Alex, Ryan, dan Thomas kini berada di salah satu tempat balap liar paling terkenal di kota.
"Lo mau balap, atau nonton Lex?" tanya Thomas memastikan pilihan Alex.
"Balap lah, ya kali Alex nonton. Ya kan Lex?" jawab Ryan mewakili Alex untuk menjawab.
"Hm," jawab Alex dengan gumamannya.
Ryan dan Thomas pun tersenyum mendengar gumaman Alex, tentu mereka tau apa yang Alex katakan di balik gumaman itu.
"Siap deh, gw daftar dulu!" balas Thomas lalu melangkah menuju meja pendaftaran.
Tidak lama kemudian Thomas kembali sambil memberikan informasi pada Alex tentang lawannya kali ini, memang cukup menantang tapi hadiahnya juga bukan uang kecil seperti biasa.
"Wah Lex, lawan lo kali ini cukup berat. Tapi hadiahnya mantap sih lumayan buat jajan seminggu," ungkap Thomas memberitahu.
"Siapa?" tanya Alex dengan santai sambil memakai sarung tangannya.
"Max, dia lawan lo kali ini!" jawab Thomas serius.
"Wah gila, dia kan pembalap yang terkenal curang itu kan? Lo yakin Lex mau lawan dia?" tukas Ryan tidak yakin.
"Kalau belum di coba mana tau?" jawab Alex dengan tenang, namun tatapannya terlihat tajam.
"Tapi dia bukan rider sportif Lex, lo bisa celaka!" balas Ryan mengingatkan.
"Lo tenang dulu, gw pasti baik-baik saja kok!" jawab Alex meyakinkan temannya itu.
"Iya Ryan, lo percaya aja sama Alex. Dia kan sudah pro, mana bisa di curangin sama rider setengah jadi?" sambung Thomas meremehkan.
Ryan pun terdiam, rasanya percuma saja ia berbicara panjang lebar karna kedua temannya itu terlalu meremehkan.
"Ya sudah terserah kalian intinya gw sudah mengingatkan," tukas Ryan pasrah.
Mendengar hal itu Alex dan Thomas pun tersenyum, lalu panggilan untuk memulai balapan pun tiba. Alex langsung melajukan motornya perlahan ke depan garis start, tidak lupa ia mengenakan helm dan menambah tarikan gas agar suara motornya lebih terdengar.
"Lumayan! Setidaknya masih bisa untuk menarik perhatian," gumam Alex setelah menarik gasnya.
Alex sudah bersiap di posisi sedia, lalu di sampingnya ada pembalap yang menjadi lawannya. Tanda untuk memulai pertandingan pun mulai di kibarkan, dan dalam hitungan ketiga tanda itu di lempar ke udara. Tepat saat tanda itu menyentuh tanah, maka balapan liar di mulai. Thomas yang berada di barisan penonton bersorak dengan semangat agar Alex memenangkan balapan itu, sedangkan Ryan hanya memperhatikan saja. Perasaannya tidak nyaman, ia merasa sesuatu akan terjadi di sana.
"Ryan, ayo dong kasih semangat buat Alex. Masa diam saja gak akan seru kalau seperti itu," tegur Thomas pada Ryan yang hanya diam saja.
"Untuk apa sih? Lebay tau!" jawab Ryan menolak.
"Ya biar Alex tambah semangat, tapi yang biasa aja teriaknya jangan melengking kayak cewek!" jelas Thomas memberi arahan.
Ryan menghela nafas panjang, lalu akhirnya ia ikut berteriak dan memberikan semangat pada Alex agar Alex bisa memenangkan pertandingan itu.
"Alex ayo Lex, lo pasti bisa menang!" teriak Ryan dengan suara beratnya.
"Nah gitu dong! Ini baru namanya friend," puji Thomas pada Ryan.
Ryan mengabaikan pujian Thomas dan memilih fokus pada Alex, bukan ia berburuk sangka hanya saja Ryan merasa ada yang tidak beres dengan rider bernama Max itu. Cara balapannya memang normal, tapi saat tiba di tikungan Max selalu mendekati Alex dan kaki Max itu selalu mengarah ke bagian kopling Alex. Jika memang Max mengincar kopling Alex untuk di sabotase, itu berarti Alex dalam bahaya.
"Lex hati-hati Lex, jaga kopling! Alex jaga kopling, jangan sampai lengah!" teriak Ryan memberi peringatan pada Alex yang sedang melaju.
Mendengar teriakan Ryan, Thomas pun mengernyit heran lalu menanyakan maksud perkataan Ryan.
"Lo apa-apaan si Ryan? Gak jelas deh, emang kenapa sama kopling motornya Alex?" tanya Thomas dengan heran.
"Lo buta ya? Coba lo perhatikan saat di tikungan, Max selalu mendekati Alex dan kakinya itu tidak diam di tempat. Gw curiga Max mau berbuat curang dengan menyabotase pengaturan kopling Alex, dan gw yakin lo paham apa yang akan terjadi kalau sampai kopling Alex di injak saat motornya sedang melaju cepat!" jawab Ryan menjelaskan.
Seketika Thomas terdiam, lalu ia memperhatikan lebih detail pergerakan Max saat itu. Dan ternyata memang benar, setiap melewati tikungan Max selalu mendekati motor Alex. Kakinya pun mulai bergerak tidak biasa, jika di perhatikan lebih jelas Max sedang berusaha menggapai kopling yang tidak di tutupi oleh kaki Alex.
"Lo benar Ryan, Max berniat mencelakai Alex. Sekarang kita harus bagaimana? Tidak mungkin menghentikan pertandingan yang sudah berlangsung," ucap Thomas terkejut dan khawatir.
"Gw sudah bilang dari awal, tapi kalian tidak percaya dan malah nekat melanjutkan. Sekarang beginilah jadinya, satu-satunya cara ya memberitahu Alex. Semoga saja dia dengar, dan bisa menyelesaikan balapannya dengan selamat!" jawab Ryan sedikit kesal.
"Sorry Ryan, siapa yang tau kalau ternyata Max bisa senekat itu," ucap Thomas menyesal.
"Sudahlah, lebih baik kita beritahu Alex sebelum semuanya terlambat. Hanya tersisa 2 menit lagi sampai pertandingan selesai semoga Alex bisa melewati kecurangan Max dengan selamat," balas Ryan berharap.
Thomas setuju dengan Ryan, lalu mereka sama-sama berteriak agar Alex bisa mendengar peringatan mereka.
"Lex kopling jaga Lex, jangan kasih celah! Kopling jaga, lo bisa Lex!" teriak Thomas dengan kencang.
"Lex perhatikan sekitar Lex, jaga kopling dan konsentrasi! Jangan biarkan musuh berbuat curang Lex, tutup koplingnya Lex!" lanjut Ryan berteriak.
Alex melirik kedua temannya heran, entah apa yang mereka katakan saat itu. Karna telinganya tertutup bisa dan helm, Alex jadi tidak mendengar suara apapun yang berasal dari luar. Hal itu membuat konsentrasi Alex menjadi penuh, namun sayang ia tidak sadar jika lawannya akan berbuat curang dengan mencelakai dirinya.
Pria bernama Max itu terus mengejar Alex, lalu ia memepet motor Alex dengan motornya. Sesaat matanya melirik kopling Alex yang terbuka, seringai di sudut bibirnya pun semakin lebar. Melihat pergerakan yang tidak wajar dari Max, Alex langsung mempercepat laju motornya. Lalu ia kembali melihat kedua temannya seperti berteriak mengatakan sesuatu, sungguh rasanya Alex sangat ingin tau apa yang mereka katakan.
Sejenak Alex terpikirkan tentang pergerakan mulut Ryan dan Thomas, lalu ia mencari kata yang sesuai dengan pergerakan mulut kedua temannya itu. Hingga akhirnya ia sadar, jika kedua temannya itu mengatakan kata yang sama untuk mengingatkan dirinya.
"Kopling, ada apa dengan kopling?" gumam Alex tidak mengerti.
Saat di tikungan Alex melirik sedikit ke arah belakang untuk memastikan posisi lawan, dan di saat itulah ia baru menyadari maksud peringatan Ryan dan Thomas padanya.