"Yukiko adalah korban terakhir dari artis-artisku. Percayalah padaku, Zan Da!" ucap Takeru santai, ia menyandarkan tubuhnya pada kursi putarnya.
Zan Da yang masih terlihat cemas seperti sebelumnya, mengeluarkan suaranya, "Maksudnya?"
Takeru memperlihatkan seringaian andalannya. "Rounin" katanya lagi.
Zan Da masih belum paham sama sekali.
"Rounin?"
"Hm. Rounin. Samurai tak bertuan. Himura Kenshin"
Bukannya mengerti, Zan Da semakin pening.
***
Akiyama Kenichi, begitu namanya. Dia mengajak Kenkyo jalan-jalan. Remaja putri itu terlihat sangat senang. Ia menikmati perjalanannya. Mulai dari pusat perbelanjaan, taman bermain, dan lainnya
"Kenichi nii-san," Kenkyo memeluk boneka yang dibelikan Kenichi
"Hm?"
"Kenkyo mau es krim." Ujarnya manja
Kenichi mengusap kepala Kenkyo.
"Ayo nii-san belikan.
***
Rae-ah mengajak detektif Jepang makan bersama di kantin. Mereka tampak begitu akrab, hal itu membuat Tae-gyeon cemburu setengah mati.
Lihat saja sekarang, Rae-ah tengah bercanda ria di depannya.
'Apa kepalanya terbentur, dan mengalami amnesia? Apa dia lupa sudah memiliki aku?' Batin inspektur yang kini sudah turun jabatan menjadi detektif.
"Shinsuke-kun?"
Eh, apa-apaan panggilan itu?! Membuat Tae-gyeon semakin panas saja.
Tak jauh dari meja ketiga orang itu, Seong-chan bersuit-suit jahil menyikut Tae-gu. Membuat Tae-gu melotot ke arahnya.
"Hehehe. Maaf, terlalu semangat melihat senior Lee cemburu. Hihihi"
Tak ada respon berarti dari rekannya itu kecuali seringaian mautnya nan sexy.
"Bodoh" bisiknya pelan sekali.
***
"Jadi, dia sudah datang? Lakukan sesutu untuk melumpuhkan detektif Takahashi." Perintah seorang laki-laki bermasker pada anak buahnya.
"Laksanakan, Fumiyama-sama."
Siapakah mereka?
Apa hubungan mereka dengan seorang Takahashi Shinsuke?
***
Tae-gyeon baru saja akan tertidur ketika ponselnya berdering. Dengan malas, dia menjawab si penelepon.
"Kau tak punya jam ya? Sudah pukul berapa ini? Kenapa menelepon orang malam-malam begini? Mengganggu saja!" cercanya pada sang penelepon tanpa melihat nama yang tertera di layar ponselnya. 'Mood'nya tidak baik malam ini.
"Jadi aku mengganggumu, oppa?" jawab sang penelepon.
Tae-gyeon kelabakan. Rupanya kekasih sexy-nya yang menghubungi.
"Ah kau rupanya, kupik-"
"Sudahlah jangan banyak berpikir." Potong Rae-ah cepat. "Bukakan saja pintu apartemenmu untukku!" lanjutnya.
Tae-gyeon menggerutu dalam hati. 'Lihat! Selalu saja memerintah!'
Dengan langkah malas, dia menghampiri pintu apartemennya. Kemudian membukanya dengan mata yang hampir tertutup separuh.
Tae-gyeon benar-benar mengantuk.
"Sepertinya kau sangat lelah, oppa. Perlu ginseng kebanggan Korea?" bisik Rae-ah setengah menggoda.
Mata Tae-gyeon langsung terbuka sepenuhnya.
Bukan karena bisikan Rae-ah yang menggoda itu, tapi pakaian Rae-ah yang jauh lebih menggoda.
"He-hey, chagiya! Ap-apa-apaan kau? Ke-kenapa pa-pa-pa-pakaianmu be-begini?" Tae-gyeon kelabakan. Entah bagaimana dia mengekspresikan dirinya. Tapi raut wajahnya menggambarkan kekesalan, keterkejutan, dan gairah.
*Chagiya = sayang
Tentu saja! Dia laki-laki. Melihat wanita cantik yang sexy karena lingeri merah dan pewarna bibir yang tak kalah merah, belum lagi tubuhnya yang membuatnya susah untuk meneguk ludahnya sendiri.
Rae-ah berjalan masuk. Menutup pintu apartement kekasihnya. Kemudian melingkarkan kedua tangannya di leher sang kekasih.
"Tidak suka?" tanya wanita itu.