Chereads / MAFIA LINEAGE RELATIOSHIP / Chapter 9 - Chapter 9 MLR

Chapter 9 - Chapter 9 MLR

Setelah menghabiskan satu hari di luar rumah dengan melihat pegawai di kebun anggurnya dan bersantai di cafe biasa dia berkunjung. Dia memutuskan untuk pulang saat matahari akan terbenam dengan tubuh yang terasa letih, ingin segera merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya dan meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dengan berendam air hangat.

Dia memarkirkan mobilnya dengan rapi. Para bodyguard keluarga Demir segera menghampiri mobil Zeynep dan membukakan pintu untuknya. Dengan sangat sopan mempersilahkan Zeynep keluar dari mobil.

Dengan langkah anggun, dua masuk ke rumahnya yang disambut oleh suasana yang sunyi. Entah ada di mana semua penghuni rumah ini. Hanya ada pelayan dan bodyguard yang melalu-lalang di sekitar rumah besar itu.

"Rasanya ini seperti rumahku sendiri, suasana yang sangat sepi," gumam Zeynep yang kembali melangkahkan kakinya menuju lantai dua, di mana kamarnya berada.

Zeynep yakin sekali jika anak dan ayah pemilik rumah ini tengah sibuk dengan pekerjaannya.

Dia membuka pintu kamarnya yang langsung disambut oleh suasana sepi dan sejuk dari AC yang menyala.

Kemudian melihat ke sekitar dan mendapati Yusuf tengah duduk menghadap laptop. Entah apa yang sedang pria itu lakukan saat ini. Dengan acuh, Zeynep memilih melangkah lebih dalam dan menutup pintu. Dia menaruh tas nya di atas meja rias dan mengambil piyama siap untuk mandi.

"Kau dari mana saja?" Zeynep menoleh mendengar suara itu terdengar berat dan sedikit retak itu, dia tidak salah dengar jika Yusuf saat ini tengah bertanya padanya.

"Apa pedulimu?" jawab Zeynep acuh.

"Aku suamimu," balas Yusuf yang membuat Zeynep mendidih pelan mendengarnya. Dia yang tidak ingin terlibat lebih lama dengan pria yang baginya menyebalkan dan pengganggu itu segera masuk ke kamar mandi. Dia mulai berendam di dalam sana membuat rasa relax di sekujur tubuhnya.

Setelah hampir 30 menit dia berada di dalam sana, akhirnya Zeynep keluar dan mendapati Yusuf yang masih ada di dalam kamarnya. Hanya saja saat ini pria itu tengah duduk di kasur bersandar pada punggung kasur.

"Cepat keringkan rambut mu, kita makan malam bersama," ucap Yusuf saat melihat Zeynep keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah. Semerbak wangi dari sampo yang dikenakan Zeynep membuat Yusuf diam-diam menikmati wangi rambut istrinya itu.

Tanpa dia sadari, dia mulai merasa nyaman dengan gadis cerewet dan menyebalkan yang akhir-akhir ini ada di kehidupannya. Namun, sayang nya dia tidak akan pernah mengakui semua itu.

"Cerewet! Pergi saja sendiri ke bawah untuk makan dengan ayahmu!" balas Zeynep memilih acuh kepada Yusuf membuat pria yang diam-diam memperhatikannya itu menghela napas.

"Kau tidak ingin aku jatuh di tangga bukan? Kemudian kau akan kembali repot harus mengurusku?" ucap Yusuf mencari alasan yang sama seperti tadi pagi agar dapat bersama dengan Zeynep.

"Dasar bodoh! Kau punya banyak pelayan dan bodyguard, untuk apa mereka hah?" gerutu Zeynep yang merasa sedikit tidak nyaman. Lagi pula yang dia katakan itu benar. Untuk apa mereka bekerja di keluarga Demir kakak tidak dapat membantu tuannya?

"Kau dan mereka berbeda, kamu adalah istriku," balas Yusuf membuat Zeynep memutar bola mata malas. Dia kini diam dan tidak ingin berbicara lebih banyak lagi pada pria yang menyusahkan itu baginya.

Dia tetap fokus mengeringkan rambut panjangnya tanpa sadar pria yang sudah dan sebagai suaminya itu tengah memperhatikannya.

"Oke, ayo turun!" ucap Zeynep sambil memberikan tongkat kepada Yusuf.

Tentu saja membuat pria yang sedari tadi setia memperhatikannya di depan meja rias itu tersenyum kecil, bahkan saking kecilnya hampir tidak terlihat.

"Kenapa diam hah? Ini ambil! Ayo!" seru Zeynep yang mulai kesal lagi.

Yusuf mengambil alih tongkat miliknya dan berjalan beriringan dengan Zeynep menuruni anak tangga hingga tiba di lantai utama. Mereka masuk ke ruang makan yang langsung disambut oleh kepala keluarga yang tengah makan sendirian di sana.

"Malam Ayah," sapa Yusuf sambil duduk di depan kursi ayahnya yang kemudian diikuti oleh Zeynep yang ikut duduk di samping Yusuf. Malam ini semuanya terlihat normal, mereka makan bersama layaknya keluarga kecil yang utuh dan tenang.

Tidak ada perbincangan di antara mereka, karena semua orang di meja makan memilih untuk diam dan fokus makan saja.

"Malam ini Ayah tidak ada di rumah, kalian tidur saja," ucap Demir dengan tenang sambil meninggalkan meja makan setelah menghabiskan makanan ya.

Zeynep mendelik mendengar kalimatnya barusan, pikiran jeleknya tentang pekerjaan seorang gamis terlintas di pikirannya, membuatnya mencibir dalam hati.

Setelah selesai makan malam, Zeynep pun kembali membantu Yusuf untuk menuju tangga hingga mereka berdua masuk ke kamar mereka. Di sana Yusuf membaringkan tubuhnya terlebih dahulu di atas kasur, lain dengan Zeynep yang pergi ke kamar mandi kemudian mengganti pakaian nya dengan baju tidur.

Tiba-tiba hujan deras di luar sana terdengar. Iya, hutan itu seketika menjadi deras.

Kemudian di susul oleh kilatan petir yang menyambar dengan gemas selama tengah mencari mangsa, kemudian di susul suara geledek yang menggelegar memejamkan telinga membuat Zeynep menjerit, takut dan terkejut dalam satu waktu.

Bahkan dia berlari keluar dari kamar mandi, langsung menubruk tubuh Yusuf yang tengah rebah di atas kasur itu ikut terkejut oleh ulah Zeynep.

"Hey ada apa?" tanya Yusuf kebingungan.

"Tetap di sini, Aku takut!" lirih Zeynep mengerahkan pelukannya kepada Yusuf.

Dia tidak peduli jika selama ini dia menghindari Yusuf dan membencinya, tapi dalam soal malam yang mengerikan ini tentu saja dia memilih mencari perlindungan.

Diam-diam Yusuf menarik sudut bibirnya, dia tersenyum. Rasanya dia senang dengan semua ini. Ini adalah kali pertama Zeynep memeluknya, dan dia membiarkan gadis itu memeluk erat tubuhnya hingga kaki kanannya yang patah itu sedikit nyeri, namun dia tetap menahannya untuk Zeynep.

Sedikit aneh memang, karena hanya pada Zeynep Yusuf merasa takluk.

"Aku ada di sini, semuanya akan baik-baik saja," ucap Yusuf dengan suara lirih yang tetap bisa terdengar oleh Zeynep meski hujan deras dengan gemuruh geledek itu terus sahut menyahut memalukan telinganya.

Dia sendiri merasa nyaman berada di pelukan Yusuf, hingga tanpa dia sadari dia tertidur dalam pelukan Yusuf, dalam hangatnya dada bidang Yusuf juga dalam satu selimut yang mereka kenakan.

"Hujannya sudah reda, Aku tidak perlu takut lagi sekarang," ucap Yusuf pelan. Namun, tidak ada pergerakan apa pun dari gadis dalam pelukannya itu. Dia tersenyum kecil melihat Zeynep yang rupanya sudah terlelap. Napasnya terlihat beraturan.

"Ternyata dia sudah tidur," gumam Yusuf bersiap menyusul Zeynep ke alam mimpi. Setelah puas menatap wajah wanita yang menjadi istrinya itu.