Chereads / The Garden Indipendence / Chapter 5 - 4. Marabau

Chapter 5 - 4. Marabau

Lapangan Merdeka merupakan sebuah lokasi yang terletak dipasar Pariaman. Itu merupakan jalur utama ketika kita ingin ke Pantai Gandoriah. Jalur alternatifnya kita bisa lewat desa Kampung Baru karena jauh lebih cepat. Dulu sebelum terjadi Corona, setiap tahun pasti ada event oyak Tabuik dimana itu terjadi disetiap bulan Muharram. Tidak hanya pada saat itu saja, bahkan ketika pesta lain seperti Tour The Singkarak, Triathlon dan acara lain diadakan disana. Mengenai sejarah Lapangan Merdeka tidak ada yang tau sebenarnya apa yang terjadi. Bahkan, apa yang terjadi diguguak Chino dibelakang sekolah SMP 3 Pariaman tidak jelas bagaimana sejarahnya.

Yang mereka tau, dibelakang sekolah SMP 3 disana ada pembantaian kaum Tionghoa lantaran pada zaman dulu mereka menolak orang China datang ke kota ini.

"Kami tidak tau apa yang terjadi di Lapangan Merdeka. Yang kami tau hanyalah apa terjadi diguguak Chino. Makanya kuburannya masih ada dibelakang Kodim dan dibelakang SMP 3. Memangnya kenapa?"

"Mungkin aku akan mengalami sesuatu hal yang diluar akal sehatku deh."

"Maksud kamu apa? "

"Pada saat aku pingsan disitu, aku dibawa kemasalalu. Aku melihat semua angkot berubah jadi perkumpulan Bendi disana. Anehnya, semua orang pakai baju kurung"

"Lalu, aku melihat dalam mimpi perempuan yang rambut mayatnya terlilit pohon. Pakaiannya kaya orang Minang pas nikah atau jadi uda uni"

Monra kemudian mengerti kemana arah cerita dari omongan Risu ini.

"Itu kaya cerita kematian Siti Baheram deh."

Mendengar sebuah nama, ia lalu penasaran siapa itu? Kenapa ia tak pernah mendengarnya.

"Aku lupa sih ceritanya kaya gimana. Tapi dia itu kaya banget pada zaman nenek kita belum lahir. Dan kisahnya itu sering ditampilkan dalam kaba dipertunjukan randai"

"orang kaya?"

"Mungkin sekarang kaya Crazy Rich kali ya dizamannya. Tapi dia terkenal cantik banget katanya. Tapi nasibnya tragis banget. Dia itu dibunuh oleh sanak saudaranya sendiri"

"Kok dibunuh sama sanak saudaranya?"

"Menurut ceritanya sih dia dirampok gitu"

Risu makin penasaran siapa itu siti Baheram? dia tidak pernah mendengar tentangnya. Selama ia tinggal disini, yang ia tau hanyalah kulinernya seperti Sate Pariaman, Sala Lauak dan bersihnya pantai yang ada disini. Tapi tentang siti Baheram, ia tak pernah bersinggungan dengan kisah tersebut. Banyak kisah legenda Minang Kabau yang ia dengar. Seperti legenda Batu Manangih, Kapalo Ilalang, dan lain sebagainya. Tapi tentang Kaba Siti Baheram, untuk pertama kalinya dia mendengarnya. Seperti itu topik yang menarik untuk dikaji lebih dalam.

Setelah menikmati Teh Talua mereka keluar dari kedai itu. Risu yang membayar dua gelas teh Talua yang dia pesan. Lalu mereka keluar dari kedai itu berjalan kaki ke arah sekolah mereka SMK 4.

Pemandangan sekolah ini sangat asri. Banyak pepohonan yang kalau orang bilang itu adalah banyak palak. Kalau kita berjalan lurus kedepan itu ada pepohonan yang tersusun rapi dipinggir jalan kiri kanan arah ke desa Marabau. Ia dan Monra berjalan kaki sembari olahraga menuju kesana. Lagian mengapa juga mereka harus menggunakan motor. Dari sana juga akan terlihat pemandangan perbukitan bukit barisan dan gunung Singgalang.

Tapi kalau sudah malam, pemandangan disini terasa sangat mencekam sekaligus mengerikan. Untung saja adanya sekolah ini, memudahkan mereka untuk mengakses jalan.

Ketika mereka berdua jalan kaki sambil berbincang-bincang mengenai drama Korea baru, mereka melihat anak-anak randai membawa berbagai macam alat musik tradisional. Ada gandang tasa, Saluang, Talempong, Talempong pacik, Rabab dan lain sebagainya.

Monra melihat banyak lelaki tampan yang membawa peralatan musik yang akan digunakan untuk latihan. Mereka sangat keren ketika mereka menggunakan celana galembong berwarna hitam yang dibawahnya sulaman emasnya.

"Aduh, tergoyah iman kalau ngeliat cowok ganteng"

"Jago mato (Jaga mata)"

"iko ko anugrah dari Tuhan ko mah. Tu io harus dinikmati. Ndak mungkin indak do, boco. ( Ini tu anugrah dari Tuhan. Tentu harus dinikmati. Tidak nggak. gila!)"

Mendengar itu Risu seperti tidak terima dibilang gila dalam bahasa minang.

"Nan dalang sia kini ko? awak tu nan mabuak dek cowok gagah taruih je bacalik ( Yang gila siapa sekarang? kamu itu yang mabuk karena cowok ganteng terus yang kamu lihat)"

Dalang disini bukan yang membawakan cerita dalam acara perwayangan. Kalau dalam bahasa minang Pariaman, Dalang itu artinya gila. Jadi, kalau seandainya ada orang Pariaman yang bilang 'Dalang' dalam percakapan mereka, berarti mereka membicarakan sesuatu hal yang gila. Entah itu orang, atau suatu peristiwa. Dalam segi bahasa ada lagi yang diubah orang Pariaman. dari huruf 'r' berubah merubah jadi salah satu huruf idzhar yaitu Gha. Seperti yang dilontarkan oleh salah satu teman mereka.

"Bagha ang bali ko?( Berapa kamu beli ini)" Ujar Alif.

"saibu je nyeh... Mughah (Seribu doang kok... murah)"

Satu lagi orang Minang di Pariaman selalu pakai kata 'Nyeh' di dialog pembiacaraan mereka. Lain halnya dengan dengan orang Padang kota, Tanah Datar, Payamkumbuah dan daerah lain. Kalau Padang kota itu 'Seee' Kalau orang Tanah datar cenderung menekankan O. seperti 'Bora=Bara=Berapa' begitu juga dengan Payakumbuah juga tapi tidak semuanya huruf dipakai.

Yanda menyuruh yang lain membawakan makanan, namun tanpa sadar ia melihat Risu sedang berjalan bersama Monra.

"oey!!!"

Yanda berusaha menyapa mereka. Tapi mereka acuh orang yang tidak kenal.

"Oey!!!! sombong banget kalian"

Terpaksa mereka berhenti menyahut orang yang dirasanya tidak.

"Ia. Puas!!"

Ucap Risu dengan ganas. Dia itu rencananya mau pergi ke Marabau karena ia bosan dirumah.

Dia terus berjalan kedepan sambil foto karena disini banyak sekali tempat untuk hunting fotografi. Lalu upload ke instagram dengan berbagai pose estetik, hingga beberapa saat kemudian mereka sampai di Marabau.

Marabau merupakan desa yang bersebelahan dengan Pasailalang. Kalau kita sudah tiba disana kalian akan menemukan persimpangan. Disekelilingnya ada sawah yang membentang serta ada pemandangan perbukitan. Pada hari ini, sawah mulai menguning. Mereka tak henti-henti berswafoto disana.

"Bagus banget pemandangannya ya Mon. Inilah yang membuat aku itu pengen pindah ke Pariaman. Banyak pemandangan gratis disini." Kata Risu.

"Memang selama kamu tinggal di Jawa gak pernah ngeliat pemandangan kaya gini?"

"Pernah sih. Tapi aku harus pergi kepuncak. Kalau di Jakarta, banyak bangunannya jadi bawakannya sumpek gitu."

"Kapan-kapan kalau ada rencana pergi jalan-jalan kita usulin ke kelok sembilan sama Batusangkar yuk?"

"Batusangkar?"

"ia, disana pemandangannya bagus banget kek difilm-film fantasi"

"oh boleh-boleh."

"Kita usulin aja ke pemandian air panas disana"

"Mantap tuh. Aku kebetulan belum pernah kesana"

Dia kemudian melihat pemandangan disekitar Marabau. Sampai akhirnya mereka melihat cowok berwajah vampire itu lagi. Cowok itu menatap mereka dengan tatapan yang amat sayu. Tapi kulitnya sangat b ersinar ketika disinari matahari.

"Apakah dia vampire?"

Selesai mereka melihat pemandangan di area sekitar Marabau, mereka kembali pulang dengan jalan kaki. Yah, walaupun jaraknya lumayan jauh tapi mereka berusaha sesantai mungkin.