Sesudah menikah dan tamu- tamu pulang, Ramon dan Casandra berniat untuk langsung masuk ke kamar. Namun,Surya menahan mereka. "Tunggu, mau ke mana kalian? Duduk di sana dulu!" Perintah Surya.
Ramon dan Casandra pun menuruti perintah Surya.
"Selama ini kau tidak bekerja bukan?" Kata Surya kepada Ramon.
"Iya betul papi, saya tidak bekerja." Ramon menjawab dengan gayanya yang tengil.
Frans menatap papinya yang mulai nampak kesal. Namun, Surya masih berusaha untuk menahan emosinya.
"Mulai besok, kau akan ikut kami bekerja di pabrik. Frans akan mengajarimu."
"Apa jabatan saya nanti di sana papi?"
"Kau akan mulai untuk menjadi pengawas gudang. Kebetulan,pengawas yang biasa mengundurkan diri karena beliau akan mulai membuka usaha. Jadi, kau bisa mulai bekerja menggantikan beliau. Selama seminggu, Frans yang akan mengawasi dan mengajari mu bekerja."
"Baik, terimakasih ,papi."
Surya tidak menjawab lagi, ia pun langsung beranjak dan meninggalkan mereka. Frans pun langsung beranjak pergi. Ia merasa malas berlama-lama dengan adik iparnya itu.
"Kita ke kamar aja yuk," ujar Casandra. Ramon pun mengangguk dan mengikuti langkah istrinya.
Sesampainya di kamar, Casandra mulai membuka kebaya nya. Ia merasa gerah dan ingin mandi. Ramon yang memperhatikan gerak gerik sang istri mau tak mau menelan saliva nya.
Lelaki mana yang kuat melihat tubuh yang putih mulus di hadapannya. Tanpa menunggu lama-lama, Ramon langsung menggendong Casandra dan membaringkan nya di atas ranjang.
"Aku mau mandi dulu," ujar Casandra.
"Nanti saja, sekarang kita bermain- main dulu," ujar Ramon.
Casandra hanya bisa pasrah. Dengan cepat, Ramon membuka sisa pakaian yang masih melekat di tubuh istrinya itu. Kedua bukit kembar milik Casandra nampak makin berisi karena kehamilannya. Dengan rakus, Ramon mulai menikmati kedua bukit kembar itu. Ia memilin dan meremasnya perlahan. Menghisapnya bergantian, lalu menggigit nya perlahan , membuat Casandra mendesah nikmat.
"Tubuhmu indah, Sandra," ucap Ramon sambil menelusuri setiap inci tubuh Casandra. Tangan kanan Ramon meremas bukit kembar Casandra, sementara tangan kiri nya mulai menelusuri bukit surga milik sang istri. Ia mengusap nya dengan lembut, terkadang memasukkan satu jarinya ke dalam bukit surga milik istrinya itu. Hal itu membuat Casandra makin mendesah nikmat. Matanya terpejam, sementara kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri merasakan kenikmatan. Sementara kedua tangan nya menjambak rambut Ramon menuntunnya untuk bermain lebih lama di kedua bukit kembarnya.
Dengan rakus, Ramon pun membenamkan kepalanya di dada Casandra menghisap kuat- kuat kedua bukit kenyal yang ada di hadapannya. Casandra pun kini mulai menjerit tertahan.
Tak sabar lagi, Ramon pun langsung mengeluarkan pedang tumpul miliknya yang sudah tegak berdiri. Ia pun langsung mengatur posisi tubuhnya, dan dengan penuh nafsu, ia langsung memasukkan pedangnya ke dalam sarung yang sudah menantinya.
Casandra menjerit kecil saat milik Ramon memasuki inti tubuhnya.
"Pelan- pelan, sayang," desah Casandra. Ramon pun mulai memacu. Tangannya tak lepas memainkan bukit kembar Casandra yang kini sudah bertambah membusung dengan ujungnya yang makin mengeras.
Ramon pun menggigit kecil puncak yang sudah mengeras itu dan ia pun makin cepat memacu.
Tak puas dengan gaya misionaris. Ramon pun membalikkan tubuh Casandra, lalu menusukkan pedang miliknya dari belakang. Casandra hanya mampu pasrah dan menikmati permainan Ramon. Merasa sudah hampir mencapai puncak, Ramon pun kembali membalikkan tubuh Casandra dan akhirnya ia menumpahkan lahar miliknya di rahim Casandra.
Casandra mengatur napasnya perlahan. Ia merasa seperti habis berlari jauh. Keringat nya bercucuran, padahal ac di kamar itu menyala dengan suhu 16 derajat celsius.
"Kau mau mandi?" Tanya Ramon. Casandra mengangguk. Ramon pun langsung menggendong kembali tubuh Casandra dan membawa nya ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mulai menggosok tubuh istrinya dengan sabun. Dan, ia pun kembali menikmati tubuh istrinya itu di bawah aliran air.
Casandra yang merasa sangat lelah. Langsung memakai gaun tidurnya dan merebahkan diri di atas ranjangnya. Ia merasa lelah setelah seharian menerima tamu- tamu dan setelah itu ia masih harus melayani suaminya di atas ranjang.
"Kau lelah, Sandra?" Tanya Ramon sambil membelai rambut istrinya.
Casandra tersenyum manis. "Aku lelah, tapi aku bahagia. Aku tidak menyangka, kita akhirnya bisa menikah. Padahal, kemarin papi begitu marah. Tapi, akhirnya hati papi luluh juga." Ujar Casandra.
"Besok aku mulai bekerja di perusahaan Papimu. Ya, aku harap semua berjalan dengan lancar. Apa aku bilang kan. Orang tuamu pasti akan luluh jika anak gadisnya sudah hamil. Coba, kalau waktu itu kita nggak melakukannya, pasti sekarang kita belum menjadi suami istri." Kata Ramon penuh kemenangan.
Casandra menghela napas panjang. "Apakah kamu betul- betul mencintai aku?" Tanya Casandra.
"Kalau aku tidak mencintaimu, saat ini aku tidak akan ada di sini bersamamu." Jawab Ramon sambil mengelus- elus perut Casandra.
"Belum keliatan ya? Perutmu masih kecil dan rata." Kata Ramon. Casandra terkikik geli. "Kandungan ku ini baru masuk 6 minggu. Belum keliatan lah sayang. Anakmu masih kecil sekali di dalam sini." Kata Casandra sambil menunjuk perutnya.
"Ah, ya kamu ada periksa usg kan tempo hari?"
"Iya, waktu kak Frans curiga karena aku sering muntah- muntah dan pusing. Jadi, dia lapor mami. Ya terus mami langsung bawa aku ke dokter langganan mami."
"Maafin aku waktu itu ya. Aku yakin kamu pasti sakit hati dengan ucapanku." Kata Ramon.
Casandra kembali menghela napas. Ia mengelus wajah suaminya perlahan.
"Jujur , waktu itu aku sakit hati sekali. Aku pikir, kamu hanya mempermainkan perasaanku saja." Kata Casandra.
"Aku sebenarnya sakit hati sekali,atas penghinaan papi dan mami mu waktu itu. Ya, memang aku sadar kalau aku salah. Tapi, aku juga nggak tau harus ngelakuin apa lagi selain dengan cara menghamili kamu."
"A- aku pikir dulu kamu hanya ingin menghisap sari maduku saja. Setelah puas, kamu akan mencampakkan diriku. Aku takut sekali. Aku tidak mau melahirkan tanpa suami. Aku juga tidak ingin jika anak ini lahir tanpa ayah. Tidak akan ada lelaki yang mau menikahiku dengan status yang tidak jelas seperti ku. Gadis, tapi hamil. Janda tapi belum pernah menikah." Ujar Casandra.
Ramon membelai rambut Casandra, lalu mengecup dahi Casandra dengan lembut. "Yang penting, sekarang aku kan sudah jadi suamimu. Kita akan bahagia, Sandra." Kata Ramon.
"Kau janji akan selalu membahagiakan aku kan?"
"Aku janji akan membahagiakanmu, sayang." Kata Ramon dengan yakin.
Malam itu mereka mengenyam indahnya malam pertama mereka sebagai suami istri. Tanpa mereka tau, tragedi apa yang akan terjadi di kemudian hari. Tanpa mereka tau, bahwa kelak akan ada pertumpahan darah karena cinta mereka.
Bersambung