Waktu menunjukkan pukul 04.00 alarm pada hp ega terus menyala, ia sengaja mengatur alarm pada jam itu karena harus membantu ibu nya memasak dan mempersiapkan bekal untuk dibawa ke pantai.
Ega sangat bersemangat, ia segera beranjak dari kasurnya, melipat selimut yang ia pakai dan meletakkan diatas bantal nya.
Membuka pintu kamar dengan pelan, ia tidak mau nenek terbangun, selama pulang kampung ega sengaja tidur bersama nenek nya, maklum sejak kecil ia diasuh dan selalu bersama sang nenek.
Ega berjalan menuju dapur, ia melihat ibu nya yang sudah mulai sibuk menyiapkan wajan dan peralatan lainnya.
"Buk,ega bantuin apa nih?" kata ega dengan suara yang pelan
"Ehh kamu beneran bangun nduk?pinter... Tolong ambilkan semua bahan yang kemaren kita beli di pasar ya,ada di kulkas!" perintah ibu nya
Ega menganggukkan kepala nya dan memutar badan untuk mengambil semua bahan di kulkas yang terletak di dekat pintu dapur.
Baru membuka pintu kulkas ega merasa dingin, sebab jika malam sampai matahari terbit cuaca di desa sangat dingin, ditambah dinginnya kulkas membuat bulu kuduk nya berdiri.
Ia mengambil semua bahan yang dibeli kemaren, satu kresek ia bawa semua ditambah sosis dan nugget yang ia beli.
Hari itu mereka ingin memasak yang mudah dan cepat saja supaya tidak repot.
"Ini buk, semua sudah ega ambil" kata ega sambil meletakkan semua belanjaannya diatas meja dapur yang pendek.
"Iya makasih sayang" jawab ibu nya
"Ga, kamu masak nasi ya ambil 5 gelas beras!" perintah ibu nya
Ega langsung mengambil panci magic gar yang berada di rak dan segera memenuhi nya dengan beras sesuai perintah ibu.
Ibu sendiri segera menggoreng daging ayam yang langsung ia ungkep sepulangnya dari pasar kemaren.
Ega sendiri segera mencuci bersih beras itu dan segera memasaknya.
Ega kembali ke dapur untuk membantu ibu nya, mereka berdua akan memasak ayam goreng dengan sambal tomat lengkap dengan lalapan timun terong dan kemangi. Ega sendiri sudah request untuk di gorengkan sosis dan nugget untuk tambahan bekal nya.
Sebelum jam 6 semua sudah selesai.
Ibu segera membuatkan bapak kopi, dan membuatkan teh untuk nenek.
Karena vika belum bangun ega sengaja masuk ke kamar vika untuk membangunkannya.
Ia membuka pintu kamar adik nya itu dan segera membuka korden dan jendela, sengaja supaya cahaya matahari masuk ke kamar.
" Heehh dek, cepetan bangun jadi ikut ke pantai nggak?'kata ega sambil menepuk kaki adiknya
Vika segera membuka mata nya dengan wajah yang kaget,
"Ini jam berapa mbak?" tanya nya
Jam sepuluh, kalau nggak bangun sekarang aku tinggal!"goda ega
Vika segera berlari keluar, memakai sendal dan membuka pintu mobil, melihat nya membuat ega tertawa.
"Hahahaha, kasian deh aku kerjain ini masih jam 6 tahu!!" goda ega
Vika menjadi marah karena kakak nya,
Ia melempar sendal yang ia pakai.
"Rasain nih!" kata vika sambil melemparkan sendal itu
Ega segera berlari ke dapur lagi dengan tawa bahagia berhasil menggoda adik nya.
"Kamu apakan adikmu ga?!" tanya ibu nya
"Nggak aku apa apain kok bu" jawab ega tidak mengaku
Bagi ibu kedua putri nya sudah biasa bersikap seperti itu, saling menggoda bahkan terkadang sampai membuat vika menangis.
Sebelum berangkat ega sekeluarga harus sarapan dulu, ibu dan ega menyiapkan menu di meja makan dan mengajak semua keluarga untuk sarapan.
Setelah nya ega memasukkan bekal dan pakaian ganti ke dalam mobil.
Kini mereka tinggal menunggu saudara yang lain berkumpul untuk berangkat bersama, salah satu saudara nya membawa mobil sendiri karena tidak akan muat jika hanya membawa satu mobil saja.
Untunglah semua nya sangat antusias pergi ke pantai sehingga berkumpul tepat waktu dan segera berangkat.
Hari itu sangat cerah matahari terbit dengan sempurna, ega meminta bertukar tempat duduk dengan ibu nya, ia ingin duduk di depan, karena vika juga ingin duduk di depan akhirnya mereka berdua duduk di depan, untunglah baik ega maupun vika memiliki badan yang ramping sehingga hanya sedikit sesak tapi masih cukup.
Kali ini nenek ikut ke pantai sehingga membuat ega bertambah senang.
Mereka siap berangkat, jarak dari rumah ega ke pantai hanya sekitar 30 menit.
Disepanjang perjalanan mereka disuguhkan pemandangan yang sangat indah matahari yang bersinar sempurna dengan hembusan angin pesisir siap memanjakan raga, jalanan aspal yang mereka lewati bak membelah gunung sedangkan dibawah gunung adalah tanaman jagung petani setempat, pohon kelapa berjajar rapi di sepanjang jalan, banyak juga warung warung bakso dan mie ayam khas daerah wonogiri.
Rombongan berhenti di gerbang pembelian karcis, 1 orang dikenakan biaya lima ribu rupiah saja, ibu menyodorkan uang seratus ribu untuk 20 orang rombongan.
Ada 5 spot pantai, mereka harus memutuskan tujuannya, akhirnya mereka memilih pantai Wedi Ombo dan selanjutnya ke pantai Nampu.
Jalanannya meliuk khas daerah pegunungan, jarak antara pintu gerbang sampai ke pantai Wedi Ombo sekitar 5kilo.
Mereka disapa dengan jalanan yang menurun tajam tapi sudah aspal sedikit meliuk khas daerah pegunungan.
Masih pagi tapi parkiran sudah sangat ramai, mendandakan pengunjung pantai pasti banyak.
Bapak segera memarkirkan mobil nya semua penumpang turun dengan membawa semua bawaan.
Untuk sampai ke lokasi pantai mereka harus menuruni anak tangga yang memanjang ke bawah, 1 sisi untuk pejalan kaki sisi yang lain untuk pengendara motor yang ingin parkir dibawah serta untuk pengendara ojek yang khusus disediakan di tempat itu.
Bagi nenek pastilah anak tangga itu membuatnya lelah sehingga ega sengaja menggandeng nenek nya sembari menggendong tas yang berisi baju ganti.
Deburan ombak sudah terdengar dari atas ega tidak sabar ingin segera sampai.
Setelah selesai menuruni anak tangga mereka di sambut para pedagang baju, souvenir dan makanan ada cafe juga, semuanya lengkap dan komplit.
Di depan sudah terlihat pantai biru yang sangat luas tak berujung dengan deburan ombak yang besar cocok untuk serving dikelilingi gunung tinggi menjulang yang subur dengan berbagai pepohonan.
"Waahhh" teriak ega senang melihat nya
Mereka segera memilih tempat yang teduh untuk menggelar tikar dan meletakkan barang bawaan di atasnya.
Nenek yang lelah segera duduk beristirahat di temani ibu sambil mengawasi anak anak.
Ega segera meletakkan tas nya diatas tikar, ia tidak perlu berganti pakaian.
Ia memakai kaos putih pendek dengan celana legging panjang menutupi mata kaki, sengaja memakai kaca mata dengan hanya mengurai rambutnya yang panjang, sebelum berendam mereka sengaja berfoto dulu.
Setelah merasa cukup ega menarik tangan adik nya mendekat ke bibir pantai menunggu ombak mendekat.
Mereka bergerombol dan saling berpegangan saat ombak menyeret agar tak ikut terbawa arus.
Sangat ramai dan riuh bagaimana tidak ketika deburan ombak mengombang ambingkan badan mereka, menjadikan semua berteriak kegirangan.