"Kira-kira apa maksud kedatangan mereka berdua kemari?"
________
"Fitria ...."
"E-eh, i-iya."
Sebelum melanjutkan perkataannya, sang lelaki bertubuh besar itu menghela napasnya sejenak kemudian dia mencoba meraih pundak Fitria yang lemas, dan mencoba menenangkannya.
Justru dia bukan memarahi Fitria maupun menyalahkannya tapi, kedua orang tuanya berterima kasih. Saat itu tidak cuma mereka berdua yang datang menghampiri Fitria di rumah sakit. Ada salah satu temannya Fitria yang memposting foto di story media sosialnya saat pacarnya sedang minum-minum itu. Dia menjelaskan kronologinya dengan sejujur-jujurnya.
*Kini mereka berempat duduk di ruangan Fitria mendapatkan perawatan tadi.
Mendengar penjelasan ceritanya dari temannya itu, Fitria mencoba untuk tidak bekomentar apa pun dan tetap berkepala dingin.
Lalu, ketika mereka semua hening, Fitria mencoba untuk bicara, "Kurasa ... awalnya aku yang salah. Aku memang mendukung impiannya, aku juga menyemangatinya seperti dia yang pernah menyemangatiku. Tapi, aku tahu tulisannya tidak sebagus buku-buku yang pernah dia beli. Aku ingin sekali mengkritiknya dan memperbaikinya. Namun, aku takut itu malah menyakiti hatinya. Kalau saja saat itu aku memberinya masukan mungkin, dia akan berkembang jauh lebih baik ...."
'Ya, dia sudah kehilangan arah ....'
Menurut pengakuan dari temannya Fitria ini, yang mengajak minum ke bar malam itu adalah pacarnya sendiri. Sang pacar bilang padanya kalau dia mengajak Fitria pasti marah padanya.
*Tuh kan benar, sebenarnya sang pacar ini butuh perhatian. Namun, dia tidak mau menunjukkan kegagalannya pada Fitria.
Akhirnya nasib nahas menimpanya.
"Hah~" Fitria menghela napasnya cukup panjang kemudian dia berdiri dan menatap jendela kaca yang menunjukkan pemandangan malam kota metropolitan yang penuh dengan cahaya lampu penerangan di jalan raya.
Awalnya orang tua Fitria takut mengungkapkan waak keegoisan anaknya itu, mereka takut kalau penjelasan mereka berdua ditambah dengan penjelasan temannya itu akan membebani pikirannya tapi, Fitria memiliki keputusan!!
"Baiklah, sudah kuputuskan untuk memperbaiki kekacauan ini."
"...?" mereka yang ada di ruangan itu pun bertanya-tanya maksud sebenarnya dari pemikiran Fitria.
Saat lulus kuliah nanti, dia akan menjadi editor di penerbitan demi pacarnya ini. Dia menunggu pacarnya terbangun dan memiliki mimpi untuk meraih impiannya lagi.
Namun, berdasarkan pemeriksaan dokter sebelumnya, sang pacar yang telah mabuk lalu terjatuh ke sungai dan mengalami benturan yang cukup keras ditambah dengan dengan mulutnya saat itu berbusa, tubuhnya terlihat dehidrasi pucat dan kulitnya kering ....
Menurut pemeriksaan, dia mengalami tingkatan ketidaksadaran diri yang paling dalam dan bisa disebut koma.
Fitria pun sangat terkejut hal itu.
itu artinya dia harus menunggu wanita yang menjadi kekasihnya ini hingga sepenuhnya sadar?
'Lantas apa yang harus kulakukan?'
"...."
Fitria kembali mengingatnya, mungkin alasan orang tua pacarnya itu menghampirinya saat itu adalah ... karena mereka juga tidak tega melihat keadaan anaknya begini.
****
Belanjut ke setahun kemudian, di mana Fitria memutuskan untuk pindah ke fakultas bahasa. Dia merasa jika wawasan dan tatanan tidak bagus, maka dia tidak pantas untuk menjadi seorang editor. Akhirnya dia memutuskan untuk kuliah lagi ....
Empat tahun kemudian, dia lulus dengan nilai yang memuaskan dan IPK-nya hampir menyentuh sempurna. Itu juga berkat dukungan orang-orang sekitarnya, meski tanpa sang kekasih namun, perasaannya padanya tetap tak berubah.
Lulus dari kuliah, dia bekerja di kantor penerbitan swasta tapi hanya mengambil magang kontrak selama setahun. Sebab apa dia melakukan hal itu hanya demi mewujudkan impian pacarnya!!
Bermodalkan pengalamannya bekerja dan pencapaiannya selama ini, dia mencoba untuk melamar tes ke penerbit mayor.
Dan ....
Hasilnya "Diterima!!"
Akhirnya, dia resign dari kantor penerbit swasta. Kepergiannya dari kantor itu sempat menimbulkan kesedihan pilu karena dia salah adalah salah satu orang yang memiiki predikat sebagai karyawan terbaik.
Namun, mau bagaimana lagi ...? Karena kepergiannya itu adalah pilihannya dan juga hak-nya untuk memiliki tempat kerja yang baru.
Tapi, Fitria yang dikenal baik dan agak pendiam itu tidak akan pernah melupakan tempat awalnya dia berkarir. Setiap pengalaman yang dia dapatkan itu menurutnya berharga dan dari situ dia juga semakin paham ranah di dalam dunia penerbitan.
'Dan ... dari tempat itu juga, aku bisa berkembang ....'
'Terima kasih untuk semuanya ....'
Meskipun menyedihkan juga saat resign dari sana, bukan berarti mereka yang ada di sana tidak baik untuk Fitria. Justru Fitria merasa, mereka sangat baik dan pengertian pada Fitria. Bosnya pun begitu akrab. Kepergian Fitria karena dia memiliki tujuan yang harus dia capai.
Bosnya pun termasuk orang yang mendukung keinginan Fitria dan dia juga bilang pada pemuda yang pernah menjadi karyawannya ini, "Jika kau memiliki waktu senggang, lain kali kita berkumpul lagi, kami selalu menambahkanmu ke dalam daftar teman." ucapnya dengan optimis.
Fitria saat itu hanya menjawab "Ya," dengan tersenyum tipis dan melambaikan tangannya ketika dia melangkah pergi dengan punggung yang menampakkan kesedihannya.
Dalam hati di setiap langkah kepergiannya, dia menyimpan kesedihan itu ....
'Padahal hanya satu tahun saja berada di sini, terasa sangat nyaman saat bersama mereka. Rasanya begitu berat untuk melangkah tapi, mereka mendukung pilihanku.'
'Oh, Tuhan ..., apakah ini adalah pilihan yang tepat?'
Setidaknya saat dia keluar dari sana, dia memiliki misi untuk mencetak penulis dengan kualitas yang unggul!!
****
Beberapa hari setelah resign, mungkin bisa dibilang hampir seminggu untuk menenangkan diri, Fitria mulai bekerja di kantor penerbitan yang baru.
Sebuah kantor penerbitan mayor yang luas dan besar. Pekerjaan editor tak lain adalah menyunting dan mengedit naskah tapi, ada juga tugas editor yang memberi materi dan bimbingan pada penulis pilihannya.
Saat diberitahu pertama kalinya tugas-tugas editor di kantor tersebut, rasanya telinga Fitria panas. Manager yang memberi arahan pada Fitria itu ternyata sedikit meremehkan Fitria.
Aura di kantor pun terlihat agak suram tapi, kata orang yang sering bekerja 'Ya, kesan pertama memang seperti itu.'
"...."
Dia mengingat kembali kalau awalnya dia masuk ke kantor sebelumnya tidak seperti itu. Tapi, karena pekerjaan di tempat inilah yang Fitria inginkan, maka dia akan melakukannya dengan sepenuh hati.