Chereads / Shousetsuka ni Mainichi ga Muzukashii / Chapter 17 - Masa Lalu Fitria Bagian 2

Chapter 17 - Masa Lalu Fitria Bagian 2

'Dia ... melangkah dengan cara yang salah ....'

'Apa mungkin aku terlalu membiarkannya, ya?'

'Atau mungkin sebenarnya dia sangat membutuhkan perhatianku ....'

****

....

Gadis yang berniat membuang naskah ceritanya ke sungai itu, malah ikut terjatuh dan kini lembaran-lembaran putih dengan berbalutkan tinta yang masih menempel di atasnya mulai memenuhi tubuhnya yang terjatuh dengan keras ke sungai.

Dia mulai terhanyut oleh derasnya air sungai dan perlahan jauh dari pandangan Fitria.

Tak peduli meski berapa kali pun pemuda yang panik di atas jembatan itu meneriakinya, setelah memastikan kalau sosok yang terapung itu benar-benar pacarnya, dia segera menuruni tangga dan berlari kencang mengejar tubuh sang pacar yang terbawa oleh air sungai, namun dia merasa tidak bisa menjangkaunya ....

dia merasa tidak bisa menjangkaunya karena arus sungai mengalir begitu deras ....

Pagi itu, ada beberapa orang yang tahu tentang kejadian ini, beberapa orang yang lewat juga menyadari teriakan Fitria yang tengah berlari dan berusaha mengejar gadis itu.

"...!!"

Dia sangat panik dan di dalam dirinya masih merasa bersalah karena dia tidak bisa jujur tapi, mau bagaimana dan dengan cara apa lagi supaya dia bisa menolong pacarnya yang terhanyut terbawa arus sungai yang besar itu?

Matanya juga berkaca-kaca saat dia melihat sang gadis terlentang di kejauhan dengan mulut berbusa.

'Jangan-jangan ... dia keracunan!?'

"...."

Fitria takut, orang yang menjadi kekasihnya selama beberapa tahun terakhir ini mati, dan meninggalkannya lebih dulu. Biarpun sang pacar itu orangnya jauh lebih sinis dan egois tapi, dia sangat perhatian pada Fitria. Terutama saat pertama kalinya Fitria itu sakit dan beberapa kali pun dia susah, sang pacar setia menemaninya.

Dia juga takut kehilangan sosok orang yang menerima dirinya apa adanya dan dia takut kisah cintanya berakhir cukup sampai di sini.

'Tidak!'

'Tidak!'

'Tidak!'

Fitria membuang pikiran buruknya, dia tidak ingin pikiran buruk itu menghantui dirinya sehingga menjerumuskan dirinya ke dalam rasa depresi. Dia mencoba tetap optimis bahwa pacarnya bisa diselamatkan.

Apa hanya karena ditolak oleh penerbit karena naskahnya yang begitu buruk, maka dia menjadi seputus asa itu? Ini adalah hal yang sangat konyol, bagi Fitria sendiri.

****

Perlahan beberapa orang mengerumuni jembatan tempat gadis itu terjatuh, dan tidak sedikit pula orang-orang yang melihatnya. Meskipun ada juga beberapa saksi mata di sana yang berupaya untuk memanggil polisi serta petugas medis. Namun, mereka tak kunjung datang.

....

Sudah beberapa menit berlalu, Fitria berlari cukup jauh hingga hampir menjangkaunya. Namun, dia sangat lelah dan napasnya begitu memburu.

'Tinggal sedikit lagi!'

'Tinggal sedikit lagi!'

Tapi, langkah kakinya mulai pelan karena dia merasa begitu lelah tapi, dia masih mempertahankan langkahnya untuk berlari.

Setidaknya dia harus bisa menjadi orang pertama yang bisa menyelamatkannya!

....

Tak lama kemudian, suara sirine ambulans dengan nyaringnya datang menghampiri TKP, perlahan tim medis yang bertugas juga melakukan penyelamatan seperti menyediakan pelampung dan segera memberi sang korban penanganan.

Sebagian besar orang berpikir mungkin tim medis hanya bisa mengobati orang sakit dan orang yang terluka saja dengan melakukan metode pertologan pertama pada kecelakaan tapi, sebenarnya beberapa dari mereka juga bisa melakukan hal lain seperti berenang karena itu juga termasuk menyelamatkan seseorang meskipun terhanyut di sungai.

"...!"

Setidaknya jika dia belum bisa menyelamatkannya, belum bisa menjangkaunya, dia berharap petugas medis yang datang kali ini bisa menyelamatkan pacarnya.

Sayang sekali, semakin lama tenaga Fitria semakin lemah, dia hampir tidak sanggup lari melanjutkan langkahnya untuk berlari. Tubuhnya kaku, dan matanya sempat berkunang-kunang.

'Sial, padahal tinggal sedikit lagi! Dasar tubuh manja ...!!' bualnya dalam hati

Dia yang telah menjulurkan tangannya hampir saja bisa meraihnya namun ....

Fitria yang merasa sangat lelah itu perlahan menutup matanya lebih duu karena kelelahan.

Dia sudah tidak kuat lagi, dan akhirnya ….

Fitria pingsan!!

Meskipun begitu, jari telunjuk mereka berdua sempat bersentuhan tapi, apa daya Fitria sudah mencapai batasnya.

"...."

Tak berselang lama ..., petugas medis yang siap siaga datang menyelamatkan kedua orang ini. Mereka telah menyiapkan semacam pelampung dan salah satu dari mereka mencoba berenang menyelamatkan pacarnya Fitria.

Keduanya berhasil diselamatkan dan keduanya pun dibawa ke rumah sakit terdekat.

****

Fitria masih tak sadar, dan dia pingsan cukup lama. Seraya dia membuka matanya karena kepalanya terasa begitu pening, "Uuugh~"

Langit-langit yang tampak tidak begitu asing "...."

*Tentu saja dia langsung tahu kalau sekarang berada di rumah sakit karena dirinya sebelumnya pernah diopname untuk waktu yang singkat.

Dia membangunkan dirinya segera ....

Dan, langsung teringat dengan kejadian tadi pagi!!

Dia pun beranjak dari tempat tidur pasien di rumah sakit dan mencoba keluar untuk menghubungi dokter.

"Bagaimana aku bisa di sini? Harusnya yang ada di sini kan—" Gumamnya saat hendak melangkah keluar dan sempat terhenti karena ada kedua orang dewasa yang kini menghampiri ruangannya.

Mendadak Fitria membelalakkan matanya pada kedua sosok orang yang mengunjunginya ini saking terkejutnya, yang tak lain mereka adalah ... ayah dan ibunya pacarnya!!

*Waduh, gawat nih! Fitria sempat tegang, dan dia langsung memasang muka kaku.

Ketegangan itu membuat Fitria bergemiing bahkan dia sempat merasa susah untuk melangkah memindahkan kakinya satu inci pun.

Sempat ada rasa takut disalahkan dalam benak Fitria. Tapi, dia tidak punya pilihan lain lagi selain jujur pada mereka berdua kalau awalnya itu salahnya karena tidak bisa berterus terang ....

"Fitria ...." Sang ayah pun menyapanya dengan muka tanpa ekspresi sama sekali.

"E-eh, i-iya?" Fitria sempat tergugup meresponsnya.

*Dia sangat tegang, bahkan keringat dingin menetes dari wajahnya.

Dia sempat menelan ludahnya untuk berpikir tetap tenang, dan dalam hatinya berkata "Kukira tadi orang tuaku yang datang, kira-kira apa maksud kedatangan mereka berdua kemari?"

________

To be Continued