki hubungan tarik ulur tergantung kebutuhan mereka.

Hubungan Nara dan Jimmy memperkeruh konflik bisnis antara Drigory dan Peterson. Tuan Peterson tidak ingin hubungan anaknya dengan Jimmy menjadi batu sandungan untuk dia melaju ke pemilu selanjutnya. Bagaimanapun Jimmy Drigory dikenal sebagai penerus klan keluarga Drigory. Mafia kelas berat yang ada di kota ini. Siapa yang akan percaya dengan Tuan Peterson, jika anaknya berkencan dengan anak seorang mafia?

"Aaarrgh!" suara Viona terdengar nyaring dari lantai atas. Mendengar suara itu Black langsung mengambil pistol dan menuju di mana suara itu berasal.

Ternyata Viona berada di kamar Jimmy. Sejak tadi ia belum selesai membersihkan kamar ini.

"Apa-apaan kau?" tanya Black sambil menggenggam pistol di tangannya.

"Tolong aku, Black!" ucap Viona.

Black mendengus kesal melihat kondisi Viona saat ini di dalam kamar Jimmy. Ia lantas mendekati Viona yang ternyata ....

Bersambung ....