Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Istri impian

Vivi_Cynthia
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.5k
Views
Synopsis
Yuni pernah mengalami pengkhianatan yang diperbuat teman semasa sekolahnya. Sejak kejadian masa lalu itu, Yuni mudah menaruh curiga terhadap orang yang berbuat baik padanya. Setelah beberapa tahun berlalu, dia berjumpa kembali dengan si pengkhianat. Yuni malah bekerja pada Yudi, si pengkhianat. Demi sesuap nasi, Yuni menurunkan harga dirinya sampai kontrak kerja yang terlanjur dia tandatangani berakhir. Apakah Yuni bisa berdamai dengan masa lalunya atau Yuni memilih untuk membalas perbuatan curang Yadi melalui pekerjaannya? Temukan kisah unik Yadi dan Yuni dalam 'Istri Idaman'.
VIEW MORE

Chapter 1 - prolog

"Yud, kamu sudah paham cara mengerjakan soal yang ini?" telunjuk Yuni menunjuk salah satu soal matematika yang tertera pada lembar kertas soal.

Anak laki-laki yang dulunya terkenal sebagai biang onar namun satu tahun belakangan ini berubah menjadi murid berprestasi, menggeleng. Dialah Yudianto Purnomo.

Bibir Yuni mencebik kesal. Dia sudah kehabisan waktu sebelum lomba matematika tingkat nasional setara SMA dimulai sebentar lagi. Satu soal ini masih belum dia mengerti dan tadinya dia berharap Yudi, teman satu sekolah dengannya, bersedia membantu menerangkan cara menjawab soal ini.

"Sudahlah Yun, lagian belum tentu soal itu keluar saat ujian. Otak kamu kan encer, pasti bisa memenangkan lomba ini," Yudi menyemangati Yuni yang bergerak gelisah.

Tahun ini adalah tahun terakhir Yuni mengikuti lomba sebelum fokus mengikuti ujian nasional. Yuni menaruh harapan besar pada lomba ini. Makanya Yuni belajar sangat serius untuk mengikuti lomba hari ini.

"Kamu ngapain sih ikut lomba ini. Kasih kesempatan dong buat yang belum pernah menang kayak aku," ucap Yudi menepuk lengan Yuni.

"Aku mau ngumpulin piagam lomba ini untuk memuluskan jalanku mendaftar beasiswa di Universitas Negeri Surabaya," sahut Yuni tersipu malu.

Anak miskin seperti dirinya berharap besar pada ajang lomba seperti ini. Piagam hasil perlombaan-perlombaan yang selama ini dia ikuti tentu membuka jalan bagi Yuni untuk diterima masuk kampus idamannya lewat jalur bidik misi.

"Aku juga mau masuk ke UNS. Kebetulan banget ya. Berarti nanti kita bisa satu kampus."

"Belum tentu Yudi. Memangnya kamu tahu Yuni mau masuk jurusan apa?" celutuk salah satu peserta lomba yang berasal dari sekolahnya juga.

"Iya. Kamu sok tahu Yud," Yuni ikut melempar candaan terhadap Yudi.

"Mentang-mentang anak pak camat, dia kira tahu semua hal tentang warganya," ejek Mandra yang selalu bermulut julid.

Yudi menyorotkan tatapan sinisnya pada Mandra. Sedangkan Mandra yang memang orangnya cuek, hanya balas nyengir tanpa rasa takut. Malahan Yuni yang jadi isin. Dia satu-satunya perempuan yang diutus sekolah dalam perlombaan hari ini. Dan tiga peserta lainnya yang berasal dari sekolah yang sama dengannya adalah laki-laki.

Terdengar suara keras gebrakan meja yang dilakukan Yudi. Mandra dan Hilman terkejut. Begitu pula Yuni.

"Kenapa kamu nyebut kerjaan Bapak-ku seperti tadi, Mandra. Kamu nantangin aku," Yudi bangkit tiba-tiba, membuat kursi plastik yang diduduki menghantam lantai aula.

Emosi Yudi sudah diambang batas, dia membenci orang-orang yang mengejek pekerjaan orangtuanya.

Yuni bergegas menenangkan Yudi. Tangan Yuni bergerak menepuk punggung belakang Yudi.

"Maafin Mandra ya Yud. Dia tidak bermaksud mengolok pekerjaan ayahmu. Pak Achmad jadi salah satu sosok panutanku. Beliau bijak dalam memimpin dan peduli terhadap warganya. Kalau aku jadi putri Pak Achmad, aku pasti bangga. Diam-diam Mandra sebetulnya kagum sama ayahmu. Iya kan Mandra?" Dari samping tubuh Yudi, Yuni mengedipkan sebelah mata yang dia isyaratkan pada Mandra supaya mau bekerja sama.

"Tentu saja aku bangga dan menaruh hormat sama Pak Achmad. Maafkan aku Yud," sesal Mandra dengan tubuh kaku takut dibogem Yudi.

Melihat situasi yang menegangkan, Hilman ikut bantu meredam emosi Yudi yang mudah meletup.

Kayak apaan ya kalau orang gampang emosi. --Author bingung jabarinnya--

"Ayolah Yud, sebentar lagi lomba dimulai. Turunkan emosimu dan berfokus sama lomba ini saja. Bukannya kamu mau menjadi juara di lomba kali ini. Mandra juga sudah mengungkapkan penyesalannya kan, sudah jangan baper."

Hilman turut menepuk bahu kanan Yudi. Yuni mengacungkan jempol buat Hilman dari samping Yudi.

Perlahan emosi Yudi menyurut kemudian dia kembali bersikap santai seperti biasanya. Yuni, Hilman, dan Mandra yang melihat Yudi akhirnya dapat bernapas lega.

------

'Juara lomba matematika tingkat SMA sederajat wilayah Jawa Timur yang diadakan hari ini dimenangkan oleh saudara Yudianto Purnomo asal SMA 1 Surabaya. Silahkan buat saudara Yudi untuk maju ke depan bergabung bersama dua juara lainnya'

Kata-kata juri sayup-sayup masih bisa ditangkap.oleh telinga Yuni. Gadis remaja itu masih tertegun di tempat duduknya. Dia masih tidak bisa percaya melihat rekan sekolahnya memenangkan lomba hari ini.

Hilman dinyatakan sebagai juara tiga dan Mandra menjadi juara dua. Sedangkan Yudi menjadi juara satu.

Kenyataan ini tidak bisa diterima baik oleh logika Yuni.

Bukan, dia bukannya tidak mengakui kekalahannya. Yuni tidak sepicik itu. Dia ikut senang melihat wakil sekolahnya memenangkan lomba tapi kenapa dia sendirian yang tidak lolos? bagaimana nasib masa depannya yang berniat memanfaatkan piagam lomba hari ini yang dia harap sebagai jalan masuk menuju kampus favoritnya?

Hingga piagam penghargaan diterima masing-masing pemenang, pandangan Yuni tampak kosong.

"Sayang banget ya kamu gak jadi juara lagi. Aku tidak nyangka bisa ngalahin kamu," ucap Mandra dengan bangga.

Pikiran Yuni kembali fokus. Dia menengadah lalu menyunggingkan senyum kecil pada teman-temannya.

Berbeda dengan sikap Mandra yang menyombongkan diri, Yudi malahan tidak ikut menyombongkan diri. Yudi menatap iba melihat raut sendu di wajah Yuni. Hilman juga memberi tatapan iba pada Yuni.

"Apa ada soal yang tidak bisa kamu jawab di lembar soal?" tanya Hilman.

Yuni mengangguk.

"Soal Algoritma dan pecahan," ucap Yuni tersipu malu.

"Loh, itu mah gampang banget. Iya kan Yud," ujar Mandra mengibaskan tangannya.

Yuni menatap Yudi yang diam menatapnya. Yuni tahu Yudi iba melihatnya dan Yuni tak suka dikasihani oleh teman-temannya. Apalagi oleh Yudi yang kerap bersikap angkuh sejak awal Yuni mengenal Yudi.

"Menurutku, soal-soal yang tadi diujikan termasuk mudah karena guru kita sudah memberikan kisi-kisi soal yang hampir serupa. Aneh banget kamu yang jenius tidak bisa menjawab soal-soal itu," gumam Hilman mengerutkan dahi.

--Tunggu, apa maksud ucapan Hilman--

Suasana berisik di aula tidak membuat Yuni kehilangan fokus. Dia mendengar jelas perkataan Hilman mengenai kisi-kisi. Dan Yuni tidak paham dengan maksud ucapan Hilman.

"Kisi-kisi apa? aku tidak paham maksudmu," tanya Yuni menuntut jawaban Hilman.

Mandra tertawa mengejek sikap sok polos Yuni yang mengaku tak tahu apa-apa. sementara Yudi berjalan dengan langkah lebar menjauh dari teman-temannya. Yuni, Mandra, dan Hilman membiarkan Yudi pergi tanpa berpamitan.

"Guru kita sudah memberikan kisi-kisi materi soal latihan untuk lomba ini. Kita bahkan hanya mengandalkan soal latihan karena terus terang aku tidak mengulang pelajaran dari kelas satu hingga kelas tiga sekarang. Bisa pecah kepalaku kalau menghapal begitu banyak rumus," sahut Hilman.

"Aku juga malas belajar buat lomba hari ini. Kalau bukan karena dipaksa sama Pak Yoga, aku tidak berminat ikutan. Tapi akhirnya aku berhasil menjadi juara dua. Not bad," kekeh Mandra.

--Jadi ini penyebab aku tidak bisa menjawab soal-soal. Rupanya ini ulah Yudi yang menyembunyikan soal kisi-kisi yang seharusnya aku terima dari Pak Yogi--

Otak Yuni sudah bisa menebak siapa yang membuatnya kalah dalam lomba matematika hari ini. Dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia akhirnya pasrah menerima kekalahannya.

Dan lomba terakhir yang Yuni ikuti nyatanya meninggalkan bekas mendalam hingga bertahun-tahun kemudian. Perbuatan Yudi telah membuat Yuni kehilangan banyak hal. Di tahun itu, Yuni kehilangan keluarga terakhirnya, kehilangan mimpinya, kehilangan rasa percayanya terhadap orang lain. Ini semua karena perbuatan Yudi.

-----