Setelah dua hari berlalu, Adela tiba dan tidak mempedulikan sambutan Jade. Ia langsung berjalan menuju kamar Alecia dengan ekspresi khawatir. Saat Monica melihat kedatangan nyonya besar yang berjalan dengan ekspresi khawatir. Ia membungkukkan badan sebentar sebelum membukakan pintu untuk Adela menemui putrinya.
"Aric, apa yang terjadi?" tanya Adela.
Aric segera berdiri dan membiarkan ibunya duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur Alecia. "Araide bilang jika Alecia mengalami pembangkitan tahap pertama. Jadi, kita tidak perlu khawatir."
Adela menyentuh kepala Alecia yang masih terasa begitu panas. "Jelaskan apa yang sebenarnya terjadi tanpa meninggalkan informasi sedikitpun."
Aric menganggukkan kepala dan menjelaskan apa yang terjadi kepada Alecia dua hari yang lalu. Bagaimana pertemuan Alecia dengan Katelyn hingga berakhir dalam kondisi saat ini. Adela yang mengetahui bagaimana kondisi putri kecilnya saat di kediaman Kishi merasa sangat marah dengan Katelyn. Ia tidak akan melarang jika Katelyn ingin bertemu dengan keponakannya.
Namun, kondisi mental Alecia sendiri saat ini belum sepenuhnya sembuh dari trauma yang di sebabkan keluarka Kishi. Meskipun ingatan seorang anak berusia tiga tahun biasanya akan menghilang semakin ia beranjak dewasa.
Namun, Alecia saat ini masih berusia tujuh tahun, dan Adela sudah dapat merasakan jika Alecia adalah seorang Weirless yang belum membangkitkan kekuatannya. Sebagai seorang Weirless, ingatan mereka lebih tajam dibandingkan manusia biasa. Sehingga akan membutuhkan waktu lebih lama bagi Alecia untuk melupakan ingatan dari traumanya.
Itulah kenapa Adela, Aric dan Jayden berusaha untuk memciptakan ingatan-ingatan yang bahagia untuk menutupi ingatan mengerikan yang Alecia rasakan. Namun, dengan kemunculan Katelyn, ingatan yang belum sepenuhnya tertutup itu kembali muncul dengan sangat cepat sehingga membuat emosi Alecia tidak stabil dan memaksa kekuatannya untuk bangkit.
Ini bukanlah hal aneh, karena terkadang ada beberapa orang yang menggunakan cara ini untuk mempercepat kebangkitan anak mereka. Namun, hal ini cukup berbahaya. Karerna jika sampai mereka memaksakan untuk membangkitkan kekuatan tanpa adanya pengawalan dari Weirless untuk menekan kekuatan mereka. Kekuatan mereka dapat meledak.
Semakin besar kekuatan seorang Weirless, maka semakin besar pula jarak ledakan kekuatan mereka, dan itu akan membahayakan manusia biasa di sekitar mereka. Adela menatap kearah wajah putrinya yang terlihat menahan rasa sakit lalu menatap putranya yang terlihat khawatir dengan kondisi adiknya.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Adela.
"Aku baik-baik saja, ibu. Aku hanya khawatir dengan keadaan Alecia," ucap Aric.
Adela mengembuskan napas pelan dan tersenyum lembut kepada putranya. "Kau sebaiknya beristirahat. Ibu akan menemani Alecia."
"Tapi…"
"Aric," ucap Adela tanpa menghilangkan senyuman lembut di wajahnya.
Aric hanya menuruti perkataan ibunya dan berjalan meninggalkan Adela di kamar Alecia. Setelah Aric meninggalkan kamar Alecia. Kini Jayden yang masuk menghampiri istrinya. Adela yang melihat kedatangan suaminya mengembuskan napas pelan, membuat Jayden menatap istrinya dengan bingung.
"Hah … anak itu sudah dua hari tidak istirahat dan ia tidak sadar jika kekuatannya mengalir untuk menstabilkan kekuatan Alecia karena mengikuti emosinya, dan karena dia tidak memiliki ingatan mengenai kondisinya, kau seharusnya menemaninya dan kau tidak membuatnya istirahat," ucap Adela dan langsung menatap suaminya yang hanya bisa terdiam sambil mengalihkan pandangan dari istirnya yang terlihat cukup mengerikan. "Apa kau ingin mengatakan sesuatu?"
Jayden hanya bisa mengembuskan napas pelan dan memberanikan diri untuk menatap istirnya. "Aku minta maaf."
.
.
.
.
Saat Aric kembali ke kamarnya, rasa lelah yang sebelumnya tidak ia rasakan tiba-tiba muncul diikuti dengan kepalanya yang terasa begitu pusing. "Komandan!"
Aric yang tiba-tiba mendengar suara seorang wanita yang terdengar familiar namun ia tidak bisa mengingat di mana ia pernah mendengar suara itu, dan dari mana suara yang ia dengar itu berasal. Karena saat ia menatap sekitar kamarnya, ia tidak menemukan siapapun di sana, dan suana kamar yang masih terlihat sangat sunyi.
"Apa aku berhalusinasi karena terlalu lelah?" tanya Aric bingung.
Namun rasa bingung itu langsung menghilang saat terdengar suara ketukan pintu yang menggema di kamarnya. Saat ia membuka pintu, terlihat Takeo yang berdiri di hadapannya. "Kenapa?"
"Aku harus kembali ke distrik Atlima untuk memberikan latihan khusus kepada tim nasional, dan orang tuaku meminta untuk meminta izin Belyn tinggal di sini sampai urusanku selesai. Aku hanya membutuhkan waktu dua minggu," ucap Takeo.
"Lalu kenapa kau bilang kepadaku? Orang tuaku sudah kembali, kau bisa berbicara langsung kepada mereka," ucap Aric bingung.
"Ayah dan ibumu masih berada di kamar Alecia, dan aku tidak ingin mengganggu mereka yang sudah menghawatirkan keadaan Alecia," ucap Takeo.
Aric hanya bisa mengembuskan napas pelan dan mengganggukkan kepalanya. "Aku akan berbicara kepada orang tuaku untuk meminta izin. Kapan kau pergi?"
Aku harus pergi malam ini," ucap Takeo.
"Hah … baiklah, tunggulah di bawah, aku akan berbicara dengan mereka," ucap Aric.
Takeo menganggukkan kepala lalu berjalan meninggalkan Aric. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar perkataan Aric dan membuatnya berbalik menatap sahabat masa kecilnya itu dengan wajah malam. "Kau berhutang padaku."
"Ugh … aku tahu," ucap Takeo dan kembali berjalan menjauh dari Aric.
Aric yang awalnya berencana untuk beristirahat memutuskan untuk kembali ke kamar Alecia dan berbicara kepada orang tuanya untuk membahas permintaan Takeo.
***
Alecia yang awalnya menutup mata dengan tubuh yang panas dan tenggorokan yang terasa sakit bersamaan dengan seluruh tubuhnya membuka mata saat seluruh rasa sakit itu menghilang. Namun ia menjadi bingung saat pemandangan yang ia lihat bukanlah kamarnya melainkan padang rumput dengan danau yang sangat luas.
Ia baru menyadari jika saat ini ia sedang berbaring di bawah pohon dengan menggunakan paha seorang wanita yang wajahnya tidak bisa ia lihat dengan jelas karena silaunya sinar matahari sebagai bantalan.
Meskipun ia tidak bisa melihat wajah wanita itu, Alecia dapat melihat bibir wanita itu tersenyum lembut kepadanya. Rambutnya yang berwarna merah bergelombang panjang terhembus angin lembut yang terasa begitu menyegarkan. Alecia ingin berdiri untuk melihat wajah wanita itu lebih jelas. Namun, tubuhnya menolak untuk melakukan permintaannya.
Sehingga Alecia hanya bisa diam menatap wanita itu dengan bingung. "Semua menghawatirkanmu, putriku. Sekarang hidupmu sudah lebih baik. Jadi, lupakanlah masa lalu yang menakutkan itu."
Alecia dapat mendengar suara yang begitu merdu dari wanita itu, membuatnya merasa sangat nyaman berada disekitar wanita itu. Tangan lembut mengelus rambut Alecia dan membuat gadis kecil itu kembali terlelap. "Ingatlah … sekarang kau tidak sendiri. 'Sang Terpilih' akan melindungimu, putriku … Alecia *** ***."
.
.
.
.
Saat Alecia membuka matanya, pemandangan yang pertama kali ia lihat adalah pemandangan langit kamarnya. Pemandangan yang sama seperti yang selalu ia lihat setiap kali bangun tidur semenjak menjadi bagian dari keluarga Shamus. Ia menatap kesekelilingnya, namun tidak menemukan seorangpun.
Suasan yang begitu sunyi dan menenangkan. Suasana yang sama seperti sebelumnya, namun entah mengapa dalam kesunyian ini membuat perasaan Alecia menjadi semakin tidak tenang. Saat terdengar suara pintu kamarnya yang terbuka, Alecia menjadi terkejut dan langsung menatap kearah pintu kamarnya dengan ekspresi ketakutan.
"Cia, ada apa?" tanya Adela dan langsug menghampiri putrinya yang akhirnya bangun dengan khawatir. "Jade, pagil Araide!"
Jade yang berjaga di depan pintu kamar Alecia mendengar perintah nyonya besarnya dan segera pergi untuk memanggil dokter pribadi keluarga Shamus. Alecia yang melihat wajah ibunya menjadi terdiam dengan air mata yang mengalir deras sehingga membuat Adela menjadi semakin khawatir. "Mama?"
"Iya sayang, mama di sini," ucap Adela.
"Papa? Kak Aric?"
"Mereka sebentar lagi akan datang setelah mendengar kabar kalau kamu akhirnya bangun," ucap Adela.
"Uwaaahhh … mama!"
Tangis yang selama ini Alecia tahan akhirnya pecah, dan Adela segera memeluk putri kecilnya untuk menenangkannya. "Tenang saja sayang. Mama, papa, kak Aric akan melindungimu. Kami tidak akan membiarkan siapapun melukaimu," ucap Adela.
"Hiks …. Hiks …. Hiks…"
Aric dan Jayden yang baru saja tiba dengan pakaian latihan mereka tersenyum saat melihat Alecia dan Adela yang berpelukan. Aric dan Jayden yang sebelumnya sedang berlatih bersama di halaman belakang mendapatkan kabar dari Monica jika Alecia telah bangun. Sehingga mereka langsung berlari menuju kamar Alecia tanpa menyadari kondisi mereka yang masih menganakan kaos putih polos dengan celana olahraga.
.
.
.
.
Setelah Alecia menjadi tenang, Araide segera memeriksa kondisi nona muda keluarga Shamus dan menjadi pusat perhatian dari ketiga anggota keluarga Shamus, sehingga membuat Araide cukup gugup saat mendapatkan tatapan tajam dari Jayden dan Aric.
"Bagaimana kondisi Alecia sekarang?" tanya Adela dengan rasa khawatir yang belum juga menghilang.
"Anda tidak perlu khawatir. Nona muda telah melalui masa pemangkitan dengan lancar dan tidak ada masalah pada tubuhnya. Namun, saya sarankan untuk tetap beristirahat dan berolahraga ringan selama beberapa hari untuk mengembalikan tenaganya. Selain itu, untuk beberapa hari, saya sarankan agar nona muda tidak memakan sesuatu yang berat terlebih dulu," ucap Araide.
"Syukurlah. Terima kasih, dokter Araide," ucap Adela yang akhirnya bisa bernapa lega.
"Saya hanya melakukan apa yang harus saya lakukan, dan karena kekuatan nona muda sudah terbangkitkan. Saya harap Anda bisa melatih nona muda untuk mengendalikan auranya lebih dulu. Karena aliran kekuatannya nona muda masih belum stabil sepenuhnya," ucap Araide.
Adela menganggukkan kepala. "Baiklah."
Setelah selesai dengan tugasnya, Araide membungkukkan badan untuk memberi salam sebelum berjalan meninggalkan kamar Alecia dengan diikuti Jade dan Jayden. Sedanghkan Aric langsung duduk di tempat tidur Alecia dan mengelus kepala adik kesayangannya itu dengan lembut. "Kau sungguh membuat kami khawatir. Tapi, selamat atas keberhasilanmu menjadi Weirless. Kamu sudah bekerja keras."
"Weirless?" tanya Alecia yang masih bingung dengan percakapan orang-orang dewasa di sekitarnya.
"Tidak masalah! Mama akan mengajarkan Alecia semuanya mengenai Weirless!" ucap Adela dengan semangat.
Meskipun Alecia tidak mengerti dengan maksud dari kakak dan ibunya. Namun, mendengar Adela akan mengajarinya secara langsung, membuat Alecia bersemangat. Alecia menganggukkan kepala dengan semangat dan tersenyum lebar. "Hm-mh!"
Bersambung….