Chereads / ARCHIDIO / Chapter 22 - Chapter 22

Chapter 22 - Chapter 22

Matahari terlihat menunjukkan sinarnya saat Lian bangun. Ia menatap kearah adiknya yang berbeda satu tahun dengannya yang terlihat masih terlelap. Ia mengelus kapala adiknya dengan lembut lalu mengembuskan napas pelan. Lian masih tidak bisa percaya dengan apa yang baru sama mereka alami tadi malam. Dalam sehari, ibu mereka telah meninggal karena serangan monster, kini ia dan adiknya telah menjadi anak yatim piatu.

Meskipun awalnya ibu mereka berencana membawa mereka menemui ayah kandungnya, namun Lian yang tidak memiliki ingatan mengenai ayah kandung mereka menjadi tidak yakin. Namun, ia juga tidak bisa tinggal di rumah Aric dan merepotkan orang-orang yang telah menyelamatkan mereka.

Lian mengembuskan napas kembali saat tidak mengetahui apa yang harus mereka lakukan sekarang. Satu-satu cara adalah untuk pergi bertemu dengan ayah mereka. Namun, ia tidak yakin jika ayah mereka yang di panggil 'tuan Alfred' akan menerima kedatangan mereka.

Meskipun begitu, Lian harus tetap kuat demi melindungi Karl yang masih berusia enam tahun. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu pelan dan membuat Lian tersadar dari lamunannya. "Tuan Lian, apa Anda sudah bangun?"Lian dapat mendengar suara familiar yang membantunya untuk menenangkan Karl. "Ah … tuan Jade, saya sudah bangun."Pintu terbuka dan memperlihatkan senyuman ramah yang terukir dari wajah Jade sambil membawa pakaian yang akan di kenakan Karl dan Lian. "Sarapan sudah siap. Tuan dan nona muda ingin mengajak Anda dan tuan Karl keluar, apa Anda membutuhkan bantuan untuk bersiap-siap?" tanya Jade."Ah … tidak perlu, terima kasih. Saya bisa melakukannya sendiri," ucap Lian.

"Baiklah. Ini pakaian yang bisa kalian gunakan. Mohon maaf, karena ini mendadak. Sehingga kami hanya bisa menyiapkan pakaian milik tuan muda saat masih kecil untuk kalian gunakan," ucap Jade.

"Itu tidak masalah. Kami sudah berterima kasih karena tuan muda Aric bersedia membiarkan kami menginap di sini," ucap Lian."Kalau begitu, saya akan meninggalkan pakainnya di sini. Jika membutuhkan bantuan, silakan tekan tombol kuning yang ada di bawah meja sebelah tempat tidur. Saya akan segera datang untuk membantu kalian," ucap Jade.Lian menganggukkan kepala. "Terima kasih."Jade membungkukkan badan lalu berjalan meninggal kamar Lian dan Karl. Setelah Jade menutup pintu kamar, Lian segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap lebih dulu sebelum membangunkan adiknya.***"Selamat pagi kak Aric, kak Takeo!" ucap Alecia dengan senyuman ceria yang menghiasi wajahnya."Pagi kak Aric, kak Takeo," ucap Belyn yang terlihat masih mengantuk lalu duduk dj samping Alecia."Selamat pagi," ucap Aric dan Takeo bersamaan.Setelah Alecia dan Belyn duduk di kursi makan mereka. Monica langsung meletakkan sarapan untuk kedua gadis itu. "Di mana Lian dan Karl?" tanya Alecia."Jade sedang membangunkan mereka. Kalian bisa mulai makan dulu, hari ini kita akan pergi jalan-jalan bersama Lian dan Karl," ucap Aric."Kita akan kemana?" tanya Alecia dengan semangat.Aric tertawa kecil lalu mengambil sapu tangan untuk membersihkan sisa makanan yang menghiasi wajah adiknya. "Kita akan membeli beberapa pakai untuk Lian dan Karl. Karena, sepertinya mereka akan tinggal di sini selama beberapa hari lagi," ucap Aric."Selamat pagi," ucap Lian yang baru saja tiba bersama Karl dan Jade. Sehingga membuat perhatian langsung tertuju kepada mereka."Selamat pagi Lian, Karl, dan Jade!" ucap Alecia dengan semangat."Selamat pagi, nona muda.""Pa-pagi," ucap Karl sambil bersembunyi di belakang kakaknya."Duduklah dan makan sarapan kalian. Kita akan pergi setelah kalian selesai sarapan," ucap Aric.Lian dan Karl menganggukkan kepala lalu duduk di kursi makan yang di siapkan Jade. Lian duduk di sebelah Belyn, dan Karl duduk di sebelah kakaknya. Tidak berapa lama, makanan tiba di hadapan mereka. Makanan yang terlihat sangat nikmat hingga membuat kedua mata anak itu menjadi sangat takjub.Aric yang memperhatikan sikap kedua anak itu hanya diam sambil menikmati secangkir kopi hitamnya."Kalau begitu, kalian selamat bersenang-senang. Aku akan-"Sebelum Takeo selesai berbicara dan akan berdiri. Aric meletakkan cangkir minumannya dengan sedikit keras, sehingga membuat Takeo terdiam menatap Aric yang meliriknya tajam untuk sesaat sebelum tersenyum ramah. "Kau akan keatas untuk bersiap ikut bersama kami, bukan Takeo?"

"Tapi…"

Aric hanya tersenyum ramah kepada Takeo. Namun, Takeo tahu jika apa yang dikatakan oleh Aric bukanlah sebuah pertanyaan. Namun, sebuah perintah. Dia tidak ingin menjadi pengasuh anak-anak ini sendiri, batin Takeo.

Aku tidak akan membiarkanmu lolos begitu saja, Takeo, batin Aric.

"Hah … benar, aku akan kembali ke kamar untuk bersiap-siap. Berikan aku waktu lima belas menit," ucap Takeo.

"Sepuluh menit," ucap Aric.

"Tapi…"

"Alecia dan yang lainnya sudah siap, kau tidak ingin membuat anak-anak menunggu, bukan?"

"Hah … baiklah. Tunggu sebentar,aku hanya akan mengambil laptop," ucap Takeo yang akhinrya menyerah dan mengikuti permintaan Aric.

"Kami akan menungu di dalam mobil," ucap Aric dan mendapatkan anggukkan kepala dari Takeo.

Setelah kepergian Takeo, Aric kembali terfokus kepada keempat anak yang sedang menatapnya. "Apa kalian sudah selesai sarapan? Jika sudah, kita bisa menunggu di mobil."

"Cia dan Lyn sudah!" ucap Alecia.

"Saya dan Karl sudah," ucap Lian.

"Kalau begitu kita bisa pergi sekarang," ucap Aric dan langsung mendapatkan jawaban semangat dan anggukkan kepala dari keempat anak di hadapannya.

***

Setelah menghabiskan waktu selama satu setengah jam, Aric dan yang lainnya tiba di distrik Emporia. Mereka langsung menuju toko pakaian anak-anak yang sudah menjadi tempat kesukaan Adela dan Alecia saat mereka berbelanja. "Selamat datang, tuan dan nona muda Shamus. Tuan dan nona muda Grissham," ucap seluruh enam karyawan yang menyambut kedatangan mereka saat Aric dan yang lainnya memasuki toko.

Alecia dan Belyn terlihat sangat senang dan langsung berlari kecil dengan diikuti Monica dan Takeo. Sedangkan Lian dan Karl hanya diam sambil menatap pemandangan bagian dalam toko pakaian itu. Toko pakaian itu terlihat sederhana namun mewah dengan berbagai jenis pakaian anak-anak yang terbuat dari bahan berkualitas. Karl yang takjub dengan pakaian yang terlihat berkilau itu berjalan tanpa sadar mendekati salah satu pakaian yang menarik perhatiannya.

Saat Karl akan menyentuh pakaian itu, Lian menghentikannya sambil menggelengkan kepala pelan. "Bagaimana jika nanti pakaian itu rusak saat kita menyentuhnya? Kita sebaiknya tidak merepotan tuan Aric dan yang lainnya Karl," ucap Lian.

"Tapi…"

Karl terlihat sangat ingin mencoba pakaian itu, namun ia tidak ingin membantah perkataan kakaknya dan memutuskan untuk menanggukkan kepala dan mengurunkan niatnya dengan ekspresi sedih. Sedangkan Aric yang sedari tadi memperhatikan kedua anak itu hanya diam sebelum membisikan sesuatu kepada manajer toko yang melayaninya.

"Baik, tuan muda," ucap manajer toko itu.

"Lian, Karl. Ayo kita cari Alecia dan yang lainnya," ucap Aric menarik perhatian kedua anak itu.

Lian dan Karl menganggukan kepala lalu berjalan mengikuti Aric menju display pakaian gadis dan menemukan Alecia dan Belyn yang sedang memilih pakaian. "Cia," panggil Aric.

Alecia yang mendengar panggilan itu tersenyum ceria kepada Aric. "Iya kak?"

"Ayo kita naik dan memilih pakaian yang kau inginkan," ucap Aric.

Alecia menganggukkan kepala lalu menggandeng tangan kakaknya. Sedangkan Belyn memutuskan untuk tetap di lantai satu bersama Takeo dan Monica untuk mencari pakaiannya sendiri. Karl dan Lian hanya diam mengikuti Aric dan Alecia dengan Jade yang berjalan dibelakang kedua anak itu menuju lantai dua menggunakan lift.

Saat di lantai dua, mereka langsung di arahkan menuju ruangan VVIP yang biasa di gunakan Aric dan Adela saat membeli pakaian Alecia. Setelah menunggu selama lima menit, pintu VVIP kembali terbuka diikuti oleh tiga karyawan yang berjalan masuk dengan mendorong display pakaian, lalu salah satu dari karyawan wanita itu memberikan tiga buku yang berisikan desain pakaian terbatas kepada Aric.

"Kalian bisa memilih pakaian yang kalian inginkan," ucap Aric.

Alecia dengan semangat langsung pergi untuk melihat-lihat pakaian. Sedangkan Lian dan Karl hanya duduk diam di samping Aric. "Kenapa kalian tidak pergi melihat pakaian juga? Apa pakaian-pakaian itu tidak ada yang menarik?" tanya Aric.

"Ah … bukan itu, kami tidak memerlukan pakaian baru. Bukankah, kami akan betremu dengan ayah kami? Jadi, kami tidak ingin merepotkan Anda," ucap Lian.

Namun, Aric dapat melihat Karl yang menatap pakaian di hadapannya dengan mata berbinar, sehingga membuat Aric tertawa kecil. "Haha … kalian tidak perlu khawatir mengenai masalah kecil seperti pakaian ini. Kalian akan membutuhkan pakain baru selama beberapa hari. Karena, ayah kalian saat ini sedang di luar negeri, dan membutuhkan waktu baginya untuk kembali."

Meskipun sudah mendengar perkataan Aric. Lian terlihat masih tidak yakin dan hanya bisa diam dengan ekspresi bingung sekaligus khawatir. Aric hanya bisa mengembuskan napas pelan dan mengelus kapala Lian dengan lembut. "Lian."

Panggilan itu membuat Lian mengangkat kepalanya untuk menatap Aric. "Kau masih berusia sepuluh tahun dan adikmu masih berusia enam tahun. Kalian tidak perlu menghawatirkan masalah kecil yang menjadi urusan orang dewasa. Meskipun kita baru mengenal, aku hanya mengikuti keinginan terakhir ibumu, dan aku akan memastikan kalian bertemu dengan tuan Alfred dalam keadaan yang sehat."

"Terima kasih, tuan Aric," ucap Lian.

Aric dapat melihat jika pundak anak di hadapannya lebih tenang dan tidak tegang seperti sebelumnya. Sehingga membuat Aric tersenyum. "Bagaimana jika kau dan adikmu memilih pakaian untuk kalian kenakan sampai bertemu dengan tuan Alfred? Kalian dapat memilih sebanyak apapun yang kalian mau, dan tidak perlu memikirkan soal harga."

"Sekali lagi, terima kasih tuan Aric," ucap Lian dan langsung mengajak Karl yang terlihat senang melihat-lihat pakaian yang akan mereka pilih.

"Anak berusia sepuluh tahun tapi sudah terlihat dewasa dan tidak memiliki keinginan besar saat melihat seluruh pakaian ini. Bahkan adiknya akan mengikuti seluruh perkataan kakaknya, bukankah mereka menarik, Jade?" tanya Aric tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya saat melihat Alecia yang ikut membantu Lian dan Karl memilih pakaian.

"Benar, tuan muda. Mereka mengingatkan saya kepada seseorang," ucap Jade yang langsung mendapatkan lirikan bingung dari Aric. Namun, terlihat Jade tidak ingin melanjutkan perkataannya. Aric memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut dan kembali fokus melihat-lihat buku desain pakaian terbatas yang ada di tangannya. Hari yang tenang…

Bersambung…