PLAK! Cakra langsung menepuk keningnya sendiri lalu mengusap-ngusap wajahnya ketika mendengar ucapan wanita yang melahirkannya ke dunia itu.
"Sejak kapan Mama merencanakan ini?"
"No, tidak ada yang seperti itu. Ini adalah insting seorang ibu," jawab Nyonya Tantri sembarangan.
Cakra pun hanya bisa menggeleng mendengar ucapan ibunya itu.
\*
Keesokan harinya.
Seperti yang sudah direncanakan oleh Nyonya Tantri, malam itu Cakra pun datang ke sebuah restoran yang sudah dipesan untuk dirinya dan seorang wanita untuk saling mengenal.
Di meja yang sudah ditentukan oleh ibunya, Cakra melihat seorang wanita yang sudah lebih dulu duduk di sana.
"Jadi itu wanitanya," gumam Cakra ketika melihat teman kencan butanya tersebut dari belakang.
Setelah itu Cakra pun berjalan dengan santai ke arah meja tersebut dan langsung duduk begitu saja di kursi yang ada di depan wanita tersebut tanpa berkata apa pun terlebih dulu.
Wanita yang terlihat sudah menunggu Cakra cukup lama itu pun tersentak seketika.
"Kenapa?" tanya Cakra dengan nada dingin sambil menatap lurus ke arah wanita yang ada di hadapannya tersebut.
Wajah wanita yang awalnya masam itu pun langsung berubah seketika saat melihat sosok tampan yang ada di depannya itu. "Kamu Kak Cakra?" tanyanya.
"Ya."
Mendengar jawaban tersebut, wanita itu pun langsung menggigit bibirnya sambil memperhatikan setiap sudut wajah Cakra.
"Kenapa, apa ada yang salah?" tanya Cakra yang merasa risih ketika ditatap dengan tak biasa.
Wanita yang sesaat sempat melamun itu pun langsung tersadar dan segera mengganti sikapnya. "Ah iya, maaf kak. Selamat malam, kenalkan aku Sherli," ucap wanita itu lembut sembari mengulurkan tangannya, menawarkan jabat tangan.
"Iya Selamat malam juga" sahut Cakra dingin sambil menerima jabat tangan tersebut.
"Kak, aku sudah menunggu kamu lama sekali, kamu baru selesai rapat ya?" ucap wanita bernama Sherli itu dengan nada manja.
Cakra pun langsung mengerutkan keningnya mendengar nada bicara wanita tersebut.
'Apa mama yakin ingin punya menantu seperti ini,' batinnya lalu memperhatikan wajah wanita yang ada di depannya itu.
Sontak saja Cakra pun langsung menggeleng pelan ketika melihat riasan wanita yang menjadi teman kencan butanya itu. Bulu mata yang panjang dan tebal, bibir yang dipoles dengan warna merah marun ditambah blush-on yang merona, sukses membuat Cakra bergidik melihatnya.
'Ini gila' hanya itu yang ada di dalam pikiran Cakra saat ini.
"Tidak, aku baru saja bertemu dengan wanita lain," jawab Cakra, membohongi wanita tersebut dengan nada yang dibuat semeyakinkan mungkin.
"Kekasih Kakak ya?" tanya wanita tersebut lembut dan seolah sangat pengertian.
"Iya."
Jawaban dingin tersebut sengaja diberikan oleh Cakra dengan harapan agar wanita itu bisa pergi tanpa ia harus menolaknya terlebih dulu.
"Em … tidak apa-apa kok, aku mau jadi kekasih kedua kamu," sahut wanita itu sambil tersenyum lebar ke arah Cakra, menunjukkan rasa tak keberatannya.
Cakra pun terkejut mendengar sahutan yang tidak seperti angan-angannya.
'Akhh, apa wanita ini gila. Bukannya segera pergi dari sini, kenapa dia malah mau jadi kekasih keduaku? Lagian siapa yang mau dengan wanita palsu,' gerutunya di dalam hati ketika tadi sempat melihat aset kembar di tubuh wanita di depannya itu sudah seperti dua buah balon yang ditempel di dada, terlihat jelas palsu walaupun menantang.
Cakra pun tak menanggapi ucapan Sherly, ia pun memilih untuk segera memesan makanan agar dia bisa segera pergi dari restoran tersebut.
Beberapa saat berlalu. Setelah makanan pesanannya datang, Cakra pun segera menyendok makanan tersebut ke dalam mulutnya. Namun hal itu berbanding terbalik dengan Sherli, ia terus saja berbicara tentang dirinya. Ia membicarakan tentang semua kelebihannya, mulai dari profesinya yang menjadi model iklan hingga keluarganya yang merupakan salah satu pengusaha di bidang tekstil di kota lain.
Hingga akhirnya ….
'THAK!' Cakra meletakkan sendok dan garpu di tangannya dengan kasar di dekat piringnya.
Sontak saja, Sherli pun langsung terdiam dan menatap ke arah Cakra dengan bingung.
Namun belum sempat Sherli bertanya, Cakra sudah lebih dulu berkata. "Baiklah aku sudah selesai makan. Maaf, aku aku harus pergi sekarang," ucapnya sambil berdiri dan meletakkan uang di atas meja yang ada di antara dirinya dan Sherli.
"Tunggu." Sherli dengan cepat memegang tangan Cakra ketika ia akan beranjak pergi. "Bagaimana dengan tawaranku tadi?"
"Semua tawaran itu aku tolak," ucap Cakra sembari menepis tangan Sherli yang kini masih memegangi tangannya.
"Apa maksud kamu? Kenapa?" tanya Sherli seketika.
Namun Cakra tak menghiraukan pertanyaan wanita di depannya tersebut, dan memilih berjalan meninggalkan restoran itu tanpa menoleh sedikit pun.
Setelah mengendarai mobil kesayangannya lebih dari 20 menit, akhirnya Cakra pun tiba di rumah keluarganya. Namun ia yang baru saja selesai memarkirkan mobilnya pun langsung mengerutkan dahi ketika melihat rumah besar tersebut terlihat sepi dan gelap.
"Apa yang terjadi?" gumamnya sembari bergegas menuju pintu utama rumah tersebut.
Keadaan gelap di rumah itu membuatnya resah, karena selama ini tak pernah ada kejadian listrik padam total seperti yang dilihatnya saat ini di rumah yang ia tinggali sejak kecil tersebut.
"Pak Min!" teriak Cakra ketika baru saja memasuki ruang utama rumah tersebut.
Namun tak terdengar sahutan sedikit pun dari dalam rumah tersebut.
"Di mana mereka," ucap Cakra yang makin resah karena ruangan itu terasa sangat sunyi.
Kemudian ia pun mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya dan langsung menyalakan flash ponselnya untuk menerangi langkahnya saat ini.
Tap-tap-tap! Langkah kakinya pun terdengar menggema di setiap ruangan yang dilewatinya saat ini. Hingga akhirnya ….
THAK! Tiba-tiba lampu menyala di ruangan tempat dia berdiri saat ini.
Cakra yang merasa silau pun langsung mengerjap-ngerjapkan matanya. "Akh, apa-apaan in—"
Kalimatnya terhenti ketika melihat ibunya yang sedang duduk di sebuah kursi di tengah ruangan tersebut, sembari menatap tajam ke arahnya.
"Mama, kenapa Mama duduk di sana?" tanyanya yang merasa bingung saat melihat Nyonta Tantri duduk di tengah-tengah ruangan tersebut sembari ditemani oleh dua orang pelayan di kanan kirinya.
Sesaat kemudian Cakra pun melangkah kembali ingin mendekati Nyonya Tantri. Namun tiba-tiba ….
"STOP!" teriak Nyonya Tantri hingga suaranya menggema di ruangan tersebut.
Dan tentu saja Cakra pun langsung menghentikan langkahnya dan berganti mengernyitkan keningnya menatap wanita yang duduk bak ratu dengan dua dayang yang berjarak hanya beberapa meter darinya itu.
'Apa aku sedang bermimpi,' pikir Cakra saat ini sambil terus menatap dengan bingung ke arah ibunya.
"Ma—"
"Diam!" Bentak Nyonya Tantri lagi sambil terus menatap tajam ke arah Cakra.
Cakra pun makin bingung melihat semuanya, hingga ia pun menatap sekitar ruangan tersebut.
'Ini masih jelas rumah, berarti ini bukan mimpi,' batin Cakra yang berusaha memastikan tempatnya berada saat ini.
"KENAPA?" sentak Nyonya Tantri tiba-tiba.