Kaja selalu menuruti kakeknya, apa saja. Baginya, Kakek Noran sangat menyayanginya. Kaja juga tidak pernah bertanya apapun soal semua hal yang harus dilakukannya. Termasuk, segala hal yang kakek Noran katakan soal hukuman yang harus dijalaninya. Hanya kurang karena telat beberapa setik.
Hukuman untuknya pun dilakukan dengan baik.
"37, 38, 39, 40, 41!"
Kaja terus melakukan Push Up, genap 100. Lanjut Kaja berlari mengelilingi lapangan di depan rumah gubuknya. Luas lahannya sekitar lima ribu meter persegi, dan dia pun harus menggenapkan larinya 100 kali putaran. Kaja sudah terbiasa dengan hal itu dan larinya pun sudah sangat teratur, memang berkeringat tapi tak lagi lelah atau menguras energinya. Staminanya sudah sangat konsisten.
Noran yang merupakan kakeknya itu melihat sesekali dan tersenyum dari pintu.
Genap 100 Putaran, tubuh atletis Kaja bermandikan keringat. Dia pun membasuh wajahnya dengan kain dan Kakeknya sudah berada di dekatnya.
"Ayo Pergi!"
"Iya Kakek."
***
Kegiatan Rutin Kaja bersama kakeknya, sekitar pukul 15.00 mereka akan ke hutan. Noran akan mengajari Kaja tentang karakteristik tumbuhan, kandungan serta racun tanaman, semua hal. Ramuan, herbal, semua hal sudah dipelajari Kaja dengan baik.
Kaja menyadari bahwa kakeknya itu adalah seorang tabib atau alkemis yang luar biasa. Kaja ketika sakit apapun, maka dengan meminum obat dari kakeknya, dia akan langsung baikan dan sembuh. Selama bersama kekak Noran, Kaja tahu bahwa kakeknya tidak pernah menyembuhkan siapapun kecuali dirinya. Juga, menyembuhkan binatang yang terluka.
Kakek Noran sangat pandai menyembuhkan. Namun anehnya, Noran tidak menyembuhkan manusia sebagai prakteknya. Noran mengajari Kaja mengobati setiap hewan yang terluka, entah itu sakit karena luka pemburu, bertarung sesama hewan, hingga penyakit bawaan atau bahkan luka lainnya.
Pengobatan Noran sangat manjur, belum pernah Kaja melihat hewan yang tak sembuh apapun penyakitnya. Kaja pun diajari semua cara pengobatan pada hewan.
Saat mengajari campuran herbal penyembuh, suara auman terdengar begitu keras.
AAUUMM! AAUUMMM! AAUUMMM !!!
Hewan yang berteriak itu seperti seekor binatang buas. Jika demikian maka itu cocok sebagai bahan praktek bagi Kaja untuk belajar dan kakeknya akan mengajari Arya untuk mengobati hewan yang terluka.
"Bergerak!" Noran meminta Kaja bergegas mengikutinya, tak jauh dari sana Nampak hewan yang besar sebesar gajah dewasa. Kaja membelalakkan matanya, Itu! Itu! Adalah …
Rakuta, Hewan Jiwa, Hewan Surga atau bahkan disebut Hewan Iblis.
Rakuta merupakan hewan yang tumbuh dengan hidup yang sudah menjalani tahun yang panjang. Mereka menyimpan energi kehidupan yang terlalu panjang dan banyak. Rakuta adalah penjelmaan dari Hewan yang hidup lama dan mereka berubah dengan berevolusi dari bentuknya semula. Mereka memiliki kekuatan besar dan mereka juga diincar untuk diserap kekuatan mereka.
Baru pertama kali ini Kaja melihat Rakuta, mereka adalah hewan yang bisa bertahan hidup lebih lama dari hewan biasa. Mereka mengalami panjangnya kehidupan, anugerah itu membuat mereka menjadi kuat. Namun sayang, dibalik itu manusia mengincar kekuatan mereka dan menjadikan manusia memiliki kekuatan lebih demi keserakahan dan ambisi mereka.
Rakuta jenis Singa besar dan bersayap, dia terluka dan terlihat sudah kehabisan tenaga. Tiga orang di sekitarnya sudah mati menjadi mayat, sepertinya dia habis bertempur habis-habisan.
Noran meminta Kaja berada di belakangnya dan mendekati Rakuta tersebut, pelan-pelan mendekati makhluk besar itu. Nampaknya Rakuta jenis Singa Bersayap itu hanya melihat mereka mendekat dan hanya mendesah semata. Sepertinya, lukanya sangat serius.
"Racun!"
"Apa dia terkena racun Kek?"
"Ya!"
Noran dan Kaja mendekati Rakuta tersebut, sangat dekat. Noran sangat hati-hati, Rakuta adalah hewan Jiwa yang kekuatannya besar dan jika marah tentu sangat berbahaya. Namun, Noran melihat kaki Rakuta Nampak biru tua dan sisanya, seluruhnya pucat membeku biru.
"Racun Big Cobra. Racun yang sangat mematikan. Jika tak tertolong, Rakuta ini tak akan bertahan lebih dari dua jam, dan ini sudah satu jam sejak racunnya menyebar."
Kaja mendengarkan apa yang dikatakan kakeknya dengan seksama, sepertinya racun itu memang mematikan. Big Cobra sendiri adalah rakuta jenis ular Kobra yang racunnya dikeluarkan dengan menyemburkan air dari mulutnya, yang terkena akan mengalami sekarat hingga dua jam dan akhirnya meninggal.
Jika itu bukan Alkemis hebat, pasti yang terkena racun Big Cobra akan menemui kematiannya.
"MANUSIA ..., dengarkanlah Aku."
Kaja terkaget mendengar suara dari Rakuta tersebut, namun kakeknya Noran seolah tak bergeming.
"Manusia …"
"Kau memanggilku?" Kaja menatap mata sayu Rakuta singa bersayap tersebut.
Noran Nampak keheranan melihat cucunya, "Kamu bicara dengan siapa, jangan-jangan…" Matanya membelalak.
"Ternyata kau bisa mendengarku, aku adalah Bajra. Nyawaku sepertinya tak lama lagi, manusia selalu mengejarku. Aku dilumpuhkan oleh racun mematikan, manusia selalu menginginkan kekuatan kami."
"Aku mendengar suaranya Kakek," Kaja menjelaskan pada Kakeknya, Rakuta itu bernama Bajra dan sudah diracuni dengan anak panah.
Noran menepuk pundak Kaja, "Ini adalah takdir, sembuhkan dia aku akan memandumu melakukannya."
Kaja pun mengangguk.
"Aku dan Kakekku akan berusaha menyembuhkanmu. Jadi, tenanglah."
Bajra pun pasrah.
Kaja sudah belajar banyak, dia mengambil Rumput dan bahan untuk menghentikan peredaran racun. Kaja mengambil pisau menyobek kaki Rakuta yang Nampak racun, mengoleskan ramuan tumbukan dan mengikat agar racun tak menyebar.
Noran melihat Cucunya itu, "Kaja, ini adalah giliranmu. Aku hanya akan memandumu saja, aku akan mengajarimu Teknik Tertinggi Pengobatan Surgawi."
"Letakkan tanganmu pada Kaki Rakuta yang terkena racun," Noran memerintahkan Kaja.
"Rasakanlah seluruh aliran darah dan sel tubuhnya. Gunakan konsentrasi penuh dan satukanlah pikiranmu, masuklah ke area dimana pergerakan racun yang mengenai Rakuta, cobalah."
Kaja mengikuti apa yang dikatakan kakeknya, terdiam dan merasakan seluruh pergerakan di dalam Rakuta. Keajaiban terjadi, di dalam pikiran Kaja Nampak bersinar. Dia merasakan pergerakan apapun di tubuh Rakuta, sedetail mungkin. Semakin berkonsentrasi, tubuh Rakuta seperti tembus pandang dan dia melihat seluruh sel dan aliran darah, melihat tulang yang dialiri urat syaraf, melihat gumpalan racun yang menyebar perlahan.
Noran sendiri pun kaget melihat hal itu, Tingkatan Anak ini sudah mencapai taraf menengah Gold Alkemis?
"Kaja pusatkan energimu, paksa seluruh kabut beracun keluar melalui luka yang kau sobek tadi, keluarkan semuanya"
Kaja mengangguk, dia mengarahkan kedua tangannya, keringat mulai mengucur, konsentrasi dan serpihan-serpihan racun dia dorong dengan energinya, sedikit demi sedikit, hingga bersih dan keluar hitam darah dari luka yang digores tadi.
Kaja kelelahan.
"Terakhir, gunakan Spirit Recovery Sel," Noran menjadi penasaran dan ingin melihat kemampuan cucunya itu. Dulu, dia sendiri bisa melakukan Recovery Sel setelah berumur 25 tahun.
Benar saja, Kaja perlahan melakukannya. Luka bekas sobekan dalam kendali Kaja, Recovery Sel adalah penyembuhan total dari luka dan membuat regenerasi sel menjadi fantastis cepat, menyatukan sel-sel rusak, dan mengganti jadi sel-sel baru dalam waktu singkat. Luka Rakuta sembuh total seolah tak pernah ada luka. Noran hanya bisa berdecak kagum dalam hatinya, Luar Biasa!
"Terimakasih Manusia, Siapa namamu?" Rakuta berdiri dengan gagahnya.
"Kaja. Dan ini Kakekku, Noran."
Bajra si Rakuta pun berpamitan, suatu hari dia akan membalas budi pada Kaja dan Kaja pun tersenyum padanya.
Hari mendekati petang, Noran yang beberapa saat mengajari kembali tentang pengobatan menyuling tanaman herbal hingga klasifikasi setiap tanaman. Noran mengajak Kaja pulang, hari yang cukup melelahkan bagi Kaja, energinya sudah diluapkan namun dia terlihat bahagia bisa mengobati Rakuta yang bernama Bajra tersebut. Dia tahu, Rakuta bukanlah Iblis seperti banyak dibicarakan orang. Bahkan, manusialah yang bisa disebut iblis karena memburu Rakuta demi mendapatkan kekuatan besar.