Gadis yang terlihat sembrono itu hari ini terlihat begitu dewasa, begitu yang di pikirkan Jeffery saat mendengar kisahnya.
"Kenapa kamu melewatkan kesempatan untuk bermain dan memilih berlatih?" tanya Jeffery pada gadis itu, terlihat senyum tipis di wajah gadis tersebut saat mendapat pertanyaan itu.
"Kamu pernah nggak ngerasa.... nggak berguna dan sangat berbeda dari keluargamu?" Jeffery terdiam mendengar pertanyaan itu, dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal berusaha menghindari pandangan sang gadis
"Rupanya kamu juga pernah gitu iya? Aku hanya menebak jadi jangan tersinggung, kalo kamu nggak pernah ngalamin aku minta maaf...." gadis itu tersenyum ke arah Jeffery
"Apa kamu tahu ibuku itu sangat cantik, dia pandai memasak, dia juga pintar di bidang akademi. Dari kecil ibuku itu selalu juara, begitu juga dengan ayahku. Mereka sangat mempesona dan juga pintar, anehnya semua itu tak menurun padaku. Seperti yang kamu lihat aku ini tidak pintar, tidak terlalu menarik juga, dulu aku bahkan berpikir mungkin aku ini anak yang di buang di jalan dan orang tuaku memungut aku karena kasian....." mendengar cerita gadis itu membuat Jeffery tersenyum dan juga merasa sedih
"Tapi suatu hari teman ibuku datang membawa putranya, dia mengikuti kelas taekwondo dan menyarankan agar aku juga ikut. Ibuku awalnya tak ingin aku masuk ke kelas itu, namun karena terus di bujuk akhirnya ibuku juga memasukan aku ke pusat pelatihan taekwondo anak. Dari sana lah aku sering mendapat pujian dan pengakuan, setelah mendapat pengakuan itu aku bertekad untuk tetap di akui di bidang ini. Walau aku tidak pintar atau pun tidak cantik setidaknya aku tetap bisa menjadi kebanggaan untuk diriku sendiri. Tapi untuk setiap pilihan pasti ada konsekuensinya, aku sengaja tidak sering keluar bersama teman karena tak ingin latihan ku tergannggu. Tapi aku ini masih anak remaja bukan yang tetap ingin pergi main, dan terkadang itu yang aku lakukan. Terkadang aku mengikuti teman-teman ku pergi main dan menggila bersama mereka. Rasanya sangat menyenangkan...." melihat wajah yang ceria itu membuat Jeffery ikut menjadi ceria
"Aku bisa lihat itu pasti sangat menyenangkan, tapi Honey bukankah membosankan bermain dengan orang yang itu-itu saja. Dan lagi apa kamu tidak sedih saat melihat teman-teman yang lain bermain tapi kamu malah latihan....?" pertanyaan itu langsung membuat Honey terdiam sejenak dan tersenyum tipis, matanya terlihat sedih
"Hal yang membuatku sedih bukan di tinggalkan main oleh teman-teman ku, tapi..... hal ini yang membuatku sedih...." Honey menunjukan tangannya yang cedera. Terlihat jelas matanya berkaca-kaca walaupun senyum di wajahnya masih dia pertahankan
"Aku.... berlatih setiap hari, aku makan teratur, saat yang lain pergi main sama sekali tidak ada rasa iri di hatiku. Tapi melihat aku yang tak bisa ikut pertandingan setelah berlatih keras membuatku hampir gila...." air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya keluar juga
"Kamu tahu nggak tadi itu aku sengaja berlari kencang untuk sampai kesini, setelah berlari aku pikir suasana hatiku ini akan lebih baik. Tapi ternyata tidak, aku masih kesal, malah perasaan kesal ku semakin parah karena saat berlari tanganku terasa sakit...." Jeffery tak pernah melihat Honey menangis sebelumnya. Dia terlihat cukup kaget melihat itu, yang bisa Jeffery lakukan hanyalah memberikannya kotak tisu dan diam mendengarkan tangisnya. Suara Helda dan Risman membuat tangisan Honey terhenti. Gadis itu langsung berlari ke kamar mandi yang ada di kamar Risman. Sedangkan Jeffery berusaha tampak tenang, melihat Honey yang kabur saat menangis membuat Jeffery mengerti kalau dia pasti tak ingin teman-temannya mengetahui kesedihan yang sedang dia rasakan.
"Benar-benar memalukan....." keran air yang sengaja di biarkan terbuka membuat suara air yang mengalir dari sana terdengar nyaring. Honey mencuci wajahnya yang terlihat sembab karena menangis. Dia merasa malu karena tiba-tiba menceritakan kisah hidupnya pada Jeffery. Padahal dia itu adalah musuh nya tapi bisa-bisanya dia bercerita tentang kisah hidupnya pada laki-laki itu, dia terus menggerutu kesal.
"Kenapa aku malah curhat sih..." Honey menggaruk kepalanya yang tidak gatal
"Tapi aku yakin dia juga punya kisah yang tak jauh beda denganku, dia terlihat dekat dengan banyak orang tapi tetap menjaga jarak. Aneh sekali rasanya saat melihat dia yang tidak pernah mampir ke rumah Risman. Padahal Helda saja yang baru akrab beberapa bulan ini sudah mampir dan akrab dengannya. Bahkan hampir semua orang di kelas pernah ke rumah Risman beberapa ada yang sering menginap...." gumam Honey dengan memasang wajah penasaran. Risman itu adalah pria yang mudah akrab dengan siapa saja, saking mudahnya dia akrab dengan seseorang dia pasti mengenalkan oran tersebut pada keluarganya. Dan siapapun yang main bersama dengan Risman, keluarga Risman akan mengenalnya juga. Di kelas Risman terkenal sebagai calon ketua osis masa depan. Dia memiliki hubungan yang baik dengan guru dan juga kakak kelas. Itu sebabnya di kelas dia sering di sebut bapak pejabat
"Honey....! Cepet keluar....! Aku tahu tangan kamu sakit tapi iu nggak bisa di jadikan alasan supaya nggak ngerjain tugas kelompok iya...." teriakan Risman membangunkan lamunan Honey
"Iya....!" seru Honey langsung menutup keran air yang sedari tadi terbuka, dia juga melihat ke arah cermin sambil tersenyum
"kayaknya mata aku nggak terlalu sembab deh, senyum aku juga udah mulai membaik. Ayo tetap tersenyum Honey...." gumam Honey menghadap cermin dan tersenyum lebar, perlahan dia membuka pintu. Terlihat teman-temannya sedang berdiskusi dengan ceria
"Ayo cepet duduk...." Helda melambaikan tangannya dengan segera Honey menghampirinya.
"Kamu ngapain tadi? Mandi? Baju kamu basah gitu...." Risman menunjuk ke arah baju Honey yang basah
"Tangan ku yang sebelah kan sakit jadi tadi pas cuci muka nggak sengaja kecipratan...." jawab Honey
"Kamu memang ceroboh ngapain nyalahin tangan yang terluka? Ketika kedua tangan kamu baik pun baju kamu sering basah saat cuci muka...." jawaban Risman di sambut tawa oleh Helda
"Itu bener.... mau tangannya terluka atau nggak kamu emang nggak pernah bener saat cuci muka..." mendengar tawa Helda membuat Honey memicingkan matanya
"Kalian berdua udah terlihat sangat akrab sekarang, kamu mau nyalonin diri sebagai wakil ketua osis?" Honey menatap Helda yang menertawakan dirinya
"Itu terdengar menarik, tapi aku belum tertarik masuk dunia politik..." jawab Helda sambil melipat tangannya
"Iya dia maunya jadi wakil ketua rohis biar ketemu sama calon imam....." ledek Risman pada Helda yang urakan
"Kamu suka sama ketua rohis? Siapa sih namanya aku lupa....." Honey tampak kaget dan juga mulai tengil
"Kak Jamal kalau nggak salah....." jawab Jeffery
"Oh.... bener.... Kak Jamal...." Honey dan Risman tampak begitu senang saat mendengar nama ketua rohis itu
"Kalau suka sama Kak Jamal setidaknya kamu harus sholat tepat waktu, kamu boro-boro tepat waktu yang ada bolong-bolong...." Risman kembali meledeki Helda
"Emang kamu udah nggak bolong-bolong? Kamu itu lebih parah sholatnya dzuhur doang biar bisa liat Kak Rahma di mushola sekolah....." jawab Helda yang tak terima dengan ledekan Risman. Tawa pun pecah karena aksi saling ledek tersebut, tugas sekolah yang terdengar menyebalkan pun bisa di selesaikan dengan cara yang menyenangkan. Malam yang harusnya semakin sepi tak mereka rasakan karena canda dan tawa yang terus menemani di setiap menitnya. Makanan yang menumpuk di meja hilang seiring berjalannya waktu. Tinggala piring dan gelas kotor di sana, hari yang semakin malam memaksa mereka untuk pulang. Lagi pula mereka harus sekolah besok pagi, Helda yang rumahnya jauh dari lingkungan itu di jemput saudaranya. Sedangkan Honey yang rumahnya berada di lingkungan itu pulang dengan jalan kaki. Namun di tengah jalan dia di hadang oleh seorang pria yang mengendarai motor. Tangannya yang sedang cedera membuat dia sedikit panik. Meski panik dia berusaha mengendalikan ekspresi wajahnya, pemotor itu turun dan perlahan mendekat. Honey juga perlahan berjalan mundur, namun di belakang Honey ada selokan. Dia semakin takut saat pemotor itu meraih bahunya, rasanya dia ingin menjerit. Honey mulai takut saat tak ada orang yang melewati jalan itu karena hari sudah sangat malam, kegelapan dan kesunyian itu membuatnya lemas tak berdaya.
*************