Dari belakang, Onaza memperhatikan Risu dari luar. Wajahnya sedih ketika memperhatikan kawan sebangkunya berteriak secara tiba-tiba. Mulutnya bergetar hebat kala melihat kondisi gadis itu.
"Kamu jangan cari perhatian sama dia" Suara anak laki-laki mendadak merasuk kedalam telinganya. Dia tidak tau siapa namanya. Remaja laki-laki tampak memiliki jiwa protektif yang tinggi. Dia memakai celana galembong dengan penuh senyuman.
"Ternyata celana seperti ini masih dipakai orang" Ujar Onaza. Mendengar itu remaja laki-laki itu tambah bingung. Dia menatap remaja itu dengan tatapan ramah.
"Saya Onaza" Onaza mencoba untuk memperkenalkan dirinya kepada anak itu.
"Yanda"
"Yanda, saya tidak akan mengganggu kekasih yang kamu cintai. Saya hanya memperhatikannya karena dia teman sebangku saya"
Dia tambah bingung. Kata itulah yang ia harapkan. Yanda kemudian tersenyum kala dia disangka bahwa dia adalah kekasihnya Risu. Padahal bukan.
"Saya bukan pacarnya Risu. Tapi, aku ingin adalah temannya. Cuman suka doang"
"Aku tidak akan mengambil seseorang yang merajai hati kamu. Sebab, saya memang ditakdirkan tidak mencintai siapapun"
Yanda bingung. Seolah-olah Onaza ini tau dengan masa depannya nanti. Onaza menatap Risu dan teman-temannya dibalik jendela.
"Apa rasanya mencintai seseorang?" Tanya Onaza pada Yanda.
"Kenapa kamu nanya begitu?"
"Saya belum pernah mencintai seseorang. Pasti cinta itu dapat mengubah seseorang menjadi malaikat. Andaikan cinta itu datang pada saya, pasti sifat bakal berubah ya."
Yanda mendengar omongan anak baru ini seperti puisi yang pernah dia baca disalahsatu novel. Kalau tidak salah novel Ketika Cinta Bertasbih. Dimana sang penulis mengutip salah puisi dari rumi yaitu, mengubah iblis menjadi malaikat. Onaza menatap Risu seakan-akan dia menyesal dengan apa yang terjadi.
"Yanda. Kamu beruntung diberi kesempatan punya perasaan seperti itu. Kamu harus memperjuangkannya. Kalau bisa jangan membawa dia dalam lingkaran zina"
"Nggak mungkinlah. Lingkaran zina?"
"Maksudnya mengajak anak orang menjalin hubungan tapi tidak diridhoi Tuhan. Kalian selalu bersama, tapi tidak ada status pernikahan. Aku tau kamu bakal marah dengan omongan saya. Tapi, kamu adalah orang yang beruntung"
Yanda tidak menyangka kalau Onaza ini adalah orang yang sangat dewasa. Berbeda dengan teman-teman yang lain. Dimana mereka masih berfikir sebatas dunianya saja. Kalau ini, Onaza seperti berfikir secara luas.
"Oh Ya, aku mau latihan Randai dulu"
Tatapan Onaza kembali kosong. Namun, dia mengeluarkan airmata. Andaikan cinta dulu pernah datang kepadanya begitu cepat, pasti jalan hidupnya akan berbeda. Dia memandang langit lewat teras sekolah. Hari mulai mendung. Rintik hujan perlahan mulai terlihat walau sekedar bayang-bayang. Onaza merasa apa yang ia rasakan hanyalah bayangan dari andai-andai yang ia rasakan. Mimpi yang harusnya ada sejak dulunya. Tapi dia waktu itu bisa merangkai apa-apa. Dia merasa dulu dirinya adalah orang yang benar-benar karengkang( keras kepala), tidak tau mana yang baik dan mana yang benar.
Lain halnya dengan Risu yang masih menceritakan sosok wanita cantik yang hadir secara misterius. Dia masih penasaran siapa wanita itu. Mengapa wanita itu datang kedalam hidupnya?
"Siapa wanita itu?"
"Gak usah dipikirin dulu. Yang penting kamu tenangin diri"
"Oh ya, nanti pas kita pulang kita kepustaka wilayah yuk"
"Oke deh."
__________________________________________________________________________________________________________Semua anggota randai, berkumpul. Kecuali Yanda yang daritadi belum datang. Para wanita yang menjadi anggota kepalanya dari seperti jerapah. Mereka ingin tau dimana Yanda.
"Mana sih Yanda?"
"Bentar lagi dia datang kok. Dia mau jenguk Risu" kata Alif yang dari tadi sibuk memakai bedak lewat kaca yang dipegang oleh salah satu anggota randai. Randi namanya. Tangannya sudah tegang gara-gara Alif dari tadi belum berhenti berbedak. Mendengar itu semua perempuan yang menjadi anggota randai mulai cemburu. Kenapa Yanda mulai naksir dengan perempuan yang tidak terkenal sama sekali? Seharusnya Yanda menyukai gadis-gadis disini. Bukan seseorang seperti Risu.
"Tadi aku dengar si Yanda mau mencium Risu" Kata Rifki memanas-manasi. Tambah mengamuklah perempuan-perempuan yang menjadi anggota. Pacar idaman mereka ternyata lebih tertarik dengan gadis biasa. Orang yang dibicarakan kemudian datang. Anak cewek yang melihat Yanda baru datang, mulai menampakan wajah marah mereka. Bukan marah, lebih tepatnya overprotektive terhadap seseorang yang belum tentu suka dengan mereka.
"Heh, kamu jenguk Risu ya? Siapa yang suruh??!!!" Para gadis itu mulai tegak pinggang. Yanda yang baru saja datang kaget disembur seperti itu.
"Aku sendiri. Kenapa??" Tanya Yanda balik.
"Kamu gak boleh dekat sama cewek lain selain anak randai" ujar mereka seolah-olah ingin mendominasi Yanda. Namun dia tidak peduli dengan ocehan para gadis itu. Baginya mereka itu berisik.
"Yanda!!!" mereka marah.
"Aku suka sama dia? Salah?? Masalah hati tidak ada yang boleh mengatur. Aku suka sama siapa tidak ada urusannya sama kalian. Lebih baik kalian latihan saja" Kata Yanda dengan nada sedikit dingin. Para gadis itu diam membisu. Kalau Yanda sudah marah, pasti mereka bakal patuh dan tidak berkutik. Yanda ini selain ganteng, dia ini adalah orang yang tegas terutama untuk dirinya. Dia tidak suka kalau ada yang membatasi dirinya. Dia tidak mau pacaran dengan sesama anggota randai. Maksudnya perempuan begitu. Alasannya, pasti bakal ada yang cemburu dan tikung-menikung. Dia tidak mau menyukai perempuan dari anggota randai. Ini saja ketika semua orang tau bahwa dia menggoda gadis lain, marahnya sudah seperti ini. Apalagi kalau dia suka sesama anggota randai, yah pasti bakal pecah.
Intinya, dia tidak mau memulai drama percintaannya dengan anggota randai. Dia sudah jatuh cinta dengan Risu. Karena baginya Risu bukan gadis yang macam-macam. Dia akan berusaha mendapatkan Risu apapun caranya. Dia bergabung dengan anggota randai yang laki-laki. Yanda melihat, mereka sedang berkumpul makan nasi ramas.
"Kamu ganas banget Yan" Ujar anggota randai yang lain bernama Dendi.
"Tapi bagus kaya gitu. Karena urusan hati itu adalah hak kita"