Chereads / Kuncup Bunga Mawar / Chapter 7 - 7. Herbology

Chapter 7 - 7. Herbology

Baru minggu kedua kuliah sebenarnya cukup menyenangkan meski sangat padat. Tugas praktikum yang berupa laporan datang silih berganti setiap minggu, ada yang pengamatan, bekerja di lab, hingga hanya menggambar saja. Namun tekanan justru datang dari luar. Ospek Fakultas.

Seperti saat ini Rena dan dua temannya sedang bersantai di sofa kontrakan merekaย  dan baru saja pulang dari penugasan angkatan. Tak ada yang mau bergerak sedikitpun dan malah makin menyamankan posisi.

Teng!

Suara notifikasi ponsel Rena terdengar bersamaan dengan milik Chana. Rena membuka ponselnya dan mendapatkan pesan di grup Herbologynya.

Mahesa Lintang

Guys jangan lupa besok bayar 40k buat buku laporan herbology

"Chana, Nai, kalian udah bayar buku Herbology?" ujar Chana mengingatkan kedua temannya. Jujur saja ia sendiri lupa kalau saja Mahesa tak mengatakan di grup.

"Oh iya lupa, bayar ke siapa ya. Besok kan Herbology?"

"Iya, kemarin aku udah bayar sih 40 ribu keย  Raka."

"Kok Naila gak ingetin sih?" rajuk Chana.

"Lupa, kirain kalian udah soalnya emang perkelompok dikumpulin nya."

Rena masih mengamati grupnya yang sudah berubah nama dan sesekali tertawa, "Bayar ke Mahesa aja katanya. Di kolektif tiap kelompok."

"Besok masih bisa gak ya?"

"Udah aku bilang aku sama Chana bayar besok. Cek grup aja."

๐ŸŒฟ PEMBUANGAN HERBOLOGY ๐ŸŒฟ

Mahesa Lintang

Guys jangan lupa besok bayar 40k buat buku laporan herbology

Yudistira Keenan

Astaga kaget kirain apaan nama grup nya jadi pembuangan Herbology?

@Rena kamu yang bikin kan?

Rena Sanghiang

Bukan, Chana yang bikin. Mahesa yang ganti nama.

Mahesa Lintang

Heheheh kan bener. Kita kelompok 8 berasal dari buangan kelompok 1-5

Yudistira Keenan

Gue lebih suka jadi pilihan, eak

Kita tuh orang terpilih menjadi kelompok 8 ๐Ÿ“ฏ

Mahesa Lintang

Yeuu!

Eh buru bayar oy. Besok kita belajar Herbology. Katanya seru tau

Yudistira Keenan

Bayarnya ke siapa Hes?

Mahesa Lintang

Ke gue aja, perkelompok soale

Rianti Fifa

Gua udah ya tadi

Rena Sanghiang

Aku sama Chana belum, besok ya?

Mahesa Lintang

Iya Fifa. Oke Ren-Chana

Loh jadi Rencana WKWKWWKKW

Bisa gitu ya nama orang

Yudistira Keenan

Gue juga besok ya Mahes

Risa Kencana

๐Ÿ™ƒ๐Ÿ™ƒ๐Ÿ™„

Mahesa Lintang

Oke Yudis

Eh ada teteh manis dari ciamis

WKWKWK

Yudistira Keenan

Masih aja si Mahesa wkwkw. Sabar ya Chana

Risa Kencana

Makasih Yudis. Buat Mahe ๐Ÿ˜ก๐Ÿ‘Š

Rianti Fifa

Apasih gak ngerti guaa

Mahesa Lintang

Bubar gais ada Fifa huuu

Teteh Manis jangan marah ya, nanti bayarnya nambah 5k

Rena Sanghiang

Wkwkkw

Mahesa Lintang

Rena jangan ketawa, kalau ketawa bayar

Rena Sanghiang

๐Ÿ’ต๐Ÿ’ต๐Ÿ’ต

Yudistira Keenan

Mau mauan ladenin si Mahe

Rianti Fifa

Someone tell me, please

=====

"Apaan sih Mahesa tuh, ih." Chana masih menggerutu. Memang sejak seminggu yang lalu Mahesa kerap kali memanggilnya Teteh Manis dengan alasan dirinya yang berasal dari Ciamis.

"Kenapa sih Chan?" tanya Naila yang tak paham.

"Biasalah, Mahesa manggil dia Teteh Manis," jawab Rena enteng.

"Mending dipanggil Risa deh."

"Si Mahe suka kali sama kamu," ujar Naila lagi. "Tapi dia kayaknya manggil semua orang pake panggilan lain deh. Kemarin dia manggil aku apa coba, Lala-Lili karena namaku Naila."

"Hahahahaha." Keduanya tertawa mendengar penuturan Naila barusan.

"Naila lala lili, aneh banget."

"Emang."

======

Praktikum Herbology yang di tunggu-tunggu telah tiba. Kelas kali ini berlokasi di laboratorium lantai dua. Lab ini cukup luas dengan berbagai rak tempat menyimpan laporan nanti. Ketiga gadis itu sudah duduk di bangku masing-masing dengan buku laporannya.

Benar, tadi sebelum mengambil buku laporan mereka sudah lebih dulu membayarnya.

"Nah hari ini kita akan kuis, tapi karena buku laporan baru saja kalian terima jadi kuisnya di akhir," ujar satu dari empat asisten praktikum yang di panggil Teh Dina.

"Kalian ada 8 kelompok kan, ya? Nah 1-4 ikut Bang Satya dan Teh Dina, sementara 5-8 ikut saya dan Teh Zoya. Kita bakal keliling kampus untuk melihat daun daunan jadi kalian siapin catatan ya!" ujar asisten lain, Bang Tarek.

"Yeay jalan-jalan!" seru salah seorang dari barisan belakang.

"Awas ya kalo kalian capek, kita bakal keliling kampus nih," canda Bang Tarek.

Mereka semua pun keluar laboratorium dan mulai menjelajah. Satu ke arah kanan, dan satunya ke arah kiri. Tiap kelompok besar ini dibekali satu gantar untuk mengambil daun yang tinggi. Rena dan Chana jalan berdampingan lengkap dengan buku kecil di tangan.

"Kita sampai di pohon pertama, Angsana." Belum sampai dua menit mereka berjalan kini sudah terhenti di sebuah pohon besar yang berada di pinggir jalan. "Ayo yang bawa gantar ambil daunnya."

Seorang lelaki yang kalau tidak salah bernama Rayhan mengambil daun itu cukup banyak. Tanpa penjelasan apapun daun tersebut di berikan pada orang lain dan kembali berjalan.

Mereka berkeliling untuk megambil delapan jenis daun di sekitar kampus. Kegiatan ini cukup mengasyikkan juga membosankan karena mereka hanya mengikuti asisten, mengambil daun, mendengar penjelasan singkat, lalu berjalan lagi. Beberapa orang bahkan tertinggal karena lebih sibuk dengan bercandaan.

"Ren, liat Naya deh," pinta Chana menunjuk ke arah geng mereka berada.

Naya yang sekarang sudah 'didandani' dengan pernak pernik daun. Kepalanya dimahkotai daun buatan Haikal dan Mila, serta bajunya yang dilapisi sweater rajutan ditancapkan daun trembesi oleh Mahesa. Saat berjalan dia seperti melakukan fashion show hingga membuat beberapa orang tertawa karena tingkah mereka.

"Ya ampun, di jadiin percobaan." Rena terkekeh pelan. Dapat dia dengar Naya sudah protes dengan kelakuan teman-temannya tapi mereka tetap melakukan hal itu.

"Nggak Naya, lo itu udah cantik banget pake ini. Suwer deh. Kalau nanti ada lomba kita bikin maskot ratu daun." Mahesa masih berusaha menambah lagi deretan daun untuk mendandani Raya.

"Bener Ya, Nih bunganya biar lo makin badai." Mila ikut-ikutan.

Rena tak memperhatikan mereka lagi karena rombongan mereka bersiap ke lokasi daun ke tujuh.

====

Setelah total 16 daun terkumpul kelas praktikum pagi itu kembali ke laboratorium untuk mulai mengenali daun daun yang telah di bawa. Tiap kelompok diharuskan berkumpul dan berdiskusi mengidentifikasi daun-daun tadi.

"Naila, ayo pulang nanti ngobrol sebentar." Fajri datang menghampiri Naila ketika kelas disusun ulang perkelompok. Memang sejak Senin kemarin meski telah berkali-kali pasangan kekasih itu bersama tapi aura mereka tak terlohat membaik. Naila sellau memasang wajah malas setiap Fajri datang.

"Liat nanti, sekarang masih kelas," katanya kemudian Naila pergi ke kelompoknya sendiri.

"Rena oyy sini, Teteh Manis, sini."

Tangan Mahesa melambai-lambai di bagian pojok ruangan bersama Yudis dan Fifa.

Ternyata tugas mereka semua adalah untuk menggambar daun tersebut semirip mungkin dan menghafalkannya. Tidak sulit, tapi cukup memakan waktu dalam pengerjaannya. Untung saja mereka diberi waktu sekitar tiga hari.

Tapi sebelum itu semua kelompok harus bisa mengidentifikasi daun lebih dulu.

"Nih identifikasi. Kalian nyatet kan? Soalnya kami nggak. Hehe." Mahesa meyerahkan satu daun yang pertama kali mereka lihat, Angsana.

"Nyatet dong, emangnya Mahe malah sibuk dandanin fashion show?" Tawa terdengar di kelompok mereka.

"Cita-cita Mahesa mungkin jadi desainer, Chan. Gak apa apa," kata Rena mengingat kejadian tadi masih diiringi tawa.

"Tapi kasian tau si Naya sampe gatel gatel pipinya karena kena getah." Fifa berbicara sambil melihat-lihat daunnya. "Setelah belajar Herbology gue baru sadar kalo bentuk daun beda-beda ya."

"Sama, kirain gitu gitu aja, ternyata banyak."

"Itulah kenapa kita diharuskan saling mengenal, biar tahu."

"Daunnya majemuk ganda satu. Siapa yang mau mau ke depan dari kelompok kita?"

"Rena aja."

"Kok?"

"Oke, Rena aja."

Rena pun pasrah. Hanya menyebutkan saja kan?

"Rena, semangat jelasinnya!"

"Makasih Esa."