Rasanya frustrasi sekali melihat orang ini. Kimberly benar-benar ingin mengumpat. Sayangnya ia berada di rumah. Kimberly tak ingin ibunya mendengar ia mengumpat.
"Pergilah, aku tak mau melihatmu di sini," ucap Kimberly. Ia tentu tak ingin berurusan dengan orang yang sudah membaca sebuah kebun dan menyebabkan kegaduhan ini.
"Kau tak ingin memberiku makan dulu?" tanya Nathan.
"Apa kau tak punya malu? Untuk apa aku harus memberimu makan? Cepat pergi dari sini! Aku harus segera berangkat ke kampus. Jangan pernah mengganggu hidupku lagi. Kumohon, bersikaplah kau tak pernah mengenalku," ucap Kymberly.
Sedang bertengkar, tiba-tiba saja kamar Kimberly dibuka dari luar oleh Viona sang ibu.
"Kim, kau tak kuliah? Ini jam be .... " Viona terkejut dan tak bisa melanjutkan kata-katanya saat melihat di dalam kamar anak gadisnya ada seorang pria muda.
"Siapa kau?" tanya Viona.
Kimberly ketakutan setengah mati. Ia lupa mengunci pintu kamarnya semalam. Dan sang ibu, bukan tipe orang yang akan mengetuk pintu saat ingin masuk ke kamar anaknya.
Kimberly panik bukan main dan mencoba untuk menjelaskan kepada ibunya. "Ibu, aku bisa jelaskan. Ibu, aku sungguh tak mengenal siapa dia. Dua tiba-tiba saja .... "
"Kalau tidak kenal. Kenapa dia bisa ada di kamarmu?" tanya Viona dengan nada yang terkesan curiga.
"Ibu, kita baru tiga hari di sini. Bagaimana mungkin aku bisa mengenalnya!" tukas Kimberly.
Viona menatap tajam ke arah Nathan. Wajahnya masih terlihat muda. Tapi kenapa tubuhnya sangat kekar. Dan juga terlihat matang. Viona sanksi kalau pria ini masih muda.
"Kenapa kau ada di kamar anakku?" tanya Viona mengintimidasi Nathan.
"Maaf, Nyonya .... "
"Watson, panggil aku Nyonya Watson," ucap Viona diiringi tatapan lirih Kimberly.
"Okey, Nyonya Watson. Aku adalah teman di kampus. Namaku Jonathan Drigory," ucap Nathan.
"Kim?" Viona melirik ke arah Kimberly seolah mempertanyakan kebenaran ucapan Nathan.
Kali ini Kimberly yang menoleh ke arah Nathan. Pria itu terlihat tak mengeluarkan ekspresi apa pun. Apa yang harus Kim katakan kepada ibunya? Ia tak ingin mengakui Nathan sebagai temannya karena dia juga tak berteman dengannya.
"Kimberly?" desak ibunya sekali lagi.
"Iya, dia temanku di kampus," jawab Kimberly dengan terpaksa.
Viona menoleh kembali ke arah Nathan. Dan Nathan dengan refleks langsung melemparkan senyum ke arah Viona.
"Meski begitu, tidak ada tidur satu kamar. Kau!" ucap Viona sambil menunjuk ke arah Nathan.
"Ya, Nyonya Watson," sahut Nathan mantap.
"Kali ini kumaafkan. Hari ini aku benar-benar sibuk gara-gara orang sialan yang hampir saja membunuh banyak orang di desa ini. Awas saja kalau aku tahu siapa pelakunya. Akan kupotong-potong orang itu menjadi beberapa bagian!" ucap Viona geram.
Kimberly Langung menoleh ke arah Nathan yang bergidik setelah mendengarkan ucapan Viona.
"Aku kenapa, Nyonya Watson?" tanya Nathan mencoba mengalihkan perhatian Viona.
"Ah, aku sampai lupa memeringatimu. Kau tidak boleh mendekati Kimberly. Melihat wajahmu saja, aku sudah memastikan kalau kau bukan anak bak. Jadi aku tak mengizinkanmu dekat dengan anakku, titik!"
Kimberly tak bisa berkata-kata saat ibunya memberikan peringatan kepada Nathan. Ia tahu betul sang ibu sangat protektif. Dan Kimberly tak akan bisa melawan.
"Tapi bagaimana, ya, Nyonya Watson. Kami berdua sudah saling menyatakan perasaan satu sama lain .... "
Kimberly menoleh kasar ke arah Nathan. Ia tak mengerti kenapa Nathan harus berkata seperti itu.
"Apa yang kau katakan? Kenapa berbohong pada ibuku!" pekik Kimberly.
"Aku tak berbohong. Kenapa kau bisa mengira aku begitu?" ucap Nathan santai.
Kimberly semakin membelalak matanya mendengar perkataan Nathan. Mereka berdua tak ada hubungan apa-apa sama sekali.
Sementara Viona tak ingin berlama-lama dengan situasi ini.
"Sudahlah. Yang jelas, jangan bersama. Aku sama sekali tak menyukaimu. Kimberly!" panggil Viona.
"Ya, Mom," jawab Kimberly.
"Cepat mandi dan sarapan. Kau harus berangkat kuliah," ucap Viona tegas. "Dan kau! Viona menunjuk ke arah Nathan. "Segera pergi dari sini. Aku tak ingin melihatmu di sini," ucap Viona.
"Kau mengusirku, Nyonya Wilona?" tanya Nathan.
"Ya, aku mengusirmu," sahut Viona tegas. "Tapi kau boleh sarapan lebih dulu."
****
Beberapa mobil hitam berhenti di sebuah kediaman besar. Sepertinya itu adalah kediaman orang kaya. Dari dalam mobil, Tuan Drigory turun. Beberapa anak buah mengikutinya.
Seorang pelayan rumah melihat kedatangan Tuan Drigory dan ia segera berlari ke dalam. Sementara Tuan Drigory dengan santai masuk ke dalam kediaman itu.
Pengawal Tuan Drigory menekan bel rumah. Dan tak berapa lama, seorang pria yang mungkin usianya tak beda jauh dari Tuan Drigory keluarga.
."Tuan Peterson," sapa Tuan Drigory.
Tuan Peterson yang dipanggil tak langsung menyambut hangat kepada Tuan Drigory. Namun, beberapa saat kemudian, ia tersenyum.
"Apa yang membuat seorang Drigory datang kemari?" tanya Tuan Peterson.
"Aku ingin mencari dimana keberadaan Nara, putrimu," jawab Tuan Drigory santai.
Tuan Peterson menatap Tuan Drigory dengan serius. Namun, senyumnya masih terlihat jelas di bibirnya.
Tuan Drigory lantas dengan santai masuk ke dalam rumah dan duduk dengan sangat santai di depan Tuan Peterson. Walikota kota X.
"Tuan Drigory, sepertinya kau salah paham," ucap Tuan Peterson seraya mendekati Tuan Drigory dan mulai pembicaraan serius. "Putriku soi sekarang belum ditemukan."
Tuan Drigory menyunggingkan senyum kesal kepada Tuan Peterson. "Kau kira aku akan percaya? Apalagi denganmu, seorang pejabat korup."
"Aku tahu, kau ke sini pasti karena anakmu. Tapi aku jamin, aku sama sekali tak ada hubungan dengan semua ini. Jadi tolong jangan membuat kegaduhan apa pun," ucap Tuan Peterson.
"Black," bisik Tuan Drigory Tuan Drigory. "Cari tahu diam-diam di dalam rumah ini."
"Baik," jawab Tuan Drigory.
Dengan santai Black mengerahkan anak buahnya untuk menyisir kediamannya Tuan Peterson
"Jadi kau tak percaya padaku, Tuan Drigory?" tanya Tuan Peterson.
"Aku tak pernah percaya dengan siapa pun," jawab Tuan Drigory santai.
Beberapa saat kemudian, Black kembali ke Tuan Drigory dan membisikkannya sesuatu.
"Dia tak ada di sini, Tuan," ucap Black.
"Benarkah?" tanya Tuan Drigory memastikannya.
"Benar, Tuan. Kamu sudah menyisir tempat ini dengan. Dan tak menemukan Nara," ucap Black.
"Baiklah kalau begitu," ucap Tuan Drigory sambil berdiri.
Tuan Drigory menatap tajam ke arah Tuan Peterson. Ia tak percaya Kalau Nara, putri Tuan Peterson, tak ada. Tuan Peterson pasti menempatkan dia di tempat yang aman.
"Kau tahu, Tuan Peterson. Aku tak pernah melepaskan buruanku? Kau telah salah bertindak, Tuan. Kau sungguh tahu apa akibat dari perbuatanmu yang sangat berbahaya itu. Aku sudah sangat menahan diri untuk tak menembak kepalamu. Tapi kau juga tahu aku pendendam. Mata dibayar mata. Nyawa dibayar nyawa. Dan anak, juga harus dibayar anak. Aku tak main-main," ucap Tuan Drigory. Ia kemudian pergi begitu saja meninggalkan kediaman Tuan Peterson.
Bersambung .....