Semakin siang laut semakin pasang, terlihat beberapa orang menuju tengah mereka adalah peselancar surfing yang sengaja mencari ombak yang lebih besar.
Ega sedikit menepi karena ombak semakin besar, ia terpikat dengan kilauan benda yang ada di pasir, saat ia ambil ternyata adalah batu karang.
"Waahh cantik" gumam ega dalam hati
Ia mengambil botol kosong di tepi pantai dan mengambil kulit kerang dan batu karang yang menurut nya bagus untuk dibawa pulang, vika si bocah peniru itu mengikuti yang dilakukan kakak nya ia pun ikut mengumpulkan kulit kerang dan batu karang dan dimasukkan ke dalam botol yang kakak nya bawa.
"Istirahat dulu, ayo makan" ajak ibu kepada semua rombongan.
Ega dan adik nya segera menghampiri ibu, begitupun rombongan yang lain.
Mereka segera membuka bekal yang telah dibawa.
Makan di tepi pantai dengan bekal yang dibawa memiliki kesan yang berbeda,
lebih terasa kebersamaannya, ega terlihat kelaparan karena terus bermain air sejak pagi.
"Ombak nya semakin besar pindah ke pantai nampu saja yuk" ajak fina
"Yuk " sahut ega
Akhirnya rombongan itu segera membersihkan diri dan ganti baju di kamar mandi yang telah disediakan, tempat nya bersih air nya bening dan jernih.
Setelah semua selesai mandi mereka segera berangkat.
Siang itu terasa sangat panas, untunglah mereka sudah makan sebab anak tangga yang mereka naiki terasa lebih melelahkan.
"Akhirnya sampai atas juga", keluh ega Mereka segera menuju parkiran mobil semakin siang pengunjung semakin banyak.
Bapak segera membawa rombongan menuju pantai nampu,, jarak nya dari pantai wedi ombo hanya sekitar 5kilo.
Tapi jalanan menuju kesana lebih menurun tajam.
"Hati hati pak" pinta ibu
Setelah berhasil parkir semua rombongan turun, dan kembali menuruni anak tangga, kali ini tidak begitu curam sehingga lebih menghemat tenaga, ombak nya pun lebih tenang,
di pantai nampu banyak perahu nelayan yang bersandar.
Ega dan rombongan sengaja ke pantai nampu untuk membeli tangkapan laut para nelayan.
Mereka berjalan menyusuri tepi pantai berharap bertemu nelayan.
Berbeda dari pantai wedi ombo di pantai nampu pasir nya terasa panas, membuat mereka berlari kecil.
Mereka akhirnya berteduh di bawah pohon besar.
Dibawah pohon besar itu ada tanaman merambat seperti eceng gondok tapi daunnya lebih kecil, mereka menunggu disitu.
Ega melihat sekeliling ada warung yang banya beratapan tenda, karena sangat panas ega ingin membeli minuman.
"Aku mau beli degan, siapa mau ikut" ajak ega
Yang muda segera mengikuti ega menuju warung itu.
Ega segera memesan 4 es degan utuh untuk keluarga nya sendiri.
"Buk, biasanya nelayan pulang melaut jam berapa ya?" tanya ega kepada penjual
" Biasa nya jam segini sudah pada menepi mbak, coba ditunggu saja"jelas ibu penjual.
Ega kembali menghampiri ibu nya yang sedang duduk sambil membawa es degan pesanannya.
Ega segera meminum es degan itu,
"Aaghh segerr" kata ega lega
Mereka saling bercerita sambil menunggi ada nelayan yang singgah.
Ega mengorek orek pasir berharap menemukan sesuatu, tapi ia melihat seperti ada sesuatu kecil yang melompat tidak begitu jelas, sampai akhirnya dia mengamati dengan serius benda apa itu.
Ia segera menangkap benda yang melompat tadi berusaha untuk menggenggamnya, saat ia membuka genggaman tangannya dan melihat nya dengan seksama ternyata itu adalah udang kecil.
Sangat banyak tapi begitu lincah sulit untuk ditangkap.
Ega kembali menggali pasir berharap ada binatang lain yang lebih besar tapi ia hanya menemukan binatang pong pongan dan menemukan bayi kepiting.
Ega tak membawanya pulang semua binatang itu kembali ia lepaskan.
Setelah menunggu cukup lama nelayan yang mereka tunggu tak juga ada yang menepi.
Karena sudah sore akhirnya mereka memutuskan untuk pulang.
"Yasudah pulang saja, semoga lain kali kita beruntung" ajak ibu bijak
Akhirnya semuanya memutuskan untuk pulang.
Mereka segera menuju parkiran dan segera masuk ke dalam mobil, bapak segera menyetarter mobil nya karena semua sudah tidak tahan dengan panas yang menyengat.
Saat mobil sudah jalan, udara nya menjadi sejuk mereka terlihat lega.
Mereka melewati jalan yang tadi mereka lalui saat berangkat.
Semua nya terlihat sangat lelah.
Akhirnya mereka telah sampai di rumah mereka pun segera pulang ke rumah masing masing untuk beristirahat.
Ega segera meletakkan tas nya di lantai ia segera masuk kamar dan merebahkan badannya di atas kasur, karena sangking lelah nya ia sampai ketiduran.
Ega terbangun karena mendengar hp nya yang terus berbunyi, ia segera mengambil hp itu dari tas nya.
Ternyata itu adalah panggilan dari ama pria yang meminta berkenalan dengannya saat pulang sekolah.
Ega tidak mau menjawab telpon itu justru mematikan hp nya, karena telah sore akhirnya ia pun bangun.
Ega merasa sangat terganggu dengan pria itu, karena setiap hari selalu menghubungi nya, baik melalui wa maupun melalui telepon.
"Ngapain sih cowok ini telpon terus, nggak ada kerjaan apa yak!?" gumam nya kesal.
***
Malam itu ega dan keluarga sedang duduk di pelataran rumah sambil membuat api unggun, bapak ingin membuat singkong bakar dari api itu, ia segera mencabut satu pohon singkong yang terlihat sangat besar.
Dan benar saja umbi nya besar dan banyak,
"Waahhh banyak dan besar besar, yang ini untuk di kukus besok ya buk" sembari menyisihkan 2 lonjor singkong yang terlihat montok.
Ibu segera mengambil dan menyimpan nya di dapur.
Nenek ega adalah seorang petani, di ladang ia menanam jagung kacang dan kedelai, sedangkan di rumah ia hanya menanam singkong, beliau masih kuat sehingga menggarap ladang nya sendiri terkadang dibantu oleh anak nya yang ke dua yang biasa ega panggil pak lek.
Saat asyik membakar singkong dengan bapak nya tiba tiba hp ega kembali berdering.
Ega segera melihat siapa yang menelponnya, ternyata itu dari ama lagi,
"siapa ga, kenapa tidak diangkat?" tanya bapak
"Dari temen pak" jawab ega gugup.
Ega segera melipir menjauh dari bapak nya, ia ke samping rumah untuk mengangkat telpon itu.
"Hallo!" jawab ega ketus
Ama tidak segera menjawab ega
"Hallo ga..." jawab ama terdengar gugup
"Ada apa ya?" tanya ega lagi
"Kaammm kamu gimana kabarnya?"tanya ama
"Aku lagi sibuk nih, maaf ya aku tutup dulu telponnya" ega segera mematikan telpon itu.
"Nggak penting banget sih" ujar ega kesal dengan ama.
Sebetulnya ega adalah gadis yang ramah tapi karena ia mengira bahwa ama lah yang membuat rasyid pergi, ia jadi membenci ama.
Ega segera kembali bergabung dengan orangtua nya.
"Ga, bantu ibu bikin teh yuk" ajak ibu nya
"Iya buk" balas ega yang segera menuju dapur
Ternyata sang ibu sedang menggoreng pisang untuk temen nge teh malam itu.
Malam itu tidak turun hujan, langit sangat cerah dengan bulan dan bintang yang bertaburan.
Ega serasa ingin tinggal di desa bersama nenek, tapi ia tahu bahwa bapak nya tidak akan mengizinkan.