Setelah selesai membeli pakaian baru untuk Alecia dan yang lainnya, Aric membawa keempat anak itu menuju taman bermain Emporia yang berlokasi di pesisir pantai Emporia. Taman bermain yang cukup ramai karena terkenal di Everland dengan pemandangan laut yang indah. Ini adalah pertama kali bagi Karl dan Lian pergi ke taman bermain Emporia, sehingga kedua anak itu terlihat sangat takjub saat melihat pintu masuk taman bermain Emporia.
Kini mereka sedang duduk di kursi yang ada di dekat pintu masuk sambil menunggu Monica dan Jade pergi untuk membelikan mereka tiket masuk. Karena hari ini bukanlah hari libur besar. Sehingga taman bermain ini tidak terlihat begitu ramai. Sehingga, mereka dapat menghabiskan waktu dengan lebih bebas. Terutama bagi Aric yang tidak begitu menyukai keramaian.
"Apa yang akan kita mainkan nanti?" tanya Alecia.
"Saya tidak pernah datang kemari, jadi saya sendiri tidak tahu, nona Alecia," ucap Lian.
"Kak Lian! Bukankah sudah aku bilang untuk memanggilku Cia!" ucap Alecia kesal.
"Ah … maaf, saya … maksudku, aku belum terbiasa. Maaf Cia," ucap Lian.
Aric yang memperhatikan keempat anak itu berdiskusi hanya bisa tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya. "Cia, kau seharusnya tidak memaksa Lian jika dia memang tidak nyaman."
"Baik kak. Maaf kak Lian," ucap Alecia yang terlihat merasa bersalah sambil sedikit membungkukkan badannya sebagai permintaan maaf.
Lian yang tiba-tiba mendapatkan permintaan maaf dari Alecia menjadi terkejut sekaligus panik. "Kau tidak perlu meminta maaf untuk masalah kecil seperti ini, aku hanya tidak biasa memanggil nama pendek seseorang," ucap Lian.
"Hm … kalau kau memang tidak terbiasa, panggil saja aku Belyn dan dia Alecia. Lagipula, kau lebih tua dari kami dan kau tidak perlu berbicara formal. Tapi, tentu saja Karl harus memanggil aku kak Belyn dan dia kak Alecia," ucap Belyn dengan senyuman lebar.
"Dia ingin sekali di panggil kakak, bukan?" tanya Aric kepada Takeo yang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap adik kesayangannya itu.
"Sepertinya begitu … karena dia anak terakhir, jadi aku rasa dia menginginkan adik?" ucap Takeo.
"Kenapa tidak bilang kepada orang tuamu saja?" tanya Aric yang langsung mendapatkan tatapan aneh dari Takeo. "Kenapa?"
"Tolong jangan membekan ide itu di depan Belyn, atau dia akan benar-benar meminta kepada orang tuaku," ucap Takeo sambil mengembuskan napas pelan.
"Bukankah hanya bertanya pendapat orang tuamu? Kenapa kau terlihat seperti kelelahan?" tanya Aric bingung.
"Hah … intinya aku tidak ingin memiliki adik lagi. Sekian dan terima kasih," ucap Takeo.
"Itu terserah kalian. Aku hanya memberikan saran," ucap Aric dengan wajah datar.
Setelah menunggu selama lima belas menit, akhirnya Jade dan Monica kembali dengan tiket masuk taman bermain di tangan mereka. "Maaf membuat Anda menunggu lama, tuan muda," ucap Jade.
"Tidak masalah," ucap Aric lalu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada Alecia. "Ayo kita masuk."
Alecia dengan semangat menggandeng tangan kakaknya. Belyn menggandeng tangan Takeo. Sedangkan Karl dan Lian menggandeng tangan Jade dan Monica. Mereka berjalan memasuki taman bermain untuk menghabiskan waktu bersama.
.
.
.
Seorang pria dan wanita dengan mengenakan kacamata hitam dan masker hitam polos yang menutupi sebagian wajah mereka tengah duduk di salah satu café yang ada di dalam taman bermain dan sedang memperhatikan Aric yang lainnya yang baru saja tiba untuk makan siang setelah menghabiskan banyak waktu menemani kempat anak itu bermain.
"Apa kau yakin akan melakukannya sekarang? Bukankah tuan muda Shamus memerintahkan kita untuk melakukannya di sekolah?" tanya Pria yang menemani wanita berambut merah di hadapannya.
"Aku tahu jika tuan muda Shamus meminta kita untuk bertemu dengan Alecia saat pulang sekolah senin besok. Tapi, beliau tidak pernah melarang kita untuk bertemu tanpa sengaja di tempat umum, bukan? Jadi, diamlah dan ikuti saja apa yang aku lakukan, Akito."
Akito hanya bisa mengembuskan napas pelan dan mengikuti apapun yang sedang di rencanakan wanita di hadapannya. Di saat Katelyn fokus memperhatikan Aric dan yang lainnya, Akito hanya diam sambil bermain phonselnya. Hingga tiba-tiba Katelyn menariknya meninggalkan meja mereka.
Akito yang bingung dengan apa yang baru saja terjadi hanya bisa diam dan membiarkan Katelyn menariknya. Ia melirik kearah meja yang di tempati Aric dan yang lainnya, dan melihat jika Alecia tidak bersama dengan Aric dan yang lainnya. Kemana Alecia? Apa tuan muda Shamus membiarkannya pergi sendirian? Pikir Akito dan langsung berhenti, sehingga membuat Katelyn ikut berhenti dan menatapnya dengan bingung.
"Kau mau menarikku masuk ke sana?" tanya Akito sambil menunjuk kearah toilet wanita yang akan di tuju oleh Katelyn.
"Oh … benar juga. Maaf, aku akan pergi duluan. Kau tunggu saja di sini," ucap Katelyn.
Akito menganggukkan kepala dan menunggu Katelyn sambil bersandar di bawah pohon yang dekat dengan toilet. "Saya tidak menyangkah akan bertemu dengan Anda, tuan Kaede."
Mendengar suara yang formal dan sangat familiar, membuat Akito terkejut dan menatap kearah Jade yang tersenyum ramah kepadanya. Sehingga, membuat Akito mengembangkan senyuman yang biasa ia gunakan dalam berbisnis.
"Saya juga tidak menduga akan bertemu dengan Anda di sini. Apa Anda sendirian?" tanya Akito.
"Saya bersama dengan tuan dan nona muda Aric, dan juga teman-teman mereka. Saya tidak menduga jika Anda suka datang ke tempat ini sendirian," ucap Jade.
Saat Jade mengatakan itu, entah mengapa Akito merasa kesal. Namun, membiarkannya dan tetap tesenyum kepada pelayan di hadapannya. "Saya sedang bersama dengan Katelyn. Kami sedang berkencan."
"Begitu … kalau begitu, selamat bersenang-senang," ucap Jade yang langsung di jawab oleh Akito dengan anggukkan kepala.
Jade berbalik dan akan berjalan meninggalkan Akito, dan membuat pria itu dapat bernapas lega karena berpikir jika ia dan Katelyn sengaja mengikuti mereka untuk bertemu dengan Alecia. Namun, perkataan Jade seketika membuat Akito terdiam membeku.
"Kali ini, tuan muda tidak mempermasalahkan rencana kecil kalian. Karena dia tahu bagaimana nona Halle sangat ingin bertemu dengan keponakannya. Tapi, tuan muda tidak menyukai seseorang yang bersikap semaunya," ucap Jade.
"Apa maksud–"
"Anda seharusnya sangat paham dengan apa yang saya maksud. Saya harap Anda tidak lupa siapa yang kalian hadapi, dan tidak berbuat semaunya, atau kalian akan menerima akibatnya secara langsung bukan dari keluarga Shamus, melainkan tuan muda Aric sendiri," ucap Jade sambil melirik Akito tajam.
"Memang apa salahnya jika bibi bertemu keponakannya? Kenapa kalian berusaha menahan Katelyn?!" tanya Akito yang mulai kesal dengan sikap Jade dan berusaha menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatannya.
"Meskipun kalian berasal dari organisasi WPC, sepertinya kalian tidak mengetahui kondisi nona Alecia," ucap Jade sambil menggelengkan kepala pelan dan membuat Akito terdiam membeku.
Rasa kesalnya seketika menghilang dan di gantikan rasa terkejut menatap Jade. Jade berbalik dan menyeringai. "Hanya karena kalian berasal dari WPC, bukan berarti saya akan takut dengan kalian. Bagaimanapun, kalian hanyalah perkumpulan anak-anak yang pengalaman belum lebih dari puluhan tahun, dan akan lebih baik kau belajar untuk menahan diri saat terprovokasi oleh musuh dan tidak menggunakan kekuatan di depan umum, bukan?"
"…"
Akito hanya diam dan suasana di sekitar mereka terasa begitu sunyi dan mencengkam. Hingga suara teriakan menyadarkan kedua pria itu.
"Aaahhh!! Jade! Kak Aric!"
Jade yang mengenali suara itu segera berlari memasuki menghampiri Alecia tanpa mempedulikan jika ia memasuki toilet wanita diikuti oleh Akito. Saat kedua wanita itu masuk, mereka melihat Katelyn yang terlihat terkejut sekaligus kebingungan menatap khawatir Alecia yang berlutut dengan tubuh bergetar dan kedua tangan yang melindungi kepalanya.
"Aku tidak ingin kembali! Kalian bukan keluargaku! Aku ingin bersama kak Aric … ayah … dan ibuku!" teriak Alecia dengan air mata yang membasahi wajah munyilnya.
"Ta–"
"Jangan mendekat," ucap Jade memotong perkataan Katelyn, dan membuat wanita itu terkejut saat melihat kemunculan Jade, dan pria di belakang Akito yang kini menatapnya tajam dan dingin.
Seketika suasana menjadi begitu hening, namun Jade tidak terlihat begitu khawatir saat merasakan aura yang begitu familiar baginya. Sedangkan Katelyn dan Akito terdiam membeku dengan tubuh yang bergetar.
"Inilah alasan kenapa aku meminta kau untuk mendekati Alecia secara perlahan. Karena kau tidak tahu apa yang kakak dan suaminya lakukan kepada Alecia. Dengan rambut dan wajahmu yang mirip dengan kakak kandungmu itu. Tentu saja Alecia akan salah mengira," ucap Aric yang berjalan menghampiri Alecia yang masih berlutut dan menggunaan kedua tangannya untuk melindungi kepalanya
Setiap langkah yang di ambil Aric terasa begitu berat sehingga membuat Katelyn dan Akito berkeringat dingin. "Alecia belum sepenuhnya sembuh dari trauma yang diberikan kedua orang tuanya, tapi kemunculanmu membuat traumanya semakin besar. Kini dia sudah hidup bahagia bersama keluarga barunya. Apa lagi yang kau inginkan?"
Katelyn yan menatap Aric dapat melihat jika pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun, ia dapat melihat tatapan Aric yang menunjukkan ingin sekali menyingkirkan seseorang yang membuat adiknya menangis.
Aric kembali berbalik lalu berlutut di hadapan Alecia. "Cia, ini kakak."
Mendengar suara lembut yang sangat familiar baginya, Alecia memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap Aric dengan wajah yang di penuhi rasa takut. Aric tersenyum lembut kepadanya untuk memberkan rasa aman lalu mengangkatnya. "Tidak akan ada yang membawamu pergi dari keluarga Shamus. Kakak akan memastikan itu."
Merasakan kehangatan dari pelukan Aric, Alecia menjadi lebih tenang dan napasnya dapat kembali teratur. ""Hiks … hiks … aku ingin pulang … hiks … hiks … aku ingin bertemu mama dan papa … hiks … hiks…"
"Baiklah jika itu yang kau mau. Sekarang tidurlah, dan semua akan kembali seperti semula," ucap Aric.
Mendengar perkataan itu, Alecia akhinya menjadi tenang dan terlelap dalam pelukan Aric. Saat Aric berbalik, senyuman lembut di wajahnya menghilang dan digantikan wajah datar dan dingin. "Kau sudah melihat bagaimana respon Alecia saat bertemu denganmu. Akan lebih baik kita batalkan rencana awal kita, dan jangan pernah bertemu dengan Alecia lagi."
Katelyn hanya bisa menundukkan kepala tanpa mengatakan apapun saat Aric berjalan meninggalkan toilet dengan membawa Alecia dan diikuti Jade. Sebelum benar-benar meninggalkan toilet Aric melirik tajam kearah Katelyn yang hanya menundukkan kepala dan Akito yang menghampirinya. Tidak berguna.
Bersambung….