Chereads / Mendadak Menikah Denganmu / Chapter 30 - Tidak Akan Menyentuhnya

Chapter 30 - Tidak Akan Menyentuhnya

Ibu Ratna mengernyitkan kedua matanya. "Minta apa?"

Zoya mulai deg–degan dengan jawaban yang akan Narendra lontarkan. Ia belum siap jika kedua orang tuanya mengetahui bahwa dirinya akan menikah dengan laki-laki yang usianya jauh diatasnya.

"Saya hanya minta Zoya untuk menikah dengan saya karena saya mencintainya." Ungkap Narendra yang membuat pandangan mata Zoya menyorot tajam ke arah atasannya tersebut.

"Kamu serius mencintai Zoya?" Tanya Ibu Ratna.

"Iya."

Namun Zoya tak percaya kalau Narendra mencintainya. Ia yakin ini hanya sebuah drama yang Narendra buat agar Ibu Ratna menyetujui rencana pernikahan mereka.

Ibu Ratna pun tersenyum lebar, siapa yang menolak jika ada laki-laki mapan dan baik hati yang ingin melamar putrinya? Siapapun pasti akan merestui.

Zoya sudah melihat ekspresi Ibu Ratna yang pasti akan menyetujuinya. Zoya pun masuk ke dalam kamarnya, lalu mengunci pintu kamarnya.

"Zoya kenapa?" Tanya Narendra.

Ibu Ratna dan Tiara saling pandang, lalu sang ibu beranjak ke kamar putrinya tersebut.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Zoya!" Panggil sang ibu.

Zoya menangis sejadi-jadinya. Ia tidak ingin menikah dengan Narendra, ia belum siap untuk menjadi seorang istri.

"Zoya!" Ibu Ratna masih memanggil-manggil putrinya tersebut, tapi tak ada jawaban dari dalam kamar Zoya.

Zoya merasa seperti ingin dijual kepada atasannya demi membayar hutang sang ayah. Ia masih tak terima dengan semua ini.

'Apakah Zoya lupa dengan surat perjanjian itu? Aku ingin menikahinya hanya sementara dan selama menikah pun aku tidak akan menyentuhnya.' Batin Narendra.

"Sudahlah Bu, biarkan saja! Mungkin Zoya lelah, dia mau beristirahat di dalam kamarnya." Tutur Narendra.

Ibu Ratna merasa tidak enak dengan Narendra karena sikap Zoya yang masih ke kanak-kanakan itu.

"Ibu sangat setuju kalau Narendra mau menikahi Zoya. Bapak pun pastinya akan menyetujuinya." Ungkap sang ibu.

"Iya, Bu. Nanti saya akan bicara juga pada Bapak."

"Saya pamit pulang dulu ya, Bu." Ucap Narendra, lalu ia berdiri dari tempat duduknya.

"Kok buru-buru?"

"Saya masih ada urusan lain."

"Hati-hati ya." Ucap Ibu Ratna.

"Iya."

Narendra bersalaman pada Ibu Ratna, lalu ia langsung pergi.

Ibu Ratna menghela nafas, "Ya Allah, mimpi apa semalam, tiba-tiba Narendra bicara kalau dia ingin menikahi Zoya?"

Memang seperti mimpi, ia tidak menyangka putrinya dicintai oleh laki-laki seperti Narendra.

"Tapi, kalau Kak Zoya nggak mau dengan Kak Narendra, gimana Bu? Karena Kak Zoya kan masih punya pacar." Tanya Tiara.

"Nanti ibu coba bicarakan dulu pada Kakakmu. Jika memang ia tidak bersedia, ya sudah mungkin memang belum mereka berjodoh."

Namun Ibu Ratna sangat berharap Zoya mau menikah dengan atasannya itu, karena jika Zoya menikah dengan Narendra, sama saja seperti ia mengangkat derajat kedua orang tuanya.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ibu Ratna kembali mengetuk pintu kamar putri sulungnya itu. Karena Zoya tahu bahwa Narendra sudah pergi, ia pun menghapus air matanya, lalu ia membuka pintu kamarnya.

"Kamu kenapa sih?" Tanya sang ibu.

Zoya pun keluar kamar, lalu duduk di lantai dengan mata yang masih terlihat sembab.

"Aku nggak mau menikah, aku belum siap!" Ujar Zoya dengan penuh emosi.

"Apa nggak sebaiknya kamu pikir-pikir dulu? Dengan Menikah sama Narendra, kamu bisa mengangkat derajat kedua orang tua."

"Karena apa? Karena dia kaya? Itu kan maksud ibu?"

"Iya, karena Ibu nggak sangka aja orang seperti Narendra jatuh cinta dengan gadis sederhana seperti kamu."

"Kalau niatnya dia hanya mau mempermainkan aku, gimana?"

"Ibu melihat ketulusan dari dirinya. Nggak mungkin laki-laki seusia dia, masih mau main-main."

"Ya mungkin aja! Laki-laki jahat itu nggak mengenal usia, Bu!" Seru Zoya.

"Ya sudah, terserah kamu deh, kalau kamu bersedia—alhamdulillah. Kalau nggak juga—nggak apa-apa. Ibu nggak akan memaksa." Tutur Ibu Ratna lalu ia beranjak ke dalam kamar, ia tak ingin memaksakan sesuatu yang tidak Zoya inginkan.

Di waktu yang sama, Narendra masih berada di jalan, ia takut kalau Zoya sampai mengingkari janjinya untuk menikah dengannya. Narendra meminggirkan kendaraannya, lalu ia mengambil ponselnya, ia ingin mengirim pesan pada Zoya.

[Zoya, tadi kamu kenapa? Marah karena kamu tidak mau saya nikahi? Kamu lupa surat perjanjian yang sudah kamu tanda tangani itu? Saya butuh bertemu dengan kamu, kapan kita bisa ngobrol berdua?]

Ponsel yang sedang Zoya pegang itu bergetar, Zoya pun langsung membaca pesan dari Narendra, lalu ia membalasnya.

[Untuk apa bertemu dengan saya?]

[Untuk membicarakan tentang pernikahan kita]

[Saya nggak mau menikah dengan Bapak]

[Zoya, kamu ingat nggak isi surat perjanjian itu? Saya mau menikah sama kamu hanya untuk status aja. Saya janji, saya nggak akan menyentuh kamu]

[Berati Bapak bohong kan? Tadi Bapak bilang, Bapak mencintai saya?]

[Iya, maaf saya bohong. Saya tidak bermaksud mempermainkan kamu. Saya berjanji, jika kamu mau menikah dengan saya, hutang-hutang Ayahmu akan saya lunasi]

Zoya kembali berpikir, ia memang sudah terlanjur menandatangani surat perjanjian pernikahan kontrak itu. Makanya ia harus menyerahkan dirinya untuk dinikahi oleh laki-laki itu dengan perjanjian selama menikah, Narendra tidak akan menyentuhnya, karena ia hanya butuh status di hadapan kedua orang tuanya. Uang yang Narendra keluarkan juga tidak sedikit, apalagi jika nanti ia harus membayar semua hutang orang tua Zoya, rasanya bodoh sekali jika Zoya menolak pernikahan yang hanya di atas kertas itu. Bukannya harusnya Zoya malah bangga jika menikah dengan seorang CEO? Hutang orang tua lunas, lalu hidup Zoya pun akan terjamin. Walaupun mereka hanya menikah sementara.

[Oke, kapan Bapak mau bertemu dengan saya?]

[Sore ini, bisa? Sekalian saya mau bertemu dengan teman-teman saya dan saya mau memperkenalkan kamu dengannya]

[Oke]

[Ya sudah, nanti sore saya jemput kamu]

[Iya]

Narendra merasa sedikit lega, karena Zoya mau diajak untuk bertemu. Ia pun meneruskan perjalanannya menuju ke rumahnya.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Bu!"

Zoya membuka pintu kamar kedua orang tuanya, lalu ia masuk ke dalam.

"Ayah, Ibu. Aku mau bicara."

"Bicara apa? Ini kamu sedang bicara kan?" Ucap sang ayah.

Zoya pun duduk di tepi ranjang, sambil memandangi kedua orang tuanya, "setelah tadi aku sempat berpikir, aku memutuskan untuk bersedia menikah dengan Pak Narendra."

"Apa? Menikah dengan Narendra?" Tanya Ayah Hendra yang terkejut karena belum mengetahui kabar Narendra ingin menikahi Zoya.

"Iya, tadi Pak Narendra bilang, dia mau menikahi aku."

"Alhamdulillah ... " Ucap Ibu Ratna seraya mengeluarkan simpul senyum dari bibirnya.

"Ini serius Narendra mau menikahi Zoya?" Ayah Hendra masih tidak percaya.

"Iya Ayah, aku serius. Tadi Pak Narendra bilang, dia mau menikahi aku."

"Memang, kamu mencintai dia?" Tanya sang ayah.

Zoya terpaksa berbohong pada kedua orang tuanya, "iya, aku juga mencintainya."