Chereads / Raison D'etre : The Revenant / Chapter 15 - Chapter The Capital of Dead City

Chapter 15 - Chapter The Capital of Dead City

Setelah beristirahat cukup begitu lama, kami pun melanjutkan perjalanan untuk kembali mencari portal kegelapan.

" Sudah saatnya kamu pergi, aku akan menemui kamu kembali " Theresa pergi begitu saja bagaikan asap yang terhempas oleh angin, Asplekius melihat kejadian itu dan tidak berkata apa apa.

" Wanita itu adalah Sacred Sister itu sendiri " celetuk Asplekius, aku menoleh kearahnya dan bertanya, " Sacred Sister..itu apa? "

" Sacred Sister, seorang biarawati yang special diantara biarawati yang lain, dia suci dan penuh dengan kebaikan, cahaya akan keluar dari tubuhnya. Bisa dibilang layaknya aura seseorang yang begitu bersih dan bercahaya. Nyaman dan enak ketika melihat dirinya, dan juga ketika engkau mencari jawaban dan juga pertanyaan mengenai apapun yang kamu bimbangkan pasti ia akan menjawab pertanyaan mu, meskipun terkadang aneh maupun tak masuk akal, " jawab nya, " jadi seperti itu, disisi nya memanglah begitu nyaman dan hangat aku bingung perasaan apa yang kurasakan dan juga mengapa dada ku merasakan sesuatu yang aneh disaat bersamanya "

" Ya.. suatu saat, kamu akan menemukan jawabannya sendiri untuk sekarang biarkanlah itu ada di angan mu, " kata Asplekius , " selain itu juga Sacred Sister di berkati oleh kekuatan cahaya yang diberikan langsung oleh sang dewi, dia bisa menyembuhkan manusia dengan begitu cepat dan juga bisa membuat seseorang hilang dari stressnya, dan meskipun cara pengobatannya berbeda tapi dia begitu special dan sepertinya, Theresa adalah Sacred Sister dan penuntun mu, ini adalah keinginan dan kehendak dewi. Sepertinya dia dekat dengan mu, wahai ksatria serigala " jelas dan lanjutnya. Perkataan nya kali ini membuat ku terdiam dan berpikir, Theresa dekat dengan ku dan ini ada hubungannya dengan sang dewi? Siapa dewi itu mengapa dia berkehendak seperti itu, apa alasannya aku dihidupkan kembali? Mengapa dan mengapa.

" Untuk sekarang, tidak usah pikirkan omongan ku, aku hanya berbicara dan menjelaskan sesuai kepercayaan ku jadi, jangan buat itu menghancurkan fokus mu, haha..ayo kita lanjutkan perjalanan ini " dia pun berjalan mendahului ku namun disaat ia belum jauh dari ku ia berhenti dari jalannya, ia menoleh kepada ku dan berkata, " hey, mau sampai kapan diam terus? Ayo, kamu yang tahu jalannya "

" Bukan kah kamu sudah membayar hutang budi kepadaku, karena telah membantu mu ? " Tanya ku kepada nya, " belum...ya memang sudah sih menurut mu, tapi ya aku ingin membantu mu dalam perjalanan mu. Hanya itu saja "

Itu lah jawabannya, aku pun mengangguk dan berjalan kedepannya Asplekius, " garis cahaya telah muncul, ikuti aku ", setelah perbincangan yang panjang, perjalanan pun kembali di lanjutkan.

Tempat yang kami berdua pijak ini, adalah kota dan kota nya sendiri sangat begitu besar dan terlihat sebuah kastil besar yang bisa terlihat sejauh mata memandang, dan kastil itu tampak retak dan juga hancur di beberapa bagian kastil nya akibat sesuatu pastinya, aku tidak tahu kenapa dan mengapa dunia berubah seperti ini, dan lama kelamaan aku bisa mengetahui hal itu.

Lamanya perjalanan, membuat Asplekius kelelahan dan ingin istirahat terlebih dahulu, tapi aku memiliki ide untuk memanggil kuda putih yang kumiliki, aku pun bersiul dengan keras dan munculah sang kuda putih. Aku pun menaiki kuda itu begitu juga dengan Asplekius ia ikut naik di belakang ku, aku pun mengibaskan tali yang terhubung dengan kepala kuda, dan kuda pun berjalan kearah yang kami berdua tujui.

" Tak kusangka kamu memiliki sesuatu seperti ini, apakah kamu memiliki hal yang lain juga? " Tanya Asplekius dengan suara yang agak keras karena perjalanan dengan kuda membuat pembicaraan terganggu, " aku memiliki sesuatu di dalam saku ku, mungkin aku bisa bertanya soal hal itu jika kita sudah sampai "

" Baiklah, aku ingin tahu apa yang kamu miliki selanjutnya "

Jalan demi jalan kami lewati bersama kuda putih ku, dan akhirnya kami berakhir disebuah tempat yang begitu aneh dimataku dari tempat yang lain, " ini.... Tempat apa? " Tanya ku, " sepertinya kita sampai di taman kota, terlihat begitu berbeda meskipun tempat yang tadi kita kunjungi ada sebuah kolam air mancur kecil, tapi ini terlihat lebih mirip bahkan sepertinya adalah pusat kota , " jawab dan jelasnya.

Kami berdua turun dari kuda, aku mengembalikan kuda itu dengan bersiul kembali lalu kuda itu menghilang bagaikan debu. Pusat kota, ya, kita sampai di tempat bernama pusat kota tempat ini di penuhi dengan begitu banyak nya struktur yang berbeda dari rumah rumah sebelum nya, seperti sebuah rumah namun tanpa pintu tapi terdapat rak untuk menaruh barang, " ini adalah tempat orang atau para warga berjualan, " dengan cepatnya Asplekius sudah berada di struktur yang kulihat dari tadi.

" Jadi, struktur ini adalah tempat berjualan? "

" Iya, dahulu orang orang berjualan buah, daging, sayuran dan lain sebagainya di tempat ini, selain itu juga orang orang berjualan di jalanan menggunakan karpet atau terpal, " jawab Asplekius, aku mendapatkan informasi yang mungkin penting bagi ku

" Omong omong, soal garis cahaya, apakah kita berhenti di tempat yang seharusnya ? " Pertanyaan itu membuat ku kembali fokus dan melihat arah garis cahaya, dan ternyata masih menyala dan mengarah ke sesuatu tempat.

" Iya masih, dan sebelum kita kesana mari kita eksplor tempat ini terlebih dahulu, aku hanya ingin tahu apakah ada ingatan atau sesuatu mengenai diriku disini, " ucap ku, Asplekius mengiyakan keinginan ku dan kami pun berkeliling melihat apa saja yang ada disini.

Pusat kota sangat begitu berbeda dari daerah yang lain, lebih luas penuh akan struktur dan juga hal hal unik lainnya, kota yang mati dan dipenuhi dengan kegelapan ini tidak bisa sama sekali ku bayangkan memiliki kehidupan atau suasana yang ramai, seperti apa yang Asplekius katakan, banyak yang berjualan dan jika ku pikirkan lebih dalam lagi, pasti orang orang bersenang senang disini. Tapi jika aku mengatakan kata senang saja, itu sudah aneh bagi ku sendiri.

Disaat kami berdua fokus berkeliling, sekumpulan undead dan monster aneh muncul tiba tiba di hadapanku, mereka datang dari sebuah portal di bawah kaki ku alias jalanan, layaknya mereka tinggal disini, pertarungan pun terjadi.

Semua monster yang datang kepadaku mati, tapi hanya undead nya saja sisanya adalah monster yang berbentuk seperti berkaki banyak tapi dengan tubuh manusia, kakinya itu berada di sebuah bagian tubuh layaknya badan manusia tapi memanjang, " mahluk yang begitu aneh, berkaki serangga kelabang dan bertubuh manusia, tapi....tidak beraturan, " celetuk Asplekius yang tiba tiba berada di sampingku.

" Jadi itu ya sebutan dari bentuk tubuh seperti itu "

" Hey, itu bukan bentuk tubuh manusia biasa kau tahu, " bentak Asplekius kepada ku, " mereka memiliki kaki layaknya serangga kelabang dan tangannya, seperti.....entahlah, jumlahnya sendiri sangat begitu banyak, " lanjutnya

Kami berdua pun melawan monster itu, jumlah dari monster kelabang itu berjumlah sekitar dua hingga empat ekor, tapi disaat aku dan Asplekius mengalahkan yang satu dan kedua mereka muncul kembali dari arah belakang dan kali ini mereka muncul di arah yang membuat kami terkepung, kanan dan kiri adalah gedung, otomatis kami berdua terjebak.

Disaat mengalahkan mereka pun, kemampuan mereka tidak bisa di remehkan pergerakan yang cepat dengan sebuah serangan berduri yang muncul dari tanah dengan cepat, serangan tangannya yang memegang sebuah tengkorak yang tajam di seluruh tangannya sangatlah cepat dan begitu lincah, aku sendiri cukup kewalahan, tapi berhasil membunuh nya jika jumlah nya bertambah banyak, ya ini bisa saja bahaya.

Lagi lagi kematian, mencari ku atau aku yang mencari kematian. Yang awalnya tersisa dua muncul lagi dua ekor ditambah lagi dengan dua ekor yang muncul di atap gedung kota, dan mereka merayap dari atap ke dinding lalu mendarat di jalanan kota, " sepertinya kita tidak akan selalu sendirian, baiklah...."

Asplekius mulai mengeluarkan mantra sihir, dan munculah sekumpulan undead tengkorak dan juga monster yang mirip dengan para kegelapan itu, " monster kelabang ini, memanglah ada tapi tidak semengerikan ini, " ujarnya, dan monster yang ia panggil mu menyerang dua monster kelabang di belakang kami berdua, Asplekius mengambil moment itu dengan menjebak dua monster kelabang di sisi kanan dan kiri.

Ia menjebak dengan sihir beracunnya, mengeluarkan sebuah cairan dari arah bawah monster itu, lama kelamaan cairan itu membentuk bola dan menjebak para monster itu disitu, sementara aku berusaha mengalahkan dua monster kelabang sendirian, dan , ya, satu monster terkalahkan sisa satu.

Dua monster yang terperangkap itu pun, di serang oleh duri duri yang muncul dari dinding cairan beracun itu, selain membuat para Monster itu lemah fisik dan kemampuan mereka pun melemah disaat di tusuk oleh cairan beracun itu, dan selain itu juga akibat jurus itu jalanan di bawah kedua monster itu berlubang.

Dan Asplekius mengambil kesempatan untuk membunuh dua monster kelabang itu disaat mereka pusing dan lemas akibat serangan yang dilancarkan oleh Asplekius, dia mengumpulkan energi sihir beracun di dalam dirinya dan membuat sebuah bola, dia menggenggam bola beracun itu hingga bola itu pecah dan para monster itu mati dengan meledak akibat sihir tersebut.

Setelah dua monster dari arah kanan dan kiri telah musnah, monster di sisi ku juga sudah mati begitu juga monster yang di kalahkan oleh monster yang di keluarkan oleh Asplekius, " akhirnya, para monster itu sudah musnah, " ucap Asplekius

" Mengapa kamu memiliki monster yang sama dengan yang kita lawan tadi? " Aku pun bertanya mengenai monster undead yang ia panggil

" Aku dulu sempat membunuh satu monster kelabang, dan mengambil tubuh monster yang sudah monster menjadi wadah dan kugunakan itu sebagai undead untuk bertarung, " jawabnya, jadi dahulu kala pernah ada monster dan jika ku ingat ingat kembali, wujud monster kelabang yang Asplekius panggil dengan versi kegelapan, jauh berbeda

[Bersambung]