Lu Zijia melihat ke arah langit di luar. Dia menyadari bahwa waktu sudah beranjak sore. Mungkin saat ini sudah sekitar pukul 5 sore.
Kruyuk~~ Kruyuk~~
Suara protes dari perutnya terdengar. Dia memang belum makan sejak semalam hingga siang ini.
Saat matanya menatap ke sekeliling kamar, Lu Zijia tidak menemukan apapun yang bisa dia makan. Sepertinya, Lu Zijia harus pergi dari kamar ini dengan perut keroncongan.
Setelah meninggalkan Hotel Keluarga Mu, Lu Zijia langsung pulang ke kediaman Lu dengan naik taksi.
Lu Zijia mengamati mobil yang sempit itu dengan penasaran. Kemudian diam-diam dia merasa takjub.
Meskipun kehidupan manusia itu singkat, tapi ilmu pengetahuan yang mereka punya tidak bisa diremehkan begitu saja. Bahkan, jika mereka tidak bisa terbang menggunakan pedang, mereka tetap bisa sampai ke tempat tujuan dalam waktu yang singkat. Betapa nyamannya!
Tentu saja, syaratnya harus mempunyai uang.
Memikirkan tentang uang, tanpa sadar Lu Zijia merogoh saku piyamanya. Kosong….
Setelah menyelami ingatan pemilik asli tubuh ini, dia menemukan bahwa pemilik asli tubuh ini memang orang yang miskin.
Karena ibu dan pemilik tubuh ini tidak diterima di keluarga Lu. Jadi, keluarga Lu tidak memberikan keduanya uang tunjangan.
Selama ini, ibu pemilik tubuh ini lah yang membiayai hidup dan sekolahnya menggunakan uang pribadinya.
Setelah menggunakannya selama bertahun-tahun, sekarang tabungan ibu dari pemilik tubuh ini sudah tidak tersisa banyak. Bahkan, sekarang, pemilik tubuh ini tidak memiliki 100 yuan pun.
Lu Zijia hanya bisa menghela napas saat mengetahui kemiripan antara dirinya dan pemilik tubuh ini. Lu Zijia dan pemilik tubuh ini sama-sama tidak disukai oleh keluarga mereka. Lu Zijia bahkan harus mulai dari nol untuk bisa menghidupi dirinya sendiri.
Tak disangka, di kehidupan barunya ini, dia masih harus menghidupi dirinya sendiri….
"Nona, sudah sampai."
Paman sopir menghentikan mobilnya di luar gerbang area perumahan mewah. Melihat Lu Zijia yang tampak linglung, akhirnya pria itu mengingatkannya.
Mata Lu Zijia melirik area perumahan mewah yang bahkan gerbangnya pun dihias dengan begitu megah.
Sesaat setelahnya, tatapan Lu Zijia langsung tertuju pada dua orang penjaga keamanan yang berada di luar gerbang.
"Tunggu sebentar." kata Lu Zijia pada Sang Sopir sebelum turun dari mobil dengan cepat.
Sebelum Sang Sopir bereaksi, dia sudah melihat Lu Zijia yang turun dari mobil dan pergi.
Sopir itu sudah akan mengejarnya. Akan tetapi ketika dia melihat dari kaca spion, Lu Zijia hanya berlari ke arah penjaga keamanan. Akhirnya, dia memilih untuk tidak turun.
Diam-diam Sang Sopir mencoba menghibur dirinya sendiri, 'Semua yang tinggal di area perumahan mewah ini adalah orang-orang kaya. Jadi, tidak mungkin bukan kalau gadis itu tidak bisa membayar ongkos taksi yang hanya puluhan yuan?'
Sang Sopir merasa jauh lebih nyaman setelah menghibur dirinya sendiri dengan cara seperti ini.
Di sisi lain, Lu Zijia berjalan mendekati kedua penjaga. Lu Zijia tersenyum ke arah dua penjaga yang sedang menatap aneh dirinya. Lalu, dia berkata, "Maaf, saya tinggal di sana dan lupa membawa uang. Apa kalian bisa meminjami saya 100 yuan?"
Kedua penjaga keamanan itu tercengang mendengarnya.
Setelah itu, salah seorang penjaga yang terlihat garang bereaksi lebih dulu. Dia mengeluarkan semua uangnya yang hanya berjumlah 200 yuan dari dalam sakunya. Lalu, menyerahkannya pada Lu Zijia.
"Nona Muda Kedua Lu, ini 200 yuan. Apa menurut Anda cukup?" Tampaknya penjaga keamanan yang memanggil Lu Zijia sebagai Nona Muda kedua ini cukup mengenalnya.
Melihat Lu Zijia yang kembali dengan memakai piyama, penjaga keamanan itu tidak berpikir panjang untuk memberinya tambahan 100 yuan agar bisa berganti pakaian sebelum pulang.
Penjaga keamanan ini sudah bekerja selama bertahun-tahun di sini. jadi, dia juga tahu tentang keadaan Lu Zijia di keluarga Lu.
Jika Lu Zijia kembali dengan memakai piyama, maka dia pasti akan mendapat masalah di rumah.
Lu Zijia menatap dalam penjaga keamanan yang terlihat garang tapi baik hati ini. Melihat kebaikannya, Lu Zijia pun tersenyum ramah dan berterima kasih. Akan tetapi, Lu Zijia hanya mengambil 100 yuan sebagai gantinya.
Lu Zijia berjalan kembali ke arah taksi dengan uang 100 yuan. Namun, uang kertas merah yang ada di tangannya tiba-tiba berubah menjadi jimat berbentuk segitiga.
"Paman, sebaiknya Paman lewat jalan utama saat kembali. Jangan memutar jalan. Keselamatan adalah yang terpenting."
Saat Lu Zijia menyerahkan uang itu pada Sang Sopir, tiba-tiba saja dia berkata begitu sehingga membuat Sang Sopir merasa kebingungan.
Tanpa menunggu Sang Sopir bicara, Lu Zijia menambahkan, "Sangat susah membuat jimat seperti ini. Paman, silahkan Paman buka saat sudah berada di rumah."
Sang Sopir melihat jimat 'banteng merah' yang ada di tangannya. Kemudian dia melihat Lu Zijia yang telah memasuki area perumahan. Dia tidak tahu harus tertawa atau menangis saat ini.