Chereads / Takdir Sang Manusia Serigala / Chapter 19 - Bulan Purnama Tiba

Chapter 19 - Bulan Purnama Tiba

[65% Penyesuaian gigitan, Tubuh mulai mengkonfirmasi virus yang menyebar]

---

[Drttt Drttt Drttt]

Nicholas membuka matanya dengan cepat, saat dia mendengar suara getaran yang aneh di telinganya.

Matanya terbuka, namun dia masih belum bangkit dari tidurnya. Rasa malas itu selalu merasukinya di saat sang surya pagi telah mengintip di balik jendela. Dia mencoba memastikan bahwa suara itu telah berhenti, karena hampir dua menit dia hanya diam, namun suara getaran itu tidak terdengar lagi di telinganya. Dia memutuskan untuk memejamkan matanya kembali, melanjutkan istirahatnya yang tertunda.

[Drttt Drttt Drttt]

Namun baru saja beberapa detik dia memejamkan matanya, tiba-tiba suara getaran itu muncul kembali. Dia bisa mendengarnya dengan sangat jelas, dan pastinya hal itu membuat dia tidak nyaman dengan suara tersebut.

[Drttt Drttt Drttt]

Dia masih belum bangkit dari tidurnya, namun malah menutupi telinganya dengan bantal yang berada di sampingnya. Tanpa memastikan terlebih dahulu dirinya berada dimana.

"Suara apa sih ini!!!!"

Dia berdesis kepada dirinya sendiri, saat bantal sudah menutupi kedua telinganya, namun dia masih bisa mendengar suara tersebut. Seolah bahwa suara getaran itu berada di dalam kepalanya saat ini.

[Drttt Drttt Drttt]

"ARGHHHHHHH!!!!"

"SUARA APA SIH INI!!!"

Nicholas berteriak dengan kuat, sambil melemparkan bantal yang dia gunakan untuk menutupi telinganya sebelumnya. Dan bantal yang dia lemparkan berhasil mengenai Richard yang masih tertidur dengan begitu pulas di sofa abu-abu, yang berada di kamarnya, langsung terbangun seketika.

"Hah, Apa? Aku tidak tidur kan! Yah.. Aku tidak tidur.. Jam berapa ini?"

Dia berdiri dengan sempoyongan lalu, berjalan dengan perlahan menuju ke kasur yang di tempati oleh Nicholas, dan pastinya Nicholas yang melihat hal itu langsung terkejut dan memutuskan hanya diam saja, karena dia baru menyadari jikalau dia tidak berada di dalam kamarnya sendiri.

Matanya melihat sekeliling untuk mengabsen seluruh ruangan yang dia tempati sekarang.

Dengan tatapan aneh pula, dia melihat ke arah laki-laki yang sekarang berjalan dengan sempoyongan ke arahnya, dengan mata yang masih terpejam.

"Woi, Richard!" Nicholas membentak Richard dengan nada yang lumayan tinggi, agar membuat laki-laki itu bisa sadar sepenuhnya.

"Hah.. Yah apa? Ada apa?" Richard yang terkejut dia langsung membuka matanya dengan lebar, lalu melihat kearah di mana Nicholas berada.

"Eeum Hai Nicholas, Selamat pagi..." Ucapnya dengan nada yang begitu aneh, sambil menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal.

"Kok aku bisa tidur di kamarmu sih?" Nicholas bertanya bingung pada Richard yang masih mencoba untuk mengumpulkan nyawanya sepenuhnya.

"Ah iya, tadi malam kamu ketiduran dan gak bisa di bangunkan, jadi aku putuskan membawamu ke rumahku." Richard menjawab sambil menguap.

"Ahh begitu, jadi kita bolos hari ini. Surat panggilan orang tua, mungkin akan tiba seminggu lagi ke rumah kita," Jawab Nicholas dengan memberikan ekspresi raut wajah yang kesal.

[Drttt Drttt Drttt]

"Hei, ini suara apa sih.. Mengganggu sekali, dari tadi aku tidak bisa memejamkan mata karena suara ini." Nicholas mengeluh dengan melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaan dari bunyi getaran tersebut.

"Kalau ketemu pasti aku sudah banting dari tadi." Ucap Nicholas menambahkan.

Richard langsung membelalakkan matanya saat mendengar itu dari Nicholas.

"Suara apa sih?" Richard menimpali sambil melihat sekelilingnya.

"Tuli kamu yah? Suara getaran ini loh, dari tadi menggangguku, kamu tidak dengar?" Nicholas menjawab sambil bangkit berdiri dari ranjangnya dan kemudian memutuskan untuk turun dari kasur yang dia tempati.

"Mana ada! Jelas-jelas aku tidak mendengarnya sama sekali! Jangan ngaco deh!" Richard menjawab dengan agak kesal.

Namun tak lama kemudian matanya membelalak dengan lebar, saat dia baru menyadari jikalau Nicholas mengatakan mendengar sebuah 'getaran'.

"Apa katamu tadi? Kamu mendengar suara apa?" Richard bertanya sekali lagi untuk memastikan kepada laki-laki yang berada di hadapannya sekarang.

"Nah kan, semakin kencang suaranya!!! Coba dengarkan dengan perlahan!!! Suara getaran apa sih ini!" Jawabnya sambil melihat sekelilingnya kembali.

Richard langsung melihat ke arah saku celana yang dia pakai, dia tahu bahwa sejak dari tadi ponsel yang dia taruh di dalam saku celananya memang bergetar. Dan itu adalah Alarm yang dia buat agar tidak tidur.

Dengan perlahan Richard merogoh saku celananya, lalu mengambil ponsel miliknya, dan dia langsung mematikan alarm tersebut.

[Done Alarm Mati]

Setelah dia mematikan alarm tersebut, tiba-tiba Nicholas langsung melihat ke arahnya.

"Nah kan, suaranya sudah hilang. Aneh banget..." Ucapnya sambil berjalan kembali ke kasur yang dia tempati sebelumnya, lalu membenamkan kembali tubuhnya di kasur tersebut.

Richard masih terpaku tidak bergerak sama sekali, saat dia baru menyadari jikalau suara getaran yang di maksud oleh Nicholas, adalah suara getaran pada ponsel Richard.

Dimana jarak mereka keduanya lumayan berjauhan, namun itu tidak mungkin sekali jikalau sampai Nicholas bisa mendengar suara getaran tersebut.

'Gawat! Aku harus melakukan sesuatu!'

Richard yang menyadari jikalau dia mengetahui sesuatu, dengan cepat dia keluar dari kamarnya dan menuju ke arah ruang tamu, dia membuka laci yang berada di meja kerja almarhum papanya, dan mengambil sebuah borgol yang berada di laci tersebut.

Dan dia menuju kembali ke kamarnya, melihat ke arah dimana Nicholas berada.

Dia melihat jikalau teman baiknya itu sudah tertidur pulas kembali, namun dia begitu khawatir saat ini.

Karena dia ingat jikalau hari ini adalah hari dimana bulan purnama akan bersinar dengan terang.

Richard telah merencanakan semuanya, dia mengunci semua jendela kamarnya, dan memastikan jikalau tidak bisa di buka dengan cara biasa. Karena dia mengunci satu-persatu dari tiga jendela yang berada di kamarnya.

Tak lupa juga dia menyiapkan, kunci untuk kamarnya sendiri.

Dia melihat ke arah jam dinding yang berada di kamarnya, menunjukkan pukul 12.35 siang, padahal sudah selama itu, namun Nicholas juga masih tertidur dengan pulas.

Namun Richard memutuskan untuk tetap berada di dekat pintu dari kamarnya.

***

Hampir setengah hari dia hanya duduk di tempat yang sama, dan dia sekarang melihat ke arah jam dinding yang sama, "Pukul enam malam, baiklah aku rasa sekarang,"

Richard langsung mendekat ke arah dimana Nicholas yang masih tertidur dengan pulas seharian ini. Lalu dengan tanpa basa basi, dia memborgol tangan kanan Nicholas dan dia mengaitkannya di kaki ranjang besi miliknya.

Nicholas yang sebelumnya tertidur dengan pulas itu, tiba-tiba terbangun seketika.

"Hei ada apa ini!" Nicholas bertanya dengan bingung pada saat mengetahui jikalau tangan kanannya sudah terborgol di kaki ranjang besi yang dia tempati.

"WOI RICHARD!!"

Nicholas berteriak dengan kencang saat temannya bertanya padanya namun tidak di jawab olehnya.

Richard terlonjak seketika saat mendengar bentakan itu dari teman baiknya.

"Ini demi kebaikanmu, percayalah padaku!" Richard menjawab sambil melangkahkan kaki kebelakang, lalu dengan cepat dia keluar dari kamarnya dan menutup pintu kamarnya, lalu menguncinya.

"WOI RICHARD, LEPASKAN AKU!!! MENGAPA KAMU LAKUKAN INI PADAKU!!!"

Terdengar suara teriakkan itu dari dalam kamarnya, namun Richard hanya bisa diam berada di balik pintu kamarnya.

---

[80% Penyesuaian gigitan, Tubuh mulai mengkonfirmasi virus yang menyebar]

---

"Richard, tolong aku, mengapa semua tubuhku tiba-tiba menjadi panas!!! Richard!!!" Nicholas mengeluh kepada Richard dengan nada suara yang begitu pelan, namun Richard bisa mendengarnya.

Dia melihat ke arah jendela yang berada di sebelah kanannya, bahwa Bulan purnama telah muncul dari balik awan hitam.

"Richard!!!"

"Richard!!! Tolong aku, apa yang sedang terjadi padaku!!!"

Richard hanya bisa diam, di balik pintu tanpa bersuara sama sekali. Untung saja, ibunya sedang ke rumah neneknya malam ini. Jadi di rumah itu hanya ada dia dan Nicholas saja.

"Richard... Grrr Rwwrrrrr!!"

[BRAKKK!!!]

Mata Richard langsung membelalak dengan lebar, saat mendengar suara tersebut.