Rae-ah menatap Shinsuke yang terlihat keren di matanya dengan penuh binaran.
Detektif Lee tak mau kalah, mencoba menyambung analisis detektif kondang itu.
"Dan aku yakin sekali pembunuhnya perempuan. Di lihat dari pelaku menggunakan kuku untuk mencakar korban. Kita semua tau, kuku perempuan lebih 'wah' daripada 'wakizashi', benar kan Takahashi-san?"
Wakizashi adalah katana pendek yang di selipkan di baju samurai.
Shinsuke tersenyum penuh arti. Menyetujui analisa Lee Tae-gyeon dan tentang kuku-wakizashi.
"Sugoi, Lee-san." Puji Shinsuke.
Detektif Cha manggut-manggut agar tidak di 'siksa' seniornya lagi. Sementara Detektif Moo hanya diam mendengarkan. Dia bahkan menatap dingin detektif Jepang tersebut.
'Jadi, begitu ya?' Batin detektif Moo.
***
"Huaaa, Shinsuke-kun? Apa yang ada lakukan?!" teriak Rae-ah tertahan dengan muka benar-benar pucat ketika rekan se-teamnya menarik ujung tali dari jaket yang dikenakannya sehingga Rae-ah terpaksa mengikuti langkah Shinsuke menuju kamar Moo Tae-gu.
"Aku tidak mengerti penjelasanmu tentang letak kamar Moo-senpai," ucap Shinsuke sehingga Rae-ah hanya bisa pasrah ujung tali dari jaket yang dikenakannya ditarik-tarik Shinsuke. Mereka berjalan dalam pelan, melewati rantaian kaca besar yang mengantarkan cahaya bulan purnama.
Mereka berdua kemudian menaiki tangga begitu sampai gedung lama.
"Nah, kamar Detektif Moo tepat di dua kamar dari ujung tangga ini. Kamar Detektif Lee –" penjelasan Rae-ah terhenti ketika melihat di sebelah kamar Tae-gu. Pintu kamar itu terbuka sedikit dan lampu kamar di dalamnya berwarna biru sehingga menarik orang yang melihatnya untuk mendekati kamar tersebut.
Begitupun Shinsuke dan Rae-ah
Matanya terbelalak melihat itu, pemuda itu langsung berlari mendekati kamar dengan latar warna biru itu dengan dada berdegup kencang. Sial! Apa mungkin?
Tanpa mengindahkan teriakan berupa larangan dari Rae-ah pemuda itu dengan segera membuka pintu lebar-lebar dan terkesiap.
"Hei, ada ap –"
Rae-ah tak bisa melanjutkan ketika ekor matanya menangkap sesuatu yang membuatnya menoleh ke dalam kamar apartemen itu dan gadis itu langsung mundur ke belakang dengan kedua tangan berada di depan mulutnya, mencoba untuk tak berteriak karena ditengah-tengah ruangan yang penuh dengan bunga mawar, Rae-ah melihat wajah pucat seorang wanita berambut putih yang tengah terbaring dengan kedua tangan yang diletakkan di perutnya dan mata yang terpejam. Tampak damai juga kesakitan…
Karena di keningnya ada noda darah yang sudah mengering.