Angin yang berhembus, hawa yang gelap dan mencekam masih menemani perjalanan kami berdua, kota besar ini sedari tadi masih di kelilingi oleh kabut yang begitu tebal seperti ada sesuatu yang menguasai dan menjaga daerah ini.
Tak lama kemudian, kami berdua pun terpaksa menghentikan perjalanan kami karena ada begitu banyak kegelapan yang tiba tiba saja muncul di hadapan kami berdua, aku dan Asplekius perlahan mulai turun dari kuda.
" Mereka tampak...tidak mendengar kita, " kata Asplekius, ia mulai berjalan dengan pelan pelan kearah para kegelapan hingga jarak Asplekius dengan kegelapan sangat begitu dekat—mereka masih diam— tidak bergerak sama sekali.
Suara rantai pun mulai terdengar " kncring kring cring! ", Seraya membuat suasana menjadi lebih mencekam, dan secara tiba tiba mahluk kegelapan itu bergerak semua dan menengok tepat kearah kita berdua. Wujud dari para kegelapan kali ini berbeda dari sebelumnya, mereka berwujud seperti seseorang yang mengenakan baju berduri dengan helmet besi, mereka tampak membawa pedang dan juga tombak lalu ada juga yang membawa gada, tubuh mereka seperti menggunakan armor namun dilapisi oleh sebuah duri duri, helmet yang mereka gunakan pun cukup abstrak dan aneh, selebihnya celana dan bagian kaki mereka berbentuk selayaknya para prajurit pada umumnya.
" Sial!! " Asplekius bergerak mundur dan langsung menyerang menggunakan sihir racunnya
" Aku akan mulai memperlambat dan memperlemah kekuatan mereka, cepat serang dan habisi mereka semua, " perintah Asplekius kepada ku, aku yang mendengar itu langsung mengaliri pedang ku dengan sihir incantation darah untuk menambah kekuatan tebasan.
Satu , dan dua musuh berhasil ku habisi, para kegelapan yang ada disini sangat begitu banyak sekali hingga tak terhitung jumlahnya, tiga, empat, lima, enam hingga 12 musuh ku kalahkan dan habisi tapi tetap saja masih banyak monster yang tersisa, mereka semua tidak ada habisnya.
Asplekius mengeluarkan jurus sihir ledakan beracunnya dan serangan itu mengenai seluruh kegelapan yang ada disini membuat tubuh mereka terluka lalu bagian armor mereka meleleh akibat terkena serangan itu.
" Mereka semua melemah, habisi dengan kekuatan darah mu! " Ia memerintah ku untuk menggunakan incantation darah, dan ya aku mengikuti perintahnya.
Aku pun mulai berlari kencang kearah kumpulan para kegelapan itu, lalu menebas satu persatu seluruh kegelapan yang ada di sana, tapi serangan yang kuberikan tidak akan memberikan damage atau kerusakan apapun sama sekali, setelah darah yang berada di pedang ku sudah terisi dengan banyak dengan darah mereka, disinilah aku .....mulai berdiam diri.
Kekuatan apa yang akan ku gunakan? Seperti apa bentuknya? Bagaimana penerapannya? Apa dampaknya? Lalu apakah aku ingat bagaimana menggunakan incantation satu ini?, Ya , ya aku ingat karena ini adalah kemampuan ku maka aku bisa mengingat nya, hanya saja ada beberapa kemampuan yang sudah ku lupakan, lenyap dan hilang, sama seperti ingatan tentang kehidupan ku di masa lalu dan juga hubungan ku dengan dunia ini dan Theresa.
Aku pun mulai melakukan incantation, pedang Claymore yang ku pegang pun ku ubah posisi nya menjadi sedikit tegak kearah atas dengan bagian bilah yang datar, aku mengelus pedang ku dari bawah keatas dan mengganti posisi hunus pedang ku menjadi bagian yang tajam dengan lurus dan tidak datar, aku kembali menggosok pedang ku dari atas kebawah, sebaliknya dari yang sebelumnya.
" Energi sudah terkumpulkan dan di ubah. " Aku pun memegang pedang ku dengan kedua tangan ku, dengan begitu erat aku menghunuskan pedang ku tepat di hadapan ku dengan mata ku yang fokus pada satu tumpuan, yaitu tebasan horizontal alias ke samping dan vertikal dari atas ke bawah.
Aku pun menebaslan pedang ku dengan sekuat tenaga, sebuah gelombang darah pun tercipta dari ayunan tersebut, tebasan horizontal pun selesai dan yang terakhir adalah—tebasan vertikal—dan ini akan menjadi penutup pertarungan kali ini.
Tidak ada perlawanan sama sekali.
Sebuah ayunan yang begitu kuat dan cepat pun ku lancarkan, tebasan vertikal yang begitu kuat dan berbahaya membuat gelombang energi sihir darah yang keluar dari tebasan pedang, membuat sebuah garis yang memisahkan area tengah dari para kegelapan hingga akhirnya terpisah menjadi sisi kanan dan kiri, akibat dampak serangan tebasan itu, setelah serangan tebasan yang begitu kuat, para gerombolan kegelapan itu akhirnya sirna dan tiada.
" Akhirnya selesai. "
Asplekius datang menghampiri ku dari arah belakang, ia menepuk pundak ku dan tertawa kecil, " lagi lagi kamu menunjukkan keahlian mu yang sangat begitu menakjubkan, tak kusangka kamu memiliki keahlian dalam incantation darah yang begitu hebat, " serunya
" ...., Suara rantai itu sepertinya penyebab wabah kegelapan yang melanda kota ini. " Aku melihat area sekitar kota, di kiri dan kanan begitu banyak sekali asap gelap yang mengelilingi kota ini
" Dan, seperti nya kita dekat dengan posisi dari sang penyebar virus ini. " Ia menimpali perkataan ku lalu berputar dan berjalan kembali ke arah kuda
"....."
Aku hanya terdiam mendengar perkataannya bila itu benar, maka sepertinya kita akan bertemu dengan seorang musuh yang bisa kita kenali, mendengar dari suara rantai. ya, pasti ini ada hubungannya dengan serigala yang kami lawan tadi.
Perjalanan kami pun berlanjut, arah garis cahaya membawa kami melewati jalan bekas pertarungan kami tadi, tak selang beberapa lama akhirnya kami pun sampai di portal kegelapan itu, bentuk dari portal itu ialah gerbang menuju area keluar dari kota besar ini, dan terdapat lobang yang cukup besar, dan sepertinya ada sebuah monster yang pernah di rantai disini.
" ...jadi kita di bawa kembali keluar, ? " Tanya Asplekius dengan nada bicara yang kebingungan
" Sepertinya Theresa bisa menjawab ini, setelah kit— "
Sebelum aku selesai mengucapkan perkataan ku, sesuatu kembali jatuh dari atas, dengan begitu kencang dan keras. Asap pun muncul, menghalangi penglihatan kami berdua hingga tak selang berapa lama asap itu hilang dan seekor serigala besar dengan mata berwarna merah, serigala itu menggigit sebuah pedang di mulutnya, kakinya terdapat bekas rantai yang terputus lalu tubuhnya berwarna abu abu hitam, ya, ini berbeda dari sebelumnya.
" Tunggu, kenapa dia masih hidup?!. " Asplekius terkaget melihat sang serigala raksasa kembali muncul dihadapan kami berdua
" Sepertinya ini adalah varian yang berbeda, " ujar ku seraya aku mengambil lonceng pemanggil roh serigala
" Jikalau begitu, sepertinya serigala yang tadi kita lawan bukanlah serigala legenda yang terkenal itu. "
Serigala itu, masih terdiam memperhatikan kami berdua dengan mata nya yang tajam, serigala besar itu secara tiba tiba bergerak maju kearah kami berdua dengan begitu cepat. aku dan Asplekius masih bisa menghindari serangannya, tapi serangan itu mengenai kuda putih yang kumiliki, dengan cepat ku bersiul untuk membuat dia pulang agar tidak terluka oleh serigala itu.
" Ia menyerang dengan gerakan serangan cepat, apakah kuda mu baik baik saja? "
" Tentu saja. " Aku pun menggoyangkan lonceng yang kubawa dan 5 roh serigala pun muncul.
Tanpa ba-bi-bu para roh serigala itu langsung menyerang serigala besar itu, aku pun mengeluarkan pedang Claymore ku dan mulai membantu roh serigala yang ku panggil, Asplekius di belakang membantu mengurangi kekuatan dari serangannya, memberi efek lambat, dan juga racun kedalam tubuh serigala itu, debuff adalah kemampuan utama dari Asplekius.
Tebasan ku pun berhasil mengenai kakinya, tapi sayang sekali lukanya cepat meregenerasi, serangan yang di lancarkan oleh roh serigala yang kumiliki pun mungkin terasa menggelikan bagi serigala itu, serigala raksasa itu melawan balik dengan mencakar dan menebas kan pedangnya dengan begitu liar.
Tentu aku menghindari serangan itu, tapi 1 roh serigala yang ku panggil terkena tebasan dan terlempar ke arah gedung hingga temboknya retak dan berbekas, begitu juga dengan tebasan yang ia lakukan yaitu tebasan atas, serigala itu membuat jalanan rusak dan retak.
Roh serigala yang kumiliki hanya tersisa 4 saja, dengan begini kemampuan incantation darah ku bisa saja sangat begitu berguna, disaat saat momen seperti ini.
[Bersambung]