Chereads / Sang Luna Yang Beruntung / Chapter 2 - Manusia Serigala Berhati Lembut

Chapter 2 - Manusia Serigala Berhati Lembut

"Kamu bisa menurunkanku" Kataku yang memintanya.

"Apa kamu sudah bisa berjalan sendiri" Jawabnya yang menurunkanku secara perlahan.

"Sudah, aku sudah lebih baik" Aku menatapnya dan tersenyum.

"Anderion Xantos, kamu bisa memanggilku Derion" Dia mengulurkan tangannya dan menjabat tanganku.

"Verona Laquiny" Jawabku singkat, menjabat tangannya sambil memberikan sebuah senyuman.

"Kamu memiliki senyuman yang manis, mengapa selalu menutupi wajahmu dengan tudung dan masker?" Tanya dia yang memuji diriku, disertai rasa penasaran.

"Terima kasih, dari mana asalmu?" Ucapku yang bertanya untuk mengalihkan pertanyaan darinya.

"Aku dari sebuah pack bernama Revo" Jawabnya sambil berjalan di tengah sebuah taman yang indah.

"Kamu manusia serigala?" Tanyaku mencoba meyakinkan.

"Iya benar" Dia tersenyum.

"Apa kamu takut kepadaku?" Tanya dirinya sambil menatapku.

"Kenapa aku harus takut kepadamu?" Aku tersenyum kepadanya.

"Terima kasih sudah membantuku" Sambungku.

"Tidak masalah itu bukan apa-apa" Dia yang mencoba rendah hati.

Kami berjalan di tengah sebuah taman yang di penuhi dengan bunga-bunga, berjalan bersebelahan melangkah kan kaki kami perlahan, selangkah demi selangkah menuju ke sebuah pohon besar di pusat kota.

Konon menurut orang-orang, pohon itu sudah ada sejak ribuan tahun lamanya, dan berdiri kokoh disana, di mana hembusan angin dan juga suara gemericik air terjun, membuat suasana di tempat itu begitu tenang.

"Ini bunga yang indah, ambillah" Dia memetik setangkai bunga yang baru saja mekar, dan memberikannya kepadaku.

"Terima kasih" Aku membalas dengan sebuah senyuman.

"Apa kamu suka bunga itu?" Tanya dia kembali sambil menghadap ke arahku dan berjalan mundur.

"Tentu saja, aku menyukai bunga, bagaimana denganmu, apa yang kamu suka?" Sambil memegang bunga yang dia terima, aku bertanya kembali kepadanya.

"Aku menyukai bunga, tapi aku lebih menyukai orang yang menerima bunga dariku" Ucapan manis yang keluar dari mulutnya, sambil melihat ke arah diriku.

Aku tersenyum kepadanya, kami berjalan kembali, rasanya baru kali ini aku berjalan bersama dengan seorang pria, merasakan sebuah kenyamanan dan juga kehangatan dari sebuah percakapan yang sederhana.

Fikiranku menjadi tidak menentu, apa kah dirinya juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan, atau hanya aku yang merasakan hal tersebut, aku ingin bertanya, namun mungkin itu bukan sebuah pertanyaan untuk dua mahkluk yang baru saja bertemu.

Meskipun manusia serigala, namun dia memiliki sikap dan juga tata krama benar-benar menunjukkan sebuah tanda seorang pria yang sejati, lembut dan sopan, serta manis dan romantis, aku tidak sabar, kejutan apa yang akan dia berikan ke depan.

Dan hubungan ini akan menjadi apa kedepannya, bagi ku menikmati hari ini terbangun di pagi hari, di kucilkan orang-orang, tanpa sarapan dan merasakan perut yang lapar, namun terbayar dengan datangnya laki-laki yang dengan tulusnya memberikan pertolongan, hari esok akan kah menjadi hari yang lebih baik, ah fikiranku benar-benar kemana-mana, harusnya aku fokus saja dengan saat ini, esok biarlah saja esok.

"Ada apa, kenapa kamu melamun" Dia memecah lamunanku.

"Tidak apa-apa" Jawabku tersenyum.

"Kita duduk di bawah sini" Ajaknya sambil duduk dan menikmati sebuah air terjun yang ada di depan kami.

Angin berhembus menerpa rambutku, terurai dan terbang mengikuti arah angin, daun-daun di pohon, bunga-bunga di sekelilingku tertiup secara perlahan, menebarkan wangi, gemericik suara air terjun, dan seorang manusia serigala yang berada di sampingku, terasa lengkap bagiku, rasa ini akan bertahan lama.

Dalam kebersamaan kami, sejenak seperti ada yang terlupakan fikirku, aduh celaka. Aku lupa siang ini akan menemani sahabatku ke kerajaan.

"Aku izin untuk pergi" Kataku tanpa memberitahu sebab kepergianku.

"Apa kita bisa bertemu lagi?" Dia berdiri dan mengucapkan sebuah kata yang benar-benar bagus untuk ku dengar.

"Tentu saja, kamu selalu bisa menemuiku" Aku menjawab dan kami berdua tertawa kecil.

Dia mengantarkan diriku pulang, aku digendong di bagian belakang, dan dia berlari dengan sangat cepatnya, benar-benar sebuah kekuatan yang tidak dimiliki manusia biasa, dia bisa dengan mudahnya untuk pergi ke suatu tempat dengan kecepatan yang dia miliki.

Sampai di depan rumahku, aku yang menawarkannya untuk masuk kedalam, namun saat aku menoleh dirinya sudah tidak ada, "Cepatnya," Fikirku.

Aku pun masuk kedalam rumah, ku dapati sahabatku yang sedang berada di dapur.

"Dari mana saja dirimu?" Tanya dia, sambil mengiris beberapa makanan.

"Orang-orang di pasar melempariku dengan benda-benda keras, lalu aku pun pergi dari sana" Jawabku menjelaskan kepadanya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Dia menghampiri diriku dan melihat keadaanku, kemudian mengobati luka di bagian kepalaku.

"Terima kasih" Ucapku kepadanya.

Dia memelukku dan mendekapku dengan sebuah pelukan, semakin keras dan keras pelukannya, air matanya terjatuh dan dia mengelus wajahku.

"Aku tidak akan meminta mu pergi ke keramaian lagi" Katanya khawatir sambil mengelap air matanya.

"Tenang saja kamu tidak usah khawatir" Ucapku tersenyum.

Kami pun memasak sebuah makanan dan mencoba beberapa resep yang kami bisa, kemudian mencicipinya dan memakannya.

Setelah hari cukup siang, kami berdua bersiap-siap, karena adanya undangan dari kerajaan dan juga untuk mendapatkan sekolah memasak gratis, aku segera ke sana dan juga sahabatku, kami berdandan dengan dandanan yang rapih dan memakai parfum.

Kami keluar dari pintu rumah, menuju ke sebuah istana yang megah, yang di hadiri orang-orang penting membawa anak-anak mereka bersekolah, di belakang istana, sebuah sekolah memasak dan juga bela diri bagi kaum pria begitu besar dan luas terbangun, dengan guru-guru yang sudah menanti.

Aku memakai penutup badan hingga wajah ku dan memakai masker, penyakit kulit yang aku alami sejak kecil, membuat diriku tidak diterima oleh orang-orang, hanya sahabatku yang menerima diriku dan mau menjagaku, kami sudah seperti saudara.

Bahkan di umurku yang sudah dua puluh enam tahun, hanya ada sekitar empat orang yang mengobrol denganku, termasuk sahabatku, dan juga Ander si manusia serigala yang berhati lembut.

Kami sampai di istana, di depan gerbang, penjaga mananyai kami maksud dan tujuan kami datang, dengan pakaian besi yang menutupi seluruh tubuh, tombak di tangan kanan dan perisai di tangan kiri, serta memakai helm membuat mereka tampak gagah berdiri sebagai penjaga di garis depan istana.

Masuk ke dalam, jembatan di turunkan, air besar yang di buat di dekat istana sebagai penjagaan tambahan bila saja ada orang yang menyusup masuk, di dalam air terdapat hewan-hewan buas yang siap memangsa, buaya terutama.

Sampai di depan istana kami pun di sambut dengan sangat baik, senyuman dan menundukkan setengah badan mereka ketika menyambut kami, dengan pakaian hitam dan putih di antara mereka, di singgasana terdapat seorang raja yang menunggu, menanti kehadiran kami, di dapur meja makan yang besar sudah siap dan menunggu kami.