Chereads / The Garden Indipendence / Chapter 13 - 12. TerHipnotis

Chapter 13 - 12. TerHipnotis

Mereka masih diluar. Kecuali anak randai yang mulai latihan ambil posisi. Onaza melihat gerimis berubah menjadi hujan. Kata orang hujan itu adalah nikmat yang patut disyukuri oleh semua orang. Tidak ada kekeringan, sumur dirumah jadi penuh, dan musim panas juga berakhir. Onaza menyandarkan diri ke tiang. Tatapannya mengarah keangkasa dengan raut wajah yang tidak bahagia. Banyak orang bilang, hujan adalah dimana kita menemukan seseorang yang kita suka. Akan ada kisah indah dibalik hujan yang turun deras ini.

Saat dia merenung memikirkan, tiba-tiba seorang wanita datang membawa piring yang ditutupi plastik. Kak Linda. Dia berjalan mengarah kemana Risu istirahat.

Kata orang, dikala hujan kita akan menemukan cinta untuk pertama kalinya. Hujan turun menyuburkan tanaman yang ditanam orang, sekaligus menumbuhkan benih-benih cinta yang telah lama mati. Namun, itu telah berlalu karena ia merasa ia tidak memiliki ruang untuk merasakan perasaan yang dirasakan oleh manusia.

Ia merasa tidak diberi kesempatan untuk mencintai seseorang yang dia inginkan. Memang kesempatan itu benar-benar tidak ada.

Disaat hujan turun, suara orang badendang mulai terdengar. Suaranya sangat indah.

"Manolah....niniak.....nan jo mamak....

cukuik panonton....

ka..sa..donyo"

Onaza mulai mengikuti kemana arah suara itu.

"Maaf Jo...Rilaaaaaaaaahhhhhh nan kami...minta....Sagalo kami...a..nak mudo.."

Onaza menikmati dendang itu yang diiringi oleh musik saluang. Dia merasa ketika ia mendengarkannya, alunan surgawi telah mensugestinya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Menghipnotisnya bahkan langkah kakinya terus bergerak mencari dimana suara itu berasal. Suara ini membius seluruh raganya yang terperangkap dalam medan magnet duniawi.

Dia menyusuri beberapa ruangan sendirian, sehingga dia melihat ada satu ruangan dimana para remaja laki-lakinya membentuk sebuah lingkaran. Mereka mengambil posisi seperti orang yang sedang latihan bela diri. Berputar, mengangkat kaki, intinya mereka seperti orang yang sedang bersilat. Onaza terpana dengan apa yang dia lihat. Dia berdecak kagum terhadap gerakan tersebut. Disampingnya ada pemegang talempong. Setelah mereka habis mendengarkan dendang satu memberikan kode "rrrah..asss!!!!"

Mereka menepuk bagian tengah sarawa galembong mereka dengan membuka kedua kaki mereka. Lalu kaki mereka diangkat sedikit, lalu tepuk tangan dengan cara saling mengitari. Onaza mengintipnya dari jendela. Hal yang paling dia suka ketika mereka dalam posisi sedikit membungkuk, kemudian mereka memukul dengan keras bagian tengah celana galembong mereka, yang kesannya seperti rok.

Bbarambambam!!! begitulah. Dia mengintipnya secara diam-diam. Tapi dia lalu kemudian berhenti menyaksikannya karena takut ketahuan.

"Ada randai ternyata"

Lalu dia masuk kedalam kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

_____________________________________

Setelah Risu menghabiskan lontongnya dalam UKS, dia lalu mengajak teman-temannya yang ikut menemani masuk kedalam lokal. Ketika ia menuju kekelas, Ia melihat Onaza yang basah kuyup dan terpeleset. Namun Risu segera meraih tangannya. Hingga ia tidak jadi terjatuh.

"Terimakasih" ujarnya. Kemudian mereka masuk kekelas dan duduk dibangku masing-masing.

"Aku duduk dulu ya" ujar Monra. Nisa juga memberikan kode yang sama. Ketika ia ingin duduk, Risu melihat telapak tangannya. Ketika dia menolong Onaza, telapak tangan cowok terasa dingin seperti es. Atau bisa dikatakan suhu badannya seperti mayat yang sudah mati. Dia memperhatikan Onaza dengan wajah bertanya-tanya. Namun semuanya ambyar gara-gara salah satu temannya, Monra menepuk bokongnya Risu dengan buku.

"aduh!!!"

"Jangan bengong! Nanti kaya tadi" Kata Monra memperingatkan.

"Sorry" Risu kemudian duduk dibangkunya. Dia menatap Onaza yang sedang mengeluarkan sebuah buku. Setelah itu dia kemudian tersenyum sumringah sambil menatap jendela. Anehnya senyumnya cowok ini sangat manis dibalik tampang dinginnya. Risu kemudian sadar akan apa yang dia lakukan. Baginya, tidak ada istilah percintaan dalam kamus hidupnya. Dia tidak boleh jatuh cinta. Dia harus fokus terhadap mimpi yang ingin dia gapai.

Guru sudah masuk. Sekarang mereka masih dalam pelajaran teknik fotografi. Risu mencatat apa yang diterangkan oleh guru. Saat ia sedang mencatat, Onaza mengajaknya berbicara sambil berbisik.

"Apa ada randai disini?"

"Uhm, ada. Memangnya kenapa?"

"Yes, akhirnya aku bisa melihat pertunjukannnya."

"Kenapa?"

"Biasanya kalau orang ngeliat pertunjukan randai itu selalu dibayar"

Risu mengerutkan keningnya. Dibayar? Dia tidak terlalu peduli yang dikatakan oleh cowok ini. Dan ia malah kembali menatap jendela, sementara Risu kembali menulis. Jujur, pada hari ini gadis itu seperti terjebak antara 2 laki-laki. Apakah kisah romancenya akan dimulai?

Mulailah guru itu memberikan tugas. Yaitu dimana dia akan mencari objek perkelompok. "Monra Slavina Pahlevi dan Alif Irshadi Lukmana" kata guru itu. Monra merasa hari ini dia sangat sial. Kenapa dia harus dipasangkan sama Alif. Lalu "Nisa dengan Rifki". Semua murid mendapat gilirannya. Risu sendiri yang terdiri dari 3 kelompok. Dimana dia dihapit oleh komplotan cogan semua.

Ada Onaza, Yanda dan dia. Kenapa harus seperti ini? Kalau protes yang kena nanti nilai.