Rena Sanghiang Hartal atau akrab disapa Rena adalah seorang gadis yang menempuh pendidikan lanjutan semester tiga di salah satu universitas ternama. Gadis cantik dengan rambut hitam panjang yang kerap kali diikat ponytail itu sedang sibuk menata kamar barunya. Kebetulan dua jam yang lalu dia baru saja tiba di kota perantauan untuk kembali melanjutkan studi.
Baju dalam kopernya ia keluarkan dan satu persatu dan dipindahkan dalam lemari. Kamarnya ini minimalis dengan ukuran 3x3 meter. Isinya pun sangat sederhana dengan satu kasur single bed, sebuah lemari, dan satu meja yang diperuntukan untuk belajar. Cukup nyaman jika hanya diisi seorang diri. Ia mulai merapikan seluruh isi kamar yang mungkin akan ditempatinya minimal hingga satu tahun kedepan. Ini juga akan menjadi pengalaman pertama baginya tinggal di sebuah kontrakan setelah tahun sebelumnya ia tinggal di asrama karena peraturan kampus.
Gadis itu kini mulai memisahkan peralatan mandi, peralatan memasak, hingga peralatan mencuci. Dari rumah, Rena hanya membawa beberapa baju dan peralatan penting lainnya sedangkan buku buku untuk kuliah sudah dipindahkan sebulan yang lalu dari asramanya.
Pintu kamar Rena diketuk tiga kali, dengan suara pelan Rena mempersilakan orang tersebut masuk. Seorang gadis berambut pendek sedikit ikal dengan kaos longgar dan celana jeans selutut berdiri di pintu kamar.
"Ren, boleh pinjem hanger nya gak? Punyaku kurang nih," pinta gadis tersebut. Dia adalah Naila Nurhakam atau Nai. Seorang gadis asal Kediri yang sudah menjadi temannya sejak masa maba dan juga teman sekelasnya sejak tingkat pertama. Naila sudah datang di kontrakan mereka tiga hari yang lalu karena pertemuannya dengan sang Dosen Pembimbing berlangsung lebih cepat.
"Hanger? Bentar ya aku cari dulu kayaknya tadi disini deh." Rena mencari hanger yang sebelumnya telah ia pisahkan. Hanger berbahan besi berjumlah sepuluh buah itu ia serahkan pada Naila lengkap dengan penjepit jemuran. Ia melakukan itu agar hangernya tidak berceceran.
"Ini pake aja dulu, kebetulan gak akan ku pake kok."
Naila menerimanya kemudian keluar setelah mengucapkan terima kasih. Terhitung satu minggu lagi kegiatan kuliah dilaksanakan. Jika boleh jujur sebenarnya Rena tidak ingin cepat-cepat kembali ke perantauan. Rasanya berada di rumah membuatnya terlena dan nyaman. Setiap hari makanan akan selalu tersedia karena disiapkan ibunya, sedangkan kembali ke perantauan membuat Rena harus menyiapkan makanan sendiri dan terkadang kebingungan. Belum lagi fakta bahwa ia harus pintar-pintar mengatur keuangannya.
Tiba-tiba hatinya merasa sedih, Rena mengalami homesick. Hal yang masih sering dirasakannya ketika sendiri. Untuk menghilangkan rasa sedihnya Rena memutuskan beranjak dan mencari kegiatan lain.
"Nai, udah makan belum?" Teriak Rena dari arah dapur. Dia saat ini sedang memanaskan nasi yang tadi di bawa dari rumah.
"Belum Ren, kenapa?" Ternyata Naila sudah ada di dapur menghampiri Rena. Gadis itu menyimpan ember yang tadi ia gunakan untuk mencuci.
"Mau pepes? Aku bawa dari rumah," tawarnya seraya mengangkat dua buah pepes yang terbungkus daun pisang.
"Mau! Wangi banget, Ren!"
Rena tersenyum bangga. Setelah mulai panas kedua gadis itu membawa dua buah piring serta pepes tadi dan membawanya keluar dari dapur.
Kini mereka berdua di duduk depan tv serta dua buah piring yang akan di santap. Keduanya duduk lesehan agar lebih nyaman. Terlebih lagi duduk di lantai membuat mereka lebih enak untuk ngobrol.
"Oh iya kata Mama ku kita harus rajin ngaji Nai," ujar Rena setelah berhasil menelan suapan pertamanya. Ibunya Rena memang berpesan kalau mereka harus rajin ibadah apalagi sebelumnya rumah itu kosong. Baru tahun ini saja pemilik rumah itu menyewakan untuk mahasiswa. Biasanya rumah ini hanya dijaga dan sesekali dibersihkan oleh seorang ibu yang memang ditugaskan untuk itu. "Chana kapan datang ya, biar kita gak berdua banget di rumah ini
"Belum tau, kita tanya aja nanti. Eh apa sekarang aja ya, siapa tau diangkat," usul Naila yang disetujui Rena. Gadis berambut pendek itu pun pergi ke kamarnya untuk mengambil ponsel. Setelah berhasil terhubung ponselnya disimpan di dekat tv dan ia kembali ke posisi duduknya semula melanjutkan makan.
"Halo Nai, tumben banget vcall," sapa seorang gadis di seberang telepon.
"Chanaa!!" Naila dan Rena kompak memanggil. Gadis di seberang terkekeh sebentar. Dia adalah gadis ketiga sekaligus terkahir yang akan tinggal bersama dengan Rena. Memang Rena, Naila dan Chana memilih untuk mengontrak rumah alih-alih ngekost seperti kebanyakan mahasiswa lainnya.
Naila bilang dengan mengontrak rumah akan lebih nyaman dan leluasa. Kebetulan rumah ini juga memiliki tiga kamar sehingga masing-masing memiliki satu.
"Heboh banget sih. Rena juga udah sampe?"
Chana atau nama aslinya Risa Kencana Putri adalah gadis asal Ciamis. Perangainya tinggi, lembut, ramah, serta tutur katanya yang baik. Selain itu Chana juga termasuk dalam pribadi yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di kampus.
Berbeda dengan Naila yang sedari awal telah berteman dengan Rena, Chana adalah teman satu jurusan namun berbeda kelas saat tingkat satu. Mereka mulai saling mengenal saat adanya kumpul angkatan. Saat itu Rena datang di kumpul angkatan namun gadis yang ada di sana hanya Chana seorang. Sejak pertemuan-pertemuan itulah keduanya menjadi dekat.
"Kapan kamu kesini? Nih liat aku sama Rena udah sampe. Tinggal kamu doang."
"Iya, aku baru nyampe tadi pagi, Chana kapan kesini. Ayolah biar kita bisa main dulu sebelum kuliah." Rena berbicara setelah menelan makanannya.
"Sebenarnya Chana mau kejutan, tapi gak apa-apa, besok aku kesana haha. Akhirnya dosen PA ku bisa ketemu lusa. Jadi mungkin sore nanti aku berangkat." Kata gadis itu lagi sambil memperlihatkan kondisi kamarnya. Ia sedang mempersiapkan koper dan tinggal memasukan beberapa baju yang sudah rapi.
Mata dua gadis yang sedang di kontrakan itu pun terlihat senang. Akhirnya penghuni kontrakannya akan lengkap.
"Chana jangan lupa oleh-olehnya." Naila berkata semangat. Dia dari awal memang sudah berpesan pada kedua temannya untuk membawa makanan khas atau sekadar cemilan.
"Iyaa, tenang aja. Pokoknya kalian tinggal siapin aja red carpet pas aku datang nanti ya," kekehnya. Pernyataan itu lantas mendapat sorakan heboh dari kedua gadis di sana.
"Nanti aku gelarin karpet masjid tenang aja," canda Rena. Dia baru saja kembali dari dapur setelah menyimpan piring kotornya.
"Heh, masa karpet masjid sih. Pokoknya red carpet ya, jangan lupa bunganya juga." Jawaban Chana itu malah membuat Naila semakin mencebikkan bibirnya. Namun siapapun dapat melihat jika sudut bibir gadis itu berkedut. "Yaudah ya fans-fans ku, aku mau lanjut beresin dulu bajunya. Biar besok nyampe. Bye bye." Gadis itu pamit dan video call di tutup.
"Asik banget deh, gak sabar seminggu lagi kuliah." Naila semangat.
"Ya, tapi sebelum itu...kita harus isi krs dulu dan perwalian tentunya." ujar Rena. Ya tujuannya datang lebih awal ke kota perantauan adalah untuk melakukan perwalian agar bisa mengisi KRS.
"Jam berapa Ren kamu ketemu dosennya?" Tanya Naila memastikan.
"Jam satu, Nai belum perwalian 'kan?" Rena bertanya balik. Ia tau temannya itu juga belum perwalian.
"Aku jam dua sih, ayo nanti bareng ke sana nya." Ajak Naila yang disetujui Rena.
"Sekarang Naila cuci piring dulu sana," usir Rena. Dia bersiap duduk di sofa dan menyalakan tv.
"Hadeh iyaa..."