Chereads / My name 's Hero / Chapter 1 - Pengendara misterius.

My name 's Hero

Nadia_Abdat
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 19.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Pengendara misterius.

Menjelang siang di jalanan ibukota.

Tin ... tin ... tinnn

"Woi! Emang ini jalan punya Engkong, Lu! Dasar nggak ada etika!" Suara teriakan seorang pengendara motor yang marah terdengar nyaring di tengah keramaian lalu-lintas.

Sebuah mobil mewah keluaran Amerika berwarna hitam melaju dengan kencang di jalanan ibukota, yang tidak begitu padat pada jam-jam kantor.

Mobil Ford itu nyaris menyerempet beberapa pengendara sepeda motor lainnya. Teriakan penuh kesal serta makian dari para pemakai jalan tidak ada artinya, karena sang pengemudi mobil ugal-ugalan tersebut sama sekali tidak mendengar.

Suara musik yang berdentum, hingga memekakkan telinga, membuat orang-orang di dalam mobil ugal-ugalan itu menjadi tuli. Mereka tidak akan merasa bersalah atas kelakuannya yang mampu membuat pengguna jalan lain celaka.

Sementara itu sepasang mata hitam nan tajam memperhatikan dari balik helm. Tubuh gagah berbalut jaket denim berada diatas motor sport hitam, yang melaju dengan kecepatan sedang. Dia mengamati semua yang baru saja terjadi di depannya dengan saksama.

'Ada yang aneh dengan mobil itu. Gue bakal pastiin dulu'

Suara motor sport hitam itu menderu, membelah jalanan dengan cepat dan sangat lihai menyalip beberapa kendaraan yang ada di depannya.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi pengendara gagah itu untuk menemukan mobil ugal-ugalan tadi. Mobil yang membuat insting tajamnya mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan mobil berplat luar kota yang mengacau di jalanan ibu kota.

Pengendara misterius itu perlahan mendekati mobil hitam buruannya. Keningnya berkerut dengan, mata menyipit menatap ke arah bagasi mobil sedan tersebut.

'Bener nih, nggak salah lagi. Ada sesuatu yang tersembunyi di dalam bagasi. Gue harus lebih dekat. '

Motor sport itupun semakin memangkas jarak dengan mobil hitam di depannya. Tatapan mata si pengendara motor sport semakin tajam, sampai kemudian pupil mata hitamnya membesar tatkala melihat tutup bagasi mobil itu bergerak, meski samar dan hanya sebentar.

'Gue paling benci dengan yang namanya penasaran.' Si pengendara motor itu menatap pintu bagasi mobil dengan lekat, keningnya sedikit berkerut sambil berucap pelan. "Sorry, gue rusakin dikit mobil Lo. Gue harap sudah di asuransi."

Bersamaan dengan berhentinya ucapan, pintu bagasi mobil itupun tiba-tiba ringsek dan terbuka.

"Astaghfirullahaladzim," seru si pengendara motor dengan jantung yang berdegup kencang. " Itu cewek kenapa bisa tiduran di dalam situ? Diculik?" pemuda itu menatap lebih tajam. "Ini bener-bener penculikan!"

Pemuda itu menambah kecepatan motornya hingga berada tepat di belakang mobil hitam. Memanfaatkan area Blind spot, pemuda itu segera menyusun rencana untuk menyelamatkan si gadis dari penculikan.

"Tolong," ucap gadis yang ada di dalam bagasi tanpa bersuara ketika melihat motor sport si pemuda mendekat kearahnya. Mata bulat itu berkaca-kaca memandang pemuda yang wajahnya tertutup helm dengan penuh harap.

Tubuh berisi itu gemetar ketakutan dengan wajah pucat pasi. Sebelah tangannya terulur ke depan dan tangan satu lagi memegang tepi bagasi yang atapnya telah remuk (ulah si pemuda). Menjaga keseimbangan, agar tubuhnya tidak terjatuh, karena laju mobil yang kencang.

Pemuda itu menatap lekat gadis bergaun terusan berwarna biru, yang juga tengah memandanginya dengan berurai air mata.

Sewaktu mobil itu hendak berbelok ke arah kiri, seketika si pemuda pun menggelengkan sedikit kepalanya ke kiri. Gadis yang ada didalam bagasi mobil tiba-tiba melayang dengan cepat, lalu mendarat mulus di boncengan sang pemuda.

Si gadis bergaun biru itu sangat terkejut sampai tak mampu berbicara, saat tubuhnya melayang cepat. Beruntung sekali jalanan berkelok itu sepi dari kendaraan yang melintas, sehingga tidak ada saksi mata yang melihat aksi di luar nalar si pengendara motor.

"Pegangan!" teriak si pemuda tanpa menoleh. Pandangannya fokus ke jalan yang akan dilaluinya.

"Apa? Gue nggak denger?" si gadis membalas dengan berteriak juga.

"Ck." Spontan pemuda itu meraih satu tangan si gadis kemudian melingkarkannya ke pinggang.

Si gadis terkesiap, namun akhirnya dia mengulurkan sebuah tangannya yang bebas untuk memeluk pinggang si pemuda dengan erat, karena ngeri dengan posisinya saat ini yang duduk diatas motor sport berkecepatan diatas rata-rata.

Sementara itu di dalam mobil hitam, kedua lelaki berbadan gempal, mulai mencurigai ada yang tidak beres. "Rik, Lo cek belakang, pastiin itu cewek aman."

Lelaki yang dipanggil Rik oleh temannya yang sedang mengemudi, segera berpindah tempat ke kursi belakang dan sedetik kemudian terdengar umpatan dari bibirnya yang hitam. "Brenggseek!"

"Rik, kenapa ... woy?!" Anton yang fokus mengemudi lalu menoleh sebentar ke belakang, sebelum kembali menatap ke depan, mencoba untuk berkonsentrasi dengan jalan di hadapannya.

"Bagasi jebol! itu cewek diculik sama bikers!" teriak Riko sambil melompat kembali ke depan dengan wajah memerah karena marah dan kesal.

"What?! Gimana bisa ... o, shit!!" Anton seketika mengumpat ketika melihat seseorang bersama gadis yang baru saja di culiknya berada di atas motor sport berwarna hitam melalui kaca spion.

"Itu mereka, Ton. Brengsek! Cari mati rupanya. Kejar, Ton!"

Motor sport yang dikendarai pemuda misterius, menyalip mobil hitam itu dengan cepat, sehingga membuat kedua penculik naik pitam.

Mobil Ford itu mulai menambah kecepatan. Mengejar laju motor sport yang mampu menyalip dengan sangat lihai, diantara kendaraan-kendaraan yang ada di jalanan satu arah tersebut, layaknya seorang pembalap profesional.

Dua lelaki yang ada di dalam mobil, terus saja berteriak sambil mengumpat kasar. Hati keduanya semakin panas ketika tidak mampu mengimbangi kecepatan laju sepeda motor sport. Harga diri mereka sangat direndahkan.

Si pemuda yang telah menduga bahwa penculik itu akan mengejarnya, semakin menambah kecepatan dan dengan sengaja memilih jalan yang berkelok dengan sisi kanan-kiri jurang yang lumayan curam.

"Jangan cepat-cepat, gue takut," teriak si gadis sambil mengeratkan pelukannya.

'Ini cewek sadar nggak sih kalau nyawanya dalam bahaya? Jalan pelan, sama aja ketangkep. Mana kenceng banget meluknya sampe sesek napas gue.'

Dor ... dor ...dor

Suara tembakan beberapa kali dilepaskan oleh salah satu penculik melalui kaca jendela mobil yang terbuka.

Si pemuda yang merasakan pergerakan laju peluru, memastikannya lewat spion dan dalam sekali tatap, berondongan peluru itupun berjatuhan diatas jalanan beraspal.

"Siaalan! Nggak nembus, Ton. Gila, itu orang apa jin ya? Apa gue yang halu?"

"Lo yang nggak becus! Tembak ban motornya dan Lo nggak OD, ngerti! Fokus, Brengsek!"

Sekali lagi peluru itu dimuntahkan berulang kali dan berkali-kali pula amunisi itu berjatuhan.

'Aduh, gue ada kelas sebentar lagi nih, mana dosennya galak, ribet. Udah ah ... main-mainnya, gue capek!' Pemuda itu mengeluh dalam hati, kemudian menghentikan secara tiba-tiba laju motor. Kepala sangb gadis membentur keras helmnya.

"Sorry," ucap singkat si pemuda.

"Kenapa berhenti?" tanya si gadis keheranan. Wajahnya meringis sambil mengusap pelan jidatnya yang memerah.

"Gue capek," jawab si pemuda yang memutar kepalanya ke belakang, sembari mengibaskan tangan kanannya ke udara.

Melihat kibasan tangan penolongnya, membuat si gadis di hinggapi perasaan bersalah. "Maaf." Kepala gadis manis itu tertunduk les. "Gara-gara gue tangan Lu kesemutan. Pasti capek nge-gas ya tadi? Maaf ... nanti gue pijitin biar nggak capek lagi."

"Nggak usah," sahut si pemuda dengan cepat, sambil tertawa dalam hati. Sebuah senyuman terkulum dari balik pelindung kepalanya sehingga tak mampu terlihat oleh si gadis.

Pemuda itupun segera menyalakan kembali mesin motornya, namun belum sempat motor itu melaju, suara si gadis menghentikannya.

"Tunggu dulu. Mobil yang tadi nyulik gue ke mana?" si gadis menengok ke belakang, namun tidak ada mobil hitam yang tadi mengejar mereka.

Pandangannya beredar keseluruh tempat namun tak terlihat wujud mobil itu, justru mobil-mobil lain yang melaju melewati mereka.

Si pemuda mengangkat bahunya, tak peduli. Tiba-tiba ponsel yang ada di dalam saku jaket denimnya berbunyi.

"Assalamualaikum."

"Di jalan."

"Tunggu lima belas menit lagi."

Ponsel segera dimasukkan kembali ke saku jaket, kemudian si pemuda menyalakan mesin dan segera memacu motornya dengan kecepatan tinggi.

Si gadis yang hanya diam memperhatikan, kembali memeluk pinggang si pemuda dengan erat. Pelukan yang mampu membuat jantung pemuda tampan itu berdetak lebih kencang.

Sepuluh menit kemudian.

Motor sport hitam itu berhenti di sebuah pos polisi yang didalamnya terdapat dua Polantas yang sedang bertugas.

"Turun!" perintah si pemuda tanpa melihat kearah si gadis.

Gadis sintal itu sedikit kerepotan untuk turun dari motor sport. Gaun yang dikenakannya hampir menyentuh mata kaki, meskipun ada celana tiga perempat di baliknya sebagai pelapis.

Pemuda itu masuk ke dalam pos dengan helm yang masih menutupi kepala. Gadis manis itu mengikutinya dengan kaki sedikit gemetar. Wajahnya tidak lagi pucat.

si pemuda terlihat berbicara serius dengan kedua polisi yang berjaga. Iris hitamnya sesekali melihat kearah si gadis yang bersandar di luar pos penjagaan.

Tak lama berselang pemuda yang masih memakai helm itu keluar ruangan lalu menghampiri si gadis yang tampak kelelahan. "Lo aman sekarang. Nanti akan ada polisi yang datang buat ngurus semuanya."

"Lu mau ke mana?" tanya si gadis saat sang penolong berjalan melewatinya.

Pemuda itu pun berhenti. "Gue mau kuliah. Lo, duduk manis di dalam, sampai polisi yang akan mengantarmu datang." Si pemuda kembali berjalan. "Oya ... nama polisi itu, Ibrahim," sambungnya kemudian.

"Kalau Lu?" teriak si gadis namun tak mendapat jawaban dari si pemuda yang berjalan semakin menjauh dan menghilang.

'Gue belum sempat bilang terima kasih. Siapa pun elo, Lu adalah penolong gue, pahlawan gue. My Hero'

Di detik yang sama di sebuah kampus universitas negeri terkenal.

"Bengong aja, Lo. Ayo masuk, males gue punya urusan sama dosen gara-gara telat masuk."

"Busyet, dah. Ngagetin mulu. Lepasin dulu napa, itu helm. Habis dari mana sih Lo, sampai lupa lepas helm?"

"Tugas negara sambil senang-senang."

"Motor Lo kemans, Coy?"

"Ketinggalan. Entar juga balik sendiri."

"Sombong amat!"