Chereads / Raison D'etre : The Revenant / Chapter 14 - Chapter Rest After Fight

Chapter 14 - Chapter Rest After Fight

Aku mulai memperhatikan sekeliling ku, aku melihat Asplekius terduduk lemas dengan darah yang begitu banyak disekujur tubuhnya, aku perlahan menghampiri dia dan ternyata dia masih hidup dan bernafas, nafas dia sudah berat dan juga sudah diambang kematian.

" Kamu .... sepertinya kembali hidup dalam ke...adaan normal.....ugh, " ucapnya, ia berusaha meraih sesuatu dari sakunya dan sebuah suntikan pun diambil olehnya.

Ia menusukan jarum itu kelengannya, ia mendesah kesakitan dan terengah-engah karena keadaannya, disini aku merasa lebih baik membunuhnya karena dia sudah lemah dan tidak bisa bergerak. Aku tidak tahu harus melakukan apa dan itu adalah salah satu hal yang hanya bisa kulakukan.

" Hey.....kumohon...tolong..a..a.ku....urgh " ia meminta tolong kepadaku, aku hanya menatapnya dan mulai mengayunkan pedang ku dan bersiap menebasnya.

" Huh?....kamu..hendak...membunuhku?, Heh....empati memang tidak ada dalam jiwa mu...." Asplekius menunduk, dan diam, dia menyerah dengan keadaannya dan membiarkan ku untuk menebas lehernya

Disaat itu aku sudah mengayunkan pedang ku kearah kiri ku, dan Theresa muncul, menghentikan ku dengan memegang pundak ku, " kumohon berhenti, jangan berbuat hal yang gegabah seperti itu, " seru Theresa, aku pun menurunkan pedang ku dan menaruhnya kembali ke sarung pedang di belakang.

" Ah...tak kusangka... the....sacred sister... Theresa, " ujarnya, tak kusangka bahwa Asplekius mengenali Theresa, " kamu akan ku sembuhkan, kumohon bertahan lah untuk sebentar saja "

Theresa mulai menyembuhkan Asplekius,perlahan demi perlahan luka-luka yang berada di tubuhnya mulai tertutup dan darah yang keluar dari tubuhnya pun sudah kering namun bajunya masih terbasahi oleh noda darahnya membuat bajunya tampak kotor sekali selain itu juga ada banyak noda tanah dan debu di bajunya Asplekius.

" Sudah selesai, bagaimana keadaan mu wahai dokter wabah? " Tanya Theresa, " aku sudah merasa jauh lebih baik dari sebelumnya " ia menjawab pertanyaan Theresa, dan Asplekius mulai kembali berdiri.

" Mohon maaf, tapi saya bukanlah seorang sacred sister tapi saya adalah seseorang yang memandu sang ksatria, " tutur Theresa

" Hmm, kamu sendiri adalah seorang sacred sister dan seseorang yang special, aku bisa melihat dari aura mu "

Theresa tampak menyangkal ucapan Asplekius, tapi apa itu Sacred Sister dan mengapa sangat begitu special, aku tidak bisa mengingat apapun mengenai sebutan special itu sama sekali, tapi sepertinya itu ada hubungannya dengan identitas sebenarnya dari Theresa, ini adalah sebuah petunjuk.

" Aku memang memiliki aura yang sama dengan the Sacred Sister tapi aku berbeda dengan dirinya, " ujar Theresa, Asplekius mendengar ucapan itu dan hanya menjawab dengan tarikan nafas

" Jika begitu baiklah, kamu mengejutkan ku, omong omong siapa nama mu? " Asplekius bertanya mengenai siapa namanya, " nama ku adalah Theresa "

" Ohh nama yang cantik, perkenalkan nama ku adalah Asplekius. Senang bertemu dengan mu " ia memberi sebuah salam dengan menundukkan badannya, tangan kanannya melakukan gesture lalu menaruh tangan itu di perutnya sementara tangan kanan berada di belakang

" Senang bertemu dengan mu juga, baiklah, untuk sekarang mari kita berpindah dari sini, " kata Theresa, ia berbalik dan menatap ku yang berada di belakangnya, ia berjalan kearah ku dan ia tepat berada di depan ku namun hanya berbeda beberapa meter saja.

" Jika seseorang dalam terluka bantulah dia, jangan membunuhnya itu bukan lah pilihan yang bagus, " ucap Theresa, " baik, aku paham selanjutnya aku tidak akan melakukan hal seperti itu "

" Kamu harus memiliki empati wahai ksatria, dan itu penting bagi mu karena kamu adalah seorang manusia sama seperti dokter Asplekius, dan suatu saat kamu akan merasakan perasaan itu, jika semuanya sudah kamu ingat " Theresa menuturkan itu, aku mulai paham dan sepertinya manusia memang memiliki perasaan yang bernama ' empati ', mungkin aku akan memiliki perasaan itu

" Baiklah, mari ikuti aku, saatnya beristirahat " disaat Theresa mengatakan itu, tubuhku berasa sangat begitu aneh, berat dan lemas dalam waktu yang bersamaan, penglihatan ku mulai pudar lama kelamaan aku pun terjatuh dan pingsan

" Hey kamu baik baik saja ksatria?! " Asplekius yang melihat ku terjatuh panik dan langsung berlari kearah ku, " sudah tidak apa, biarkan dia beristirahat " Theresa bersiul dan memanggil kuda putih yang biasa ku tunggangi

" Tolong, taruh dia di atas kuda supaya dia bisa di bawa menuju tempat peristirahatan " Asplekius pun menaruh ku di atas kuda dan mereka berdua berjalan menuju tempat kristal cahaya berada untuk beristirahat

Beberapa lama mereka berjalan akhirnya mereka pun sampai di sebuah rumah dengan lubang yang begitu besar, rumah itu memiliki beberapa bagian interior yang sudah rusak dan hancur, tapi tidak rubuh, di dekat lubang itu terdapat kristal cahaya yang menerangi rumah itu, disaat Asplekius mendatangi rumah itu bersama Theresa, ia merasakan kehangatan yang begitu nyaman sekali.

" Sesuatu yang sudah lama tidak kurasakan, kehangatan dan kenyamanan layaknya engkau sedang dipeluk oleh seseorang yang engkau sayangi, " ujar Asplekius, Theresa masuk kedalam dan duduk dekat kristal cahaya tersebut

" Kumohon bawa dia kesini, dan tidurkan lah dia di pangkuan ku " Asplekius heran mendengar itu, meskipun begitu dia mengambil sang ksatria lalu menidurkan sang ksatria itu di pangkuan nya, " mengapa kamu meminta untuk menidurkannya di pangkuanmu? " Tanya Asplekius

" Ini sudah jadi tugasku, dan kehangatan seperti ini dibutuhan olehnya, " jawab Theresa, Asplekius yang mendengar jawaban itu hanya mengangguk dan duduk di depan kristal cahaya itu, ia merasakan kehangatan yang lebih nyaman daripada duduk di samping api unggun.

" Kristal ini, ....bukan kah ini energi dari sang dewi? "

Theresa tidak menjawab apa apa, ia hanya fokus mengelus kepala sang ksatria meskipun kepalanya menggunakan helm, Theresa mulai bersenandung sebuah lagu yang begitu lembut dan menenangkan, Asplekius yang mendengar senandung Theresa tertidur lelap, dengan posisi duduk diam.

" Hmm..ugh, Theresa...? " Aku kembali bangun, aku sadar bahwa aku telah jatuh pingsan, setelah pertarungan tadi rasanya tubuhku biasa biasa saja bahkan tidak terasa berat sedikitpun, " akhirnya kamu bangun juga, wahai ksatria "

Dengan manisnya ia tersenyum kearah ku seperti biasanya, aku sadar bahwa aku pingsan dan tertidur di pangkuannya, aku bangun dari tidur ku dan duduk di samping Theresa, " aku tidak merasakan rasa apapun, berat dan sakit tidak pernah kurasakan dalam tubuh ku ini, tapi mengapa aku pingsan ? "

" Jiwa mu, lelah dan perlu beristirahat, lebih tepatnya tubuh mu perlu istirahat, " jawab Theresa, " manusia manapun perlu istirahat dan begitu pun dengan mu, kamu perlu istirahat meskipun rasanya kamu tidak memerlukan istirahat, " jelas Theresa

" Begitu ya, baiklah..." Aku putuskan untuk kembali tidur di pangkuan Theresa, aku mulai memejamkan mata ku dan kembali tidur dan beristirahat, Theresa hanya tertawa kecil melihat ku kembali tertidur di pangkuannya.

" Selamat malam, wahai ksatria ku "

Malam pun berlalu begitu saja, aku serta Theresa tertidur di samping kristal cahaya, begitu juga dengan Asplekius, kami semua tertidur lelap, pertarungan yang begitu sulit akhirnya telah selesai. Portal kegelapan pun hancur, dan sudah tidak ada di daerah desa yang sepertinya adalah kota ini, aku sendiri ingin tahu sesulit apa musuh yang akan kuhadapi selanjutnya.

Mudah atau sulit lawan ku, tujuan ku tidak akan berubah karena misi ku adalah tujuan hidup ku sekarang.

Malam yang gelap dan mencekam berubah menjadi pagi yang mendung dan kegelapan masih menemani kami bertiga, rasanya aku tidak pernah tidur selama ini dan sudah lama sekali aku tidak tidur dan istirahat hingga pagi hari. Asplekius terbangun dari tidurnya ia melihat kami berdua masih dalam posisi yang sama dan Theresa tidak pernah lelah sama sekali.

" Mereka, seperti seorang pasangan suami istri , huh " gumamnya, aku tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan

Yang pasti ia mengatakan sesuatu mengenai kami berdua, saat itu mataku sudah terbuka dan yang terlihat pertama kali ialah muka serta dada nya Theresa, mukanya tampak cantik dan juga imut ketika tidur. Disaat itu aku mengambil sebuah kesempatan. Aku menggerakan tangan ku dan mengelus pipinya dengan perlahan, dan ia pun terbangun.

" Ah...selamat pagi, ksatriaku " sebuah ucapan selamat pagi keluar dari mulutnya dengan senyuman yang Theresa tunjukkan kepadaku setelah mengucapkan selamat pagi.

" Se..lamat pagi, theresa " aku bangun dari tidur ku di pangkuannya dan duduk disampingnya, Theresa menyenderkan kepalanya di bahu ku, " apakah boleh kita beristirahat lebih lama lagi? " Dengan suara yang lembut ia bertanya kepadaku.

" Iya tentu, apa saja untuk mu Theresa "

[Bersambung]