Semalaman hujan turun angin malam menambah kedinginan di area rumah mereka. Sampa mereka akhirnya tertidur pulas sekarang.
Tampak Zeynep sebelum terlelap terus membolak-balik balik tubuhnya karena ia sensitif dingin dan membuatnya tidak bisa tidur.
Pagi itu Zeynep bangun lebih dulu, dia membuka tirai jendela. Hari ini terasa lebih berbeda dari hari sebelumnya. Dia merasa sangat bahagia, sesekali dia tersenyum dan melirik pria yang masih tidur dengan nyenyak di kasur empuknya.
Disebelah pelan, mengucak matanya, merasakan sinar matahari yang menerangi kamarnya saat ini. Dia Yusuf, membuka matanya dengan perlahan, melihat Zeynep yang sudah rapi, dan tengah berdandan di depan meja rasanya.
"Sepertinya kau sangat lelah," ucap Zeynep sambil terus memoles wajahnya.
"Rasanya tubuhku sangat pegal," lirih Yusuf yang kemudian menyambar handuk dan masuk ke kamar mandi, dia mulai membersihkan tubuhnya di dalam sana.
Sedangkan Zeynep, dia masih sibuk mematung dirinya di depan cermin.
Setelah selesai merias diri, dia mendekati tempat tidur yang sedikit berantakan itu, merapihkannya kembali seperti semula.
Dia sekarang menyiapkan tas tangan yang akan dia bawa hari ini untuk melihat kebun anggur dan bersantai.
Yusuf yang bergelar kamar mandi itu terlihat sangat mempesona, ya dia sabgatbtenang, apalagi dengan rambutnya yang basah dan meneteskan air darinya. Zeynep memalingkan pandangannya agar tidak menatap pesona Yusuf.
"Aku sudah rapi rupanya. Tunggu aku untuk sarapan dj bawah," ucap Yusuf yang hanya dibalas anggukan oleh Zeynep.
Meski demikian Dia berjalan lebih dulu meninggalkan Yusuf.
"Zeynep!!!" Baru saja dia melangkah keluar dari pintu kamar, namanya terdengar dipanggil oleh Yusuf. Dia mendengar kesal karenanya dan berbalik dengan malas-malasan.
"Apa lagi?" tanya Zeynep menahan diri untuk tidak mengontrol.
"Bisakah kau pakaikan aku dasi. Aku hanya punya dua tangan, dan sekarang tanganku sedang mengerjakan hal lain!" Zeynep mendengar kesal mendengar perkataan Yusuf.
Tatapan sedikit kesal nya kini terlihat dan terpaksa ia mendekat ke arah pria itu.
Yang dia lihat saat ini Yusuf tengah membuka laptop nya, sedangkan kemejanya masih belum rapi dan dasi yang menggantung dilihatnya tanpa terikat.
"Baiklah sok sibuk."
Zeynep menyerah dan kembali melangkahkan kakinya nasionalismenya, dia mendekati Yusuf dan mencoba untuk mengikat dasi Yusuf yang sok sibuk itu.
Ya, kenyataannya demikian, karena memang Yusuf hanya mencari alasan saja agar tidak ditinggalkan lebih cepat oleh Zeynep.
"Kau ingin membunuh ku hah?" pekik Yusuf saat merasakan dari yang dipasangkan Zeynep itu terkulai kencang.
"Tidak. Apa terlalu kencang?" tanya Zeynep merasa bersalah.
"Ya," balas Yusuf singkat. Dengan sigap Zeynep langsung mengendurkan dasi Yusuf sehingga pria itu kembali bernapas dengan leha. Yusuf sekarang menutup laptopnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Sekali lagi ia berdiri dan melihat tubuh dan pakaian yang di kenakan nya. Sudah tampak rapih sekali.
Sekarang, mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga dan pergi ke ruang makan untuk makan pagi. Seperti biasa, di sana ada Demir yang sedang menyantap makanan paginya. Yusuf menyapa dengan sopan, tidak dengan Zeynep. Dia masih saja bersikap seperti biasanya.
Makan dengan tenang dan tidak sabar untuk meninggalkan rumah besar ini.
"Baiklah aku pergi dulu," ucap Zeynep setelah menghabiskan makanannya. Dia langsung pergi meninggalkan meja makan setelah mengucapkan itu. Seperti biasa, dengan rutin dia akan mengunjungi perkebunan anggur nya dan menyapa seluruh parameternya dengan ramah.
Dia sudah masuk ke mobilnya, dan menyalakan mesin tersebut. Setelahnya dia melakukan mobilnya keluar dari pekarangan luas milik keluarga Demir, membelah keramaian di jalanan raya yang selalu dipenuhi oleh kendaraan yang berlalu lalang itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup, dia akhirnya memarkirkan mobilnya dengan rapi.
Keluar dari mobilnya yang langsung disapa dengan ramah oleh orang-orang yang berlalu lalang di sana, yang tentunya mengenal Zeynep sebagai pemilik kebun tersebut.
Dengan langkah santai dia masuk ke perkebunan dan menyapa para pekerja di sana.
"Selamat pagi Nona Zeynep, pagi ini kau terlihat dua kali lipat lebih cantik," sapa seorang priabyang tak lain adalah bawahannya, sambil memuji kecantikan Zeynep.
"Kau bisa saja Paman, aku sama saja seperti sebelumnya," balas Zeynep sambil tersenyum manis kepadanya.
"Anda ingin dibuatkan jus, pagi ini cukup terik," lanjut pria itu menawarkan segelas jus.
"Tidak buruk juga. Buatkan aku satu gelas ya," pint Zeynep yang langsung dipatuhi itu.
Pria itu langsung menghilang dari hadapan Zeynep untuk membuatkan jus seperti biasanya. Tidak butuh waktu banyak, hanya 5 menit kemudian dia kembali dengan membawakan segelas jus untuk Zeynep.
Namun, tiba-tiba dia tersentak kaget oleh lengan kekar yang menarik lengannya yang hendak mengambil jus memilihnya. Dia mengasuh dengan suara pelan dan melihat siapa yang melakukan ini, ternyata adakah Yusuf. Entah apa yang dia lakukan di kebunnya itu.
"Lepaskan! Sakit!" rengek Zeynep merasa sakit pada pergelangan tangannya, karena Yusuf mendengarkannya sedikit kuat.
"Ikut aku!" Mau tak mau Zeynep menyeret kakinya mengikuti langkah Yusuf.
"Tidak perlu khawatir, semuanya baik-baik saja. Kembali bekerja semuanya!" teriak Zeynep yang melihat ada kekhawatiran di mata seluruh pegawai nya.
"Lepas! Apa mau mu?" teriak Zeynep dongkol dengan prilaku Yusuf yang mengganggu aktifitasnya itu.
"Kenapa kau sangat dekat dengannya hah? Kau memiliki hubungan dengan mereka?" hardisk Yusuf yang berhasil membuat Zeynep mengernyit, dia tidak paham dengan apa yang ingin dikatakan Yusuf sebenarnya.
"Aku dekat sebagai bos dan karyawan"balas Zeynep berusaha membela diri, ya lagi pula apa yang dia katakan itu benar apa adanya.
Dia memang sangat dekat dengan para pegawainya. Jadi, wajar saja bulanbkni seorang bos dekat dengan pegawai nya.
"Tidak, aku melarangnya untuk dekat dengan mereka!" Lagi-lagi Zeynep mengernyit mendengar itu. Ada apa dengan pria itu? Tidak biasanya dia bersikap seperti ini?
"Kenapa? Itu hak ku, jangan ganggu aku!" balas Zeynep yang mulai kesal.sekaligus bingung.
"Karena aku suamimu, dan Aku mencintaimu, Zeynep." Seketika mata Zeynep membuat sempurna, pendengarannya menajam seketika, dia tidak salah dengar bukan? Benarkan Yusuf menyatakan cinta padanya? Apakah artinya dia cemburu dengan kedekatan Zeynep dengan para pegawainya.
Ini seperti mimpi di siang bolong. Terdengar nyata namun sedikit tabu. Bagaimana bisa ia mengucapkan Jl seperti ini di saat seperti ini juga.
Semua persendian seolah rubuh. Dia tampak merasakan perbedaan di dalam perasaan nya, berbeda saat ketika ia bertemu dengan Yusuf sebelumnya.
Kata-kata yang tidak mungkin keluar dari mulut lelaki di depan nya itu kini terdengar jelas di telinga Zeynep bagai sambaran petir.
Apa yang harus di lakukan nya sekarang, akankah dia harus menjawab atau sekedar basa-basi. Namun untuk berbicara saja dia sangat enggan sekarang. Karena kebingungan yang nyata di raut wajah nya, sesuai dengan perasaan nya yang bergejolak.