Chereads / Mendadak Menikah Denganmu / Chapter 26 - Menginginkan Wanita Sederhana

Chapter 26 - Menginginkan Wanita Sederhana

Dhafin dan Zoya duduk agak jauh dari Narendra, lalu mereka berbincang berdua.

"Ibu, itu pacarnya Zoya?" Tanya Narendra.

"Iya, itu pacarnya Zoya, mereka sudah lama berpacaran."

"Oh."

'Bagaimana jika laki-laki itu tau kalau aku adalah calon suaminya Zoya? Walaupun aku dan Zoya hanya akan melaksanakan pernikahan sementara, tapi aku rasa, ia akan tetap sakit hati jika mengetahuinya.' Batin Narendra.

"Itu siapa?" Tanya Dhafin sambil melirik ke arah Narendra.

"Itu atasanku di kantor."

"Oh. Dia juga jenguk Ayah kamu?"

"Iya."

Entah mengapa perasaan Dhafin tidak enak saat pertama kali melihat keberadaan Narendra di rumah sakit ini. Namun Dhafin tidak ingin berpikir macam-macam, karena ia tahu Zoya masih setia padanya.

"Gimana kamu ditempat kerjamu? Betah?" Tanya Dhafin.

"Iya, alhamdulillah betah."

"Syukurlah."

"Kamu gimana kuliahnya?" Tanya Zoya.

"Alhamdulillah lancar. Aku juga pengen sambil cari-cari kerja deh, biar bisa punya tabungan untuk menikahi kamu."

Seketika Zoya menundukkan kepalanya. Membicarakan tentang pernikahan sungguh membuat ia bersedih. Disaat Dhafin masih berharap pada Zoya, tapi Zoya merasa tidak mungkin menikah dengan Dhafin jika Dhafin tahu bahwa Zoya akan menikah dengan Narendra.

"Zoya, kamu mau kan hubungan kita terus berlanjut dan sampai ke jenjang pernikahan?" Tanya Dhafin.

Zoya melirik Dhafin, seraya berkata, "iya."

Tidak mungkin Zoya menceritakan pada Dhafin perihal pernikahan kontraknya yang akan segera dilaksanakan. Zoya harus menyembunyikannya dari Dhafin.

Tiara dan Erina keluar dari ruang rawat, lalu Zoya dan Dhafin masuk ke dalam. Ayah Hendra mengurai senyumnya saat melihat laki-laki yang Zoya cintai itu menjenguknya. Dhafin membawakan buah-buahan untuk Ayah Hendra, lalu ia letakkan di meja dekat tempat tidurnya.

"Om, gimana keadaannya hari ini?" Tanya Dhafin.

"Alhamdulillah sudah lebih baik. Besok sudah boleh pulang, tapi tetap harus menjalani rawat jalan."

"Iya, syukurlah kalau sudah boleh pulang. Semoga keadaan Om semakin membaik."

"Aamiin ... Makasih ya Dhafin, kamu sudah jenguk Om disini."

"Iya, Om."

Zoya senang sekali melihat kedekatan Dhafin dengan sang ayah, karena Dhafin tulus mencintai Zoya, ia juga tulus sayang dengan keluarga Zoya.

Di luar ruangan, Narendra masih berbincang dengan Ibu Ratna.

"Pak Narendra sudah menikah?" Tanya Ibu Ratna.

"Nggak usah panggil saya Bapak, Bu. Usia saya kan jauh dibawah ibu."

"Tapi, nggak pantas aja rasanya, kalau saya memanggil dengan sebutan Narendra."

"Nggak apa-apa, panggil Narendra aja."

"Iya."

"Saya belum menikah Bu, saya masih mencari calon istri. Sulit sekali menemukan wanita yang cocok."

"Pasti kamu carinya wanita yang cantik, pintar dan punya karir yang bagus seperti kamu ya?" Tanya Ibu Ratna.

"Tidak harus seperti itu, yang penting dia bisa menerima dan sayang dengan keluarga saya juga. Karena saya bukan berasal dari keluarga berada, kedua orang tua saya masih tinggal di desa dengan kehidupan yang sederhana. Jadi yang saya butuhkan, bukan hanya wanita yang bisa menerima kesuksesan saya saat ini. Jika saya memilih hidup sederhana pun, tidak masalah baginya." Urai Narendra.

"Semoga kamu segera menemukan wanita yang seperti itu ya."

"Iya, aamiin."

"Sabar aja, tidak usah terburu-buru untuk menikah."

Narendra menundukkan kepala, ia juga tak ingin terburu-buru. "Tapi kedua orang tua saya menginginkan saya untuk segera menikah, karena usia saya yang sudah tidak muda lagi."

"Oh gitu. Andai saja saya punya saudara perempuan yang belum menikah, pasti saya perkenalkan pada kamu."

Ingin sekali Narendra mengutarakan keinginannya untuk menikahi Zoya pada Ibu Ratna, tapi ia takut sang ibu terkejut mendengarnya. Karena Narendra pun belum mengetahui apakah Zoya sudah membicarakan tentang pernikahan kontrak itu pada sang ibu atau belum.

Dhafin sudah keluar dari ruang rawat, lalu Dhafin masih melihat Narendra yang duduk di samping Ibu Ratna.

"Kamu mau pulang bareng aku?" Tanya Dhafin.

Zoya menggelengkan kepalanya, seraya berkata, "nggak, aku pulang bareng Tiara dan Erina."

"Naik apa?"

"Naik taksi online."

"Oke."

Zoya terpaksa berbohong pada kekasihnya tersebut. Ia tidak ingin Dhafin tau kalau ia akan pulang dengan atasannya itu.

"Yaudah, aku duluan ya." Pamit Dhafin.

"Oke. Hati-hati ya."

Dhafin bersalaman pada Ibu Ratna dan juga Narendra, lalu ia pergi.

"Mau pulang sekarang, Zoy?" Tanya Narendra.

"Kalau Bapak mau pulang duluan, silahkan. Saya dan kedua adik saya nanti naik taksi online aja." Ketus Zoya.

"Ssstttt Zoya!" Tegur Ibu Ratna. Menurutnya, ekspresi wajah Zoya yang ketus seperti itu tidak pantas ditunjukkan di hadapan Narendra yang sudah baik kepadanya.

"Kalau kamu, Erina dan Tiara mau pulang sekarang, nggak apa-apa." Lanjut Ibu Ratna.

"Aku mau disini aja deh Bu, nunggu Ayah. Biar ibu, Erina dan Tiara yang pulang." Ujar Zoya.

"Serius, kamu mau menjaga Ayah malam ini?" Tanya sang ibu.

"Iya, besok kan aku libur kerja. Jadi, malam ini biar aku yang jaga Ayah disini. Ibu istirahat di rumah aja malam ini."

"Oke." Ibu Ratna memperbolehkan Zoya yang ingin menjaga Ayah Hendra malam ini.

"Kamu hati-hati ya. Besok kabarin saya, jam berapa saya harus datang lagi kesini untuk mengurus semua administrasinya." Ucap Narendra.

"Iya, Pak."

Narendra, Ibu Ratna dan kedua adik Zoya pun pergi meninggalkan rumah sakit. Sedangkan Zoya masuk ke dalam ruang rawat untuk menemani sang ayah.

"Ayah kok belum tidur?" Tanya Zoya.

"Iya. Bos kamu itu sudah pulang?"

"Sudah, sekalian antar Ibu, Tiara dan Erina pulang ke rumah."

"Baik banget ya. Dia jabatannya apa?"

"Dia adalah CEO di perusahaan tempatku bekerja."

"Oh dia adalah CEO. Kok dia mau menjenguk sampai menjenguk ayah?"

Pertanyaan Ayah Hendra yang ingin membuat Zoya berterus terang kepadanya, tapi Zoya masih ragu untuk menjelaskan tentang Narendra.

"Memang Ibu belum cerita sama Ayah?" Tanya Zoya.

"Cerita apa?"

"Pak Narendra yang nanti akan membayar biaya rumah sakit selama Ayah dirawat."

"Benar, Pak Narendra yang menanggung semua biayanya?"

"Iya."

"Ayah pikir, kamu pinjam uang ke saudara untuk biaya rumah sakit Ayah ini."

Zoya menggelengkan kepalanya, sedih rasanya bila mengingat beberapa saudaranya yang sukses tidak mau meminjamkan uang kepadanya.

"Lalu, gimana kita mengembalikan uang pada Pak Narendra?" Tanya Ayah Hendra, karena ia tahu, biaya perawatan selama ia berada di rumah sakit ini tidak sedikit.

'Ayah jangan khawatir, aku yang akan membayarnya dengan mau melaksanakan pernikahan kontrak olehnya.' Batin Zoya.

"Ayah tidak usah memikirkan itu. Nanti insya Allah, aku yang akan mencicilnya." Jawab Zoya.

"Iya."

Ayah Hendra masih tidak menyangka ada seorang CEO yang mau membantunya, padahal Zoya baru bekerja di perusahaannya.

Zoya hanya berani bicara seperti itu oleh sang ayah, ia tidak berani membicarakan tentang pernikahan kontrak yang sebentar lagi akan ia jalani.